Batas usia balig dengan ketercapaian tujuan pernikahan: Analisis tafsir Al-Wajīz karya Wahbah al-Zuhaili dan tafsir Karīmir-Raḥmān fī tafsīr Kalāmil-Mannān karya Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di

Rahman Aulia, Muhammad Fadli (2025) Batas usia balig dengan ketercapaian tujuan pernikahan: Analisis tafsir Al-Wajīz karya Wahbah al-Zuhaili dan tafsir Karīmir-Raḥmān fī tafsīr Kalāmil-Mannān karya Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di. Masters thesis, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

[img]
Preview
Text
1_cover.pdf

Download (113kB) | Preview
[img]
Preview
Text
2_abstrak.pdf

Download (119kB) | Preview
[img]
Preview
Text
Surat Pernyataan Karaya Sendiri Muhammad Fadli.pdf

Download (465kB) | Preview
[img]
Preview
Text
4_daftarisi.pdf

Download (149kB) | Preview
[img]
Preview
Text
5_bab1.pdf

Download (378kB) | Preview
[img] Text
6_bab2.pdf
Restricted to Registered users only

Download (503kB) | Request a copy
[img] Text
7_bab3.pdf
Restricted to Registered users only

Download (315kB) | Request a copy
[img] Text
8_bab4.pdf
Restricted to Registered users only

Download (1MB) | Request a copy
[img] Text
9_bab5.pdf
Restricted to Registered users only

Download (121kB) | Request a copy
[img] Text
10_daftarpustaka.pdf
Restricted to Registered users only

Download (162kB) | Request a copy
[img] Text
11_Lampiran.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (561kB) | Request a copy

Abstract

INDONESIA: Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji konsep batas usia balig dalam kaitannya dengan ketercapaian tujuan pernikahan melalui penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an menurut dua kitab tafsir kontemporer, yaitu Al-Wajīz karya Wahbah al-Zuhaili dan Tafsīr Karīmir-Raḥmān karya Abdurrahman bin Nashir As-Sa‘di. Fokus utama kajian ini adalah pada bagaimana kedua mufasir memahami makna balig dalam Surah An-Nisā’ ayat 6, An-Nūr ayat 59, Al-Aḥqāf ayat 15, dan Al-Qaṣaṣ ayat 15, serta bagaimana makna tersebut berkaitan dengan kesiapan seseorang dalam menjalankan kehidupan rumah tangga yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Penelitian ini menggunakan metode library research (kajian pustaka) serta pendekatan tafsir tematik (maudhū‘ī) serta teori Double movement dari Fazlur Rahman untuk menjembatani antara makna tekstual dalam konteks historis dengan relevansi sosial kontemporer. Dalam penafsiran Wahbah al-Zuhaili, balig ditandai secara biologis dan rasional yakni dengan kematangan fisik, kemampuan mengelola harta, serta kesiapan bertanggung jawab dalam kehidupan rumah tangga. Sementara itu, Abdurrahman as-Sa‘di menekankan dimensi spiritual dan moral dari balig, yaitu kesiapan menjalankan kewajiban agama dan membentuk keluarga berdasarkan nilai-nilai keislaman. Keduanya sepakat bahwa balig bukan semata-mata usia atau tanda fisik, tetapi harus disertai kematangan berpikir dan emosional yang dapat menjamin keberhasilan sebuah pernikahan. Temuan utama dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pemahaman mengenai batas usia balig tidak dapat dipandang secara tunggal dan legalistik. Balig harus dipahami secara multidimensional, mencakup aspek biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Hal ini penting agar pernikahan yang dilaksanakan mampu memenuhi tujuan-tujuan luhur seperti membentuk keluarga yang sakīnah, mawaddah, dan raḥmah. Dengan demikian, pendekatan interpretatif terhadap ayat-ayat Al-Qur’an dapat memberikan solusi kontekstual yang responsif terhadap kebutuhan zaman dan tantangan sosial modern. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi dalam diskursus hukum Islam mengenai usia pernikahan yang ideal. Pendekatan Double movement memberikan ruang ijtihad baru untuk melihat ulang kebijakan batas usia pernikahan secara lebih adil dan maslahat, terutama dalam rangka melindungi anak-anak dari praktik pernikahan dini yang merugikan. Hasil kajian ini relevan sebagai bahan pertimbangan bagi legislator, ulama, maupun lembaga sosial dalam merumuskan kebijakan pernikahan yang tidak hanya sah secara agama, tetapi juga menjamin kemaslahatan dan keberlangsungan keluarga dalam jangka panjang. This research aims to examine the concept of the age of maturity (baligh) in relation to the fulfillment of marriage objectives, through the interpretation of specific Qur'anic verses by two prominent contemporary classical exegetes: Wahbah al-Zuhaili in Al-Wajīz and Abdurrahman bin Nashir as-Sa‘di in Tafsīr Karīmir-Raḥmān. The primary focus lies in how both scholars interpret the notion of baligh in Surah An-Nisā’ [4]:6, An-Nūr [24]:59, Al-Aḥqāf [46]:15, and Al-Qaṣaṣ [28]:15, and how these interpretations correlate with an individual's readiness to engage in marital life according to Islamic principles. This study employs a library research and a thematic (maudhū‘ī) approach to tafsir and applies Fazlur Rahman’s Double movement theory to bridge the textual meanings of the Qur'an with their relevance to contemporary social contexts. ENGLISH: According to Wahbah al-Zuhaili, baligh is marked by biological and rational maturity defined by physical development, the ability to manage wealth, and readiness to assume responsibility within family life. In contrast, Abdurrahman as-Sa‘di emphasizes the spiritual and moral dimensions of baligh, highlighting one's preparedness to fulfill religious duties and build a family based on Islamic values. Both interpretations converge on the understanding that baligh is not merely a matter of age or physical signs but must include intellectual and emotional maturity to ensure the success of a marriage. The main findings of this study reveal that the understanding of baligh should not be viewed in a singular or strictly legalistic sense. Rather, it must be approached as a multidimensional concept that includes biological, psychological, social, and spiritual aspects. This comprehensive understanding is essential for marriages to achieve noble objectives such as forming a household characterized by peace (sakīnah), love (mawaddah), and mercy (raḥmah). Thus, a contextual and interpretive approach to Qur’anic verses can offer constructive solutions to modern social challenges. This study is expected to contribute to the discourse on Islamic legal thought concerning the ideal age of marriage. The Double movement approach opens new avenues for ijtihad (independent reasoning), enabling a reevaluation of marriage age regulations in a way that promotes justice and public welfare. These findings are particularly relevant for legislators, scholars, and social institutions in formulating policies that ensure marriages are not only religiously valid but also capable of securing the long-term well-being and sustainability of family life.

Item Type: Thesis (Masters)
Uncontrolled Keywords: Baligh; Tujuan Pernikahan; Tafsir Maudhū‘ī; Wahbah az-Zuhaili; Abdurrahman as-Sa‘di; Double movement.
Subjects: Al-Qur'an (Al Qur'an, Alquran, Quran) dan Ilmu yang Berkaitan > Tafsir Al-Qur'an
Al-Qur'an (Al Qur'an, Alquran, Quran) dan Ilmu yang Berkaitan > Kritik dan Komentar Mengenai Al-Qur'an
Al-Qur'an (Al Qur'an, Alquran, Quran) dan Ilmu yang Berkaitan > Kandungan Al-Qur'an
Adult Education > Adult Education in Indonesia
Divisions: Pascasarjana Program Magister > Program Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir
Depositing User: Mr Muhammad Fadli Rahman Aulia
Date Deposited: 18 Jul 2025 05:53
Last Modified: 18 Jul 2025 05:53
URI: https://digilib.uinsgd.ac.id/id/eprint/112883

Actions (login required)

View Item View Item