Hukum minuman mengandung alkohol menurut Fatwa MUI dan Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah

Maarif, Syamsul Lutfhi (2025) Hukum minuman mengandung alkohol menurut Fatwa MUI dan Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah. Diploma thesis, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

	Text (COVER) 1_cover.pdf Download (129kB)
	Text (ABSTRAK) 2_abstrak.pdf Download (173kB)
	Text (SK BEBAS PLAGIARISME) 3_skbebasplagiarisme.pdf Download (184kB)
	Text (DAFTAR ISI) 4_daftarisi.pdf Download (134kB)
	Text (BAB I) 5_bab 1.pdf Download (502kB)
	Text (BAB II) 6_bab 2.pdf Restricted to Registered users only Download (502kB) | Request a copy
	Text (BAB III) 7_bab 3.pdf Restricted to Registered users only Download (153kB) | Request a copy
	Text (BAB IV) 8_bab 4.pdf Restricted to Registered users only Download (357kB) | Request a copy
	Text (BAB V) 9_bab 5.pdf Restricted to Registered users only Download (170kB) | Request a copy
	Text (DAFTAR PUSTAKA) 10_daftaroustaka.pdf Restricted to Registered users only Download (189kB) | Request a copy

Abstract

Penelitian ini membahas perbandingan fatwa MUI dan Majelis Tarjih Muhammadiyah terkait hukum minuman beralkohol. MUI melalui Fatwa No. 10 Tahun 2018 menyatakan minuman dengan alkohol ≥ 0,5% haram dan najis, sedangkan Muhammadiyah membolehkan kadar alkohol < 5% selama tidak memabukkan dan tidak menganggapnya najis. Perbedaan ini berakar dari metode istinbath hukum yang berbeda: MUI menggunakan pendekatan bayani, sementara Muhammadiyah memakai pendekatan ta‘lili dan istislahi. Kajian ini menegaskan bahwa perbedaan tersebut merupakan khilafiyah yang sah dalam merespons dinamika sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan membandingkan ketentuan hukum minuman beralkohol sebagaimana tertuang dalam Fatwa Majelis Ulama Indonesia dan Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah. Fokus utama penelitian ini adalah untuk mengetahui dasar-dasar hukum (dalil) serta metode istinbath yang digunakan oleh kedua lembaga dalam menetapkan hukum terkait minuman yang mengandung alkohol. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis secara komparatif bagaimana pandangan kedua fatwa tersebut dalam menentukan kadar alkohol yang dapat ditoleransi atau diharamkan, dapat memberikan pemahaman. Penelitian ini membahas perbedaan fatwa MUI dan Majelis Tarjih Muhammadiyah terkait kandungan alkohol dalam minuman. MUI mengharamkan minuman dengan alkohol ≥ 0,5% karena dianggap khamr dan najis, berdasarkan pendekatan bayani dan qauli yang tekstual. Sementara itu, Muhammadiyah mengharamkan minuman dengan alkohol ≥ 5% jika memabukkan, tanpa menganggap alkohol najis, menggunakan pendekatan ta‘lili dan istislahi yang kontekstual. Perbedaan ini dipengaruhi oleh metode istinbath dan cara pandang terhadap realitas sosial. Penelitian ini menggunakan metode normatif yang merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati. Dengan meggunakan penelitian kepustakaan (Library Reseatch) yaitu penelitian yang dilakukan dengan meneliti data pusaka atau data sekunder yang diperoleh dari literatur fiqih, jurnal, artikel dan kepustakaan lain yang menjadi sumber pelengkap penelitian. Penelitian ini menyimpulkan bahwa baik MUI maupun Muhammadiyah sepakat mengharamkan minuman beralkohol, namun berbeda dalam pendekatan istinbath hukum dan batasan kadar alkohol. MUI cenderung ketat dengan batas maksimal 0,5% melalui metode qaulī dan bayānī, sedangkan Muhammadiyah lebih longgar dengan toleransi hingga 5% menggunakan pendekatan ta‘līl. Perbedaan ini mencerminkan keragaman ijtihad dalam merespons isu kontemporer berdasarkan sumber hukum Islam.

Actions (login required)

View Item