Rahmatullah, Rizal (2017) Peran Mohamad Natsir dalam mengusung nilai-nilai Islam pada Sidang Konstituante Tahun 1956-1959. Diploma thesis, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
|
Text (COVER)
1_COVER.pdf Download (107kB) | Preview |
|
|
Text (ABSTRAK)
2_ABSTRAK.pdf Download (225kB) | Preview |
|
|
Text (DAFTAR ISI)
3_DAFTAR ISI.pdf Download (202kB) | Preview |
|
|
Text (BAB I)
5_Bab I.pdf Download (510kB) | Preview |
|
Text (BAB II)
6_BAB II.pdf Restricted to Registered users only Download (730kB) | Request a copy |
||
Text (BAB III)
7_BAB III.pdf Restricted to Registered users only Download (800kB) | Request a copy |
||
Text (BAB IV)
8_BAB IV.pdf Restricted to Registered users only Download (232kB) | Request a copy |
||
Text (DAFTAR SUMBER)
9_DAFTAR SUMBER.pdf Restricted to Registered users only Download (331kB) | Request a copy |
Abstract
Konstituante merupakan lembaga perwakilan rakyat yang berfungsi untuk menyusun undang-undang dasar yang diatur dalam UUD 1949 dan 1950 pada Bab V pasal 186 Konstituante bersama-sama dengan pemerintah selekas-lekasnya menetapkan Konstitusi Republik Indonesia Serikat yang akan menggantikan Konstitusi sementara ini. Anggota konstituante dipilih oleh rakyat untuk menyuarakan gagasan berdasarkan keinginan rakyat. Majelis Konstituante terjadi pada 1956-1959. Mohammad Natsir salah satu anggota konstituante yang keras menyuarakan aspirasi Islam sebagai Dasar Negara dan menjadi pedoman negara. Perdebatan terjadi dalam sidang tersebut dari kalangan Islamis, Nasionalis dan Sekuler. Namun perdebatan yang terjadi belum menghasilkan titik temu sampai turun dekrit Presiden Soekarno pada 1959 mengembalikan pada UUD 1945. Penelitian ini ingin mengungkapkan peran Mohammad Natsir dalam mengusung gagasan tentang Islam sebagai dasar negara pada Sidang Konstituante tahun 1956-1959. Adapun rumusan masalah yang diangkat, 1. Biografi Mohammad Natsir, 2. Perjuangan Mohammad Natsir dalam negara dan agama, dan 3. Peran Mohammad Natsir dalam mengusung gagasan tentang Islam sebagai dasar negara pada Sidang Konstituante tahun1956-1959. Berdasarkan rumusan diatas, dilakukan dengan penelitian sejarah yang langkah-langkahnya meliputi Heuristik, Kritik, Interpretasi dan Historiografi. Adapun teori yang dipakain dalam meneliti pembahasan ini adalah teori Great Man yang mengungkapkan orang-orang besar, serta menyatakan bahwa kekuasaan berada pada sejumlah orang tertentu. Hasil penelitian ini adalah Natsir mempunyai peranan yang sangat penting dalam menyampaikan ideologi Islam sebagai Dasar Negara. Bukan hanya itu Natsir melobi partai-partai Islam untuk bersatu dalam mengusung ide tersebut. Blok Islam yaitu Masyumi, NU, PSII dan Perti yang dimotori oleh M. Natsir melakukan pertemuan khusus untuk mempererat ukhuwah Islamiyah. Natsir mengharapkan para wakil yang telah dipilih oleh rakyat dalam Konstituante supaya memperjuangkan cita-cita umat Islam Indonesia yaitu cita-cita hidup bernegara yang telah bersemi dalam dada umat Islam jauh sebelum adanya cita-cita revolusi 1945. Natsir melihat Pancasila sebagai sistem sekuler. Hal tersebut bukan berarti Natsir merubah sikap terhadap Pancasila tetapi Natsir melihat dan merasa cemas jika nilai yang terkandung dalam Pancasila ditafsirkan sebagai suatu sistem yang netral agama sampai paling jauh menjauhkan negara dari nilai-nilai agama yang menjadi keyakinan masyarakat Indonesia.
Item Type: | Thesis (Diploma) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Mohamad Natsir; Masyumi; Sidang Konstituante; Islam; Pancasila; Politik; Agama; Persis |
Subjects: | History of Southeast Asia > History of Indonesia |
Divisions: | Fakultas Adab dan Humaniora > Program Studi Sejarah dan Peradaban Islam |
Depositing User: | Rizal Rahmatullah |
Date Deposited: | 11 Jul 2018 03:17 |
Last Modified: | 11 Jul 2018 03:17 |
URI: | https://digilib.uinsgd.ac.id/id/eprint/11017 |
Actions (login required)
View Item |