Tanzih dan tasybih dalam penafsiran As-Singkili: Studi atas tafsir ayat-ayat anthrophomorfisme dalam tafsir Tarjuman Al-Mustafid

Kamil, Rois (2025) Tanzih dan tasybih dalam penafsiran As-Singkili: Studi atas tafsir ayat-ayat anthrophomorfisme dalam tafsir Tarjuman Al-Mustafid. Sarjana thesis, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

	Text (Sampul Awal Skripsi) Sampul pdf Download (217kB)
Preview	Text Abstrak f-2 (1).pdf Download (172kB) | Preview
Preview	Text (Surat Keterangan Bebas Plagiarism) 1211030188 Salis Nur Rois Kamil - Surat Keterangan Lulus Cek Plagiarisme (2).pdf Download (266kB) | Preview
Preview	Text Daftar Isi.pdf Download (116kB) | Preview
Preview	Text BAB 1.pdf Download (355kB) | Preview
	Text BAB 2.pdf Restricted to Registered users only Download (411kB) | Request a copy
	Text BAB 3.pdf Restricted to Registered users only Download (316kB) | Request a copy
	Text BAB 4.pdf Restricted to Registered users only Download (507kB) | Request a copy
	Text BAB 5.pdf Restricted to Registered users only Download (130kB) | Request a copy
	Text (Daftar Pustaka) Daftar Pustaka Restricted to Registered users only Download (180kB) | Request a copy

Abstract

Konsep tanzīh dan tasybīh merupakan dua pendekatan penting dalam memahami sifat-sifat Tuhan. Dalam Pandangan Ibn ‘Arabi, Tanzīh menunjukkan bahwa Allah sepenuhnya berbeda dari makhluk-Nya dan tidak bisa disamakan dengan apa pun, sedangkan tasybīh menunjukkan bahwa Allah juga dekat dengan ciptaan-Nya, seperti melalui sifat mendengar, melihat, dan mengabulkan doa. Dalam dunia tafsir, khususnya yang dipengaruhi oleh pemikiran sufistik, kedua konsep ini tidak selalu dipisahkan secara tegas, melainkan bisa saling melengkapi. Abdur Rauf al-Singkili, sebagai ulama sufi dan mufasir dari Nusantara abad ke-17, memperlihatkan cara pandang yang khas dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan kedua konsep tersebut melalui karya tafsirnya Tarjumān al-Mustafīd. Penelitian ini berusaha menelusuri bagaimana As-Singkili memahami dan memadukan tanzīh dan tasybīh dalam menafsirkan ayat-ayat antropomorfisme, seperti QS. Asy-Syūrā: 11, QS. Al-Baqarah: 186, QS. Qāf: 16, QS. Al-Ḥadīd: 4, dan beberapa ayat tentang Yadullāh seperti QS. Āli ‘Imrān: 73, QS. Al-Mu’minūn: 88, dan QS. Yā-Sīn: 83. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan tematik dan konseptual, fokus pada bagaimana ayat-ayat tersebut ditafsirkan dalam ranah kesucian Allah dan hubungan dengan makhluknya. Hasil kajian menunjukkan bahwa As-Singkili cukup luwes dalam menyampaikan penafsirannya. Dalam ayat-ayat yang menunjukkan kedekatan Tuhan dengan manusia, seperti QS. Al-Baqarah: 186 dan QS. Qāf: 16, ia menekankan bahwa kedekatan itu bersifat spiritual dan bukan secara fisik. Sebaliknya, pada ayat-ayat yang menegaskan keagungan dan keunikan Allah, seperti QS. Asy-Syūrā: 11, ia memperjelas bahwa Allah sama sekali tidak menyerupai makhluk. Untuk ayat-ayat seperti Yadullāh, ia kadang menggunakan pendekatan ta’wīl dengan menafsirkannya sebagai kekuasaan Allah dan kadang memilih tafwīḍ, menyerahkan maknanya kepada Allah. Namun keduanya tetap diarahkan pada satu tujuan utama: menjaga kemurnian tauhid dengan menegaskan bahwa Allah Maha Suci dari keserupaan dengan makhluk. Penafsiran As-Singkili dalam Tarjumān al-Mustafīd menghasilkan pendekatan yang seimbang antara tanzīh dan tasybīh. Ia tidak terjebak pemahaman tekstual, namun juga tidak sepenuhnya meninggalkan makna literalnya. Pendekatan seperti ini sangat berdekatan dengan pandangan Ibn ʿArabī yang menyebut bahwa tidak ada satu ayat pun dalam Al-Qur’an yang sepenuhnya tanzīh atau tasybīh saja, karena keduanya berjalan bersamaan dalam menunjukkan kemahaesaan Tuhan.

Actions (login required)

View Item