Tinjauan hukum ekonomi Syariah terhadap pelaksanaan jual beli sepatu di pasar Gedebage Bandung

Alhaj, Ikram Arrasyid (2018) Tinjauan hukum ekonomi Syariah terhadap pelaksanaan jual beli sepatu di pasar Gedebage Bandung. Diploma thesis, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

[img]
Preview
Text (COVER)
1_cover.pdf

Download (370kB) | Preview
[img]
Preview
Text (ABSTRAK)
2_abstrak.pdf

Download (197kB) | Preview
[img]
Preview
Text (DAFTAR ISI)
3_daftarisi.pdf

Download (307kB) | Preview
[img]
Preview
Text (BAB I)
4_bab1.pdf

Download (696kB) | Preview
[img] Text (BAB II)
5_bab2.pdf
Restricted to Registered users only

Download (887kB) | Request a copy
[img] Text (BAB III)
6_bab3.pdf
Restricted to Registered users only

Download (767kB) | Request a copy
[img] Text (BAB IV)
7_bab4.pdf
Restricted to Registered users only

Download (199kB) | Request a copy
[img] Text (DAFTAR PUSTAKA)
8_daftarpustaka.pdf
Restricted to Registered users only

Download (237kB) | Request a copy

Abstract

ENGLISH This research was motivated by the rise of the sale and purchase of artificial shoes that occurred in the Gedebage market in Bandung. Artificial shoes are one form of brand rights crime that is prohibited and regulated in the MUI Fatwa No.1 of 2005 concerning Intellectual Property Rights and Law No. 20 of 2016 concerning brands and geographical indications. This study aims to find out: (1) How is the mechanism of buying and selling imitation shoes in Gedebage Kota bandung market (2) What is the review of Sharia Economic Law on the implementation of buying and selling imitation shoes in Gedebage market in Bandung. This research starts from the idea that the implementation of artificial shoes sale and purchase is a prohibited sale and purchase transaction based on the MUI Fatwa No.1 of 2005 concerning Intellectual Property Rights and Law No. 20 of 2016 concerning Trademark Rights and geographical indications. However, in the implementation of the implementation of the law in the field must also pay attention to aspects of benefits and welfare for both the perpetrators and the impact on the wider community. This research method uses a case study method by carrying out descriptive methods, to shoe store owners in the Gedebage market in Bandung City. The analysis of the data is by linking the implementation of artificial shoes buying and selling with the applicable legal and legal provisions, namely the MUI Fatwa No.1 of 2005 concerning Intellectual Property Rights and Law No. 20 of 2016 concerning Trademark Rights and geographical indications. The results of this thesis study reveal that: (1) that based on the data obtained there has been a sale and purchase of artificial shoes at the Gedebage market shoe store in Bandung City. The implementation of shoe shop owners receives shoes from distributors and sells them to the public. (2) while the benefits of buying and selling shoes (a) never sell out (b) the price of these shoes is cheaper. (c) these shoes are easily found in markets. Whereas the madharat (a) is very risky to be caught in a criminal case (b) the profits generated are not lawful. (3) according to Sharia Economic Law on the sale and purchase of artificial shoes and MUI Fatwa No.1 of 2005 concerning intellectual property rights and Law No. 20 of 2016 the sale and purchase of artificial shoes is injustice whose laws are unlawful. Harmonization that can be done is artificial shoe sellers trying to contact the original brand owner to give reproductive permission or cooperate with certain agreements. ARABIC كان الدافع وراء هذا البحث هو ظهور بيع وشراء الأحذية المقلدة التي حدثت في سوق جيديباج في مدينة باندونغ. الأحذية الاصطناعية هي شكل من أشكال جريمة حقوق العلامة التجارية المحظورة والمنظمة في فتوى مجلس العلماء الإندونيسي. 1 من عام 2005 بشأن حقوق الملكية الفكرية ورقم القانون. 20 من 2016 بخصوص العلامات التجارية والمؤشرات الجغرافية. تهدف هذه الدراسة إلى معرفة: (1) كيف هي آلية شراء وبيع الأحذية المقلدة في سوق جيديباج في مدينة باندونغ (2) كيف يتم مراجعة قانون الشريعة الاقتصادية لبيع وشراء الأحذية الاصطناعية في سوق جيديباج في مدينة باندونغ. يبدأ هذا البحث من الفكرة القائلة بأن تنفيذ بيع الأحذية الاصطناعية هو عملية بيع وشراء محظورة على أساس فتوى مجلس العلماء الإندونيسي. 1 من عام 2005 بشأن حقوق الملكية الفكرية ورقم القانون. 20 من عام 2016 بشأن حقوق العلامات التجارية والبيانات الجغرافية. ومع ذلك ، في تنفيذ تطبيق القانون في الميدان يجب أن تولي اهتماما لجوانب من الفوائد والأذى لكل من الجهات الفاعلة وتأثيرها على المجتمع الأوسع. تستخدم طريقة البحث هذه طريقة دراسة الحالة من خلال تنفيذ الأساليب الوصفية ، لأصحاب متاجر الأحذية في سوق جيديباج في مدينة باندونج. يتم تحليل البيانات عن طريق ربط تنفيذ شراء وبيع الأحذية الاصطناعية بالأحكام القانونية والقانونية المعمول بها ، وهي فتوى مجلس العلماء الإندونيسي رقم 1 لسنة 2005 بشأن حقوق الملكية الفكرية ورقم القانون. 20 من عام 2016 بشأن حقوق العلامات التجارية والبيانات الجغرافية. وتكشف نتائج هذه الدراسة عن: (1) أنه بناءً على البيانات التي تم الحصول عليها ، كان هناك بيع وشراء أحذية صناعية في متجر جيديباج للأحذية في مدينة باندونغ. تنفيذ أصحاب محلات الأحذية يتلقى الأحذية من الموزعين ويبيعها للجمهور. (2) في حين أن فوائد بيع وشراء الأحذية (أ) لا تبيع (ب) سعر هذه الأحذية أرخص. (ج) توجد هذه الأحذية بسهولة في الأسواق. في حين أن خطر (أ) مخاطرة كبيرة أن يتم القبض عليه في قضية جنائية (ب) الأرباح المتولدة ليست قانونية. (3) وفقاً لأحكام الشريعة الإسلامية المتعلقة ببيع وشراء الأحذية الاصطناعية وفتوى مجلس العلماء الإندونيسي. 1 من عام 2005 بشأن حقوق الملكية الفكرية وقانون الرقم. 20 من عام 2016 شراء وبيع الأحذية الاصطناعية هو الظلم الذي هو حرام القانون. التوفيق الذي يمكن القيام به هو بائعو الأحذية الاصطناعية الذين يحاولون الاتصال بمالك العلامة التجارية الأصلي لإعطاء تصريح الإنجاب أو التعاون مع بعض الاتفاقات. INDONESIA Agama Islam mengatur kelangsungan hidup manusia dalam segala aspeknya, baik individu maupun kolektif. Hal ini terjadi karena syari’at Islam merupakan manivestasi dari aqidah yang berupa aturan-aturan yang berhubungan antara manusia dengan Allah SWT, dan sejumlah aturan yang berhubungan dengan sesame manusia dalam bidang muamalat. Ajaran yang terkandung dalam syariat Islam terdiri dari atas ibadah dan muamalah. Ajaran tentang ibadah berkaitan dengan persoalan-persoalan pengabdian kepada Allah SWT dalam bentuk-bentuk yang khusus seperti shalat, puasa, zakat, haji dan sebagainya. Sedangkan ajaran tentang muamalah berkaitan dengan persoalan-persoalan hubungan antara manusia dalam memenuhi kebutuhan masing-masing. Para ahli fiqih mengemukakan beberapa pengertian muamalah dalam arti sempit cukup beragam. Pertama, seperangkat aturan tentang perbuatan dan hubungan antarmanusia mengenai harta kekayaan, hak-hak, dan penyelsaian sengketa. Kedua, hukum-hukum yang berkaitan dengan perbuatan manusia yang menyangkut interaksi antarsesama mereka dalam urusan kebendaan, hak-hak kebendaan serta cara penyelesaian sengketa antar mereka. Berdasarkan uraian diatas, pengertian fiqih muamalah dalam arti sempit ialah seperangkat norma hukum yang mengatur hubungan antar sesame manusia yang berkaitan dengan harta kekayaan yang cara memilikinya bisa melalui transaksi, pertukaran, maupun penyelesaian sengketa. Jual beli yang sesuai syariah, selain terbebas dari riba tentunya harus memenuhi rukun dan syarat akad yang dilakukan. Akad secara etimologi berarti perikatan sedangkan secara terminologi, pengertian akad adalah suatu perikatan yang ditetapkan dengan ijab qabul berdasarkan ketentuan syara’ yang menimbulkan akibat hukum terhadap objeknya. Jual beli dalam Islam menentukan aturan-aturan hukum, seperti yang telah diungkapkan oleh fuqaha, baik mengenai rukun, syarat maupun bentuk jual beli yang diperbolehkan maupun yang tidak diperbolehkan, semua itu dapat ditemukan dalam kajian-kajian kitab fiqih. Praktek jual beli merupakan pokok dari berbagai bentuk pertukaran dalam muamalah. Jauh sebelum Islam datang, jual beli merupakan pokok kegiatan ekonomi yang telah dilakukan manusia walaupun dalam prakteknya masih sangat sederhana. Pada masa pra-Islam jarang mengandung unsur manipulatif yang membawa kepada kemafsadatan, hingga Islam datang membawa prinsip-prinsip syara’ dalam jual beli yang memberi kemaslahatan berbagai pihak. Menurut ulama jumhur bahwa rukun jual beli itu ada 4 yaitu, penjual (bai’), pembeli (mustari), ijab dan qabul (shigat), benda atau barang yang diperjualbelikan (ma’qud ‘alaih). Mengenai objek akadnya sendiri harus dipenuhi syarat-syaratnya yaitu barangnya suci, dapat dimanfaatkan, milik orang yang melakukan akad dan tidak dibatasi waktunya, barang yang diakadkan ada ditangan, dan diketahui (banyak, berat, atau ukuran-ukuran yang lainnya). Jual beli secara garis besar terbagi dua macam, yakni jual belli yang diperbolehkan dan jual beli yang dilarang. Diantara jual beli yang dilarang adalah jual beli yang mengandung unsur gharar, yaitu semua jenis jual beli yang mengandung jahalah (kemiskinan) atau mukhataharah (spekulasi) atau qumaar (pertaruhan). Pada masa modern ini, bentuk jual beli terjadi bain antara individu maupun dengan suatu lembaga usaha. Jual beli merupakan suatu perjanjian di antara dua pihak atau lebih, dimana masing-masing pihak mengikatkan diri untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang sementara pihak lain membayar harga yang dijanjikan. Jual beli dalam Islam telah menentukan aturan-aturan hukumnya seperti telah diungkapkan oleh fuqaha, baik mengenai rukun, syarat, maupun bentuk jual beli yang diperbolehkan atau yang tidak diperbolehkan semua itu dapat ditemukan dalam kajian-kajian kitab fiqih. Oleh karena itu, di dalam prakteknya harus diupayakan agar tidak keluar dari ketentuan-ketentuan yang sudah ada dalam hukum Islam, serta dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang bersangkutan. Akan tetapi adakalanya pula terjadi penyimpangan dari aturan-aturan hukum yang ditetapkan, sehingga menyebabkan akad jual beli menjadi batal (tidak sah). Oleh karena itu, dalam menilai keabsahan jual beli semestinya diikutsertakan tujuan yang melatar belakangi dilakukannya praktik jual beli tersebut. Pada zaman sekarang, desakan kebutuhan ekonomi menyebabkan banyak terjadi berbagai macam praktek jual beli dengan berbagai macam objek yang diperjualbelikan. Dipasar Gedebage terdapat banyak produsen atau penjual yang menjual barang-barang tiruan salah satunya yaitu sepatu. Karna banyaknya penjual yang menjual sepatu tiruan dikarenakan barang yang mudah didapat, minat pembeli banyak, dan harga yang murah disesuaikan dengan kondisi ekonomi sekarang ini. Jual beli sepatu tiruan tersebut terdapat unsur ghasab, karena tidak memliki izin dari pemilik merek asli brand sepatu tersebut. Metode yang digunakan dalam meneliti masalah dalam jual beli sepatu tiruan di pasar gedebage adalah metode studi kasus atau metode kualitatif. Dalam penelitian ini, penyusun akan mengumpulkan, mengelola dan menganalisis data, dan kemudian melaporkan data tersebut seacara objektif sesuai dengan penelitian dilapangan mengenai sistem jual beli sepatu tiruan di pasar Gedebage. Data yang digunakan data kualitatif yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk kata-kata atau bukan dalam bentuk angka. Data bersifat kualitatif merupakan data yang dihasilkan dari cara pandang yang menekankan pada ciri-ciri, sifat dan mutu objek yang bersangkutan. Penelitian kualitatif bertujuan untuk melakukan penafsiran terhadap phenomena social. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data mekanisme jual beli sepatu tiruan di pasar Gedebage Bandung dan data tinjuan hukum ekonomi syariah terhadap pelaksanaan jual beli sepatu tiruan di pasar Gedebage Bandung. Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder dan sumber data primer. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi dan studi pustaka. Kerangka pemikiran definisi jual beli menurut Kitab Undang-Undang Hukum perdata (KHUPerdata) adalah suatu perjanjian dengan mana pihak penjual mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu benda dan pihak pembeli untuk membayar harga yang telah diperjanjikan. Menurut KHES jual beli adalah antara benda dengan benda, atau pertukaran barang dengan uang. Jual beli menurut Fatwa MUI adalah akad antara penjual (al-ba’i) dan pembeli (musytari) yang mengakibatkan berpindahnya kepemilikan objek yang dipertukarkan (barang [mutsaman] dan harga [tsaman]).

Item Type: Thesis (Diploma)
Uncontrolled Keywords: Jual Beli; HAKI; Ghasab;
Subjects: Fikih (Fiqih, Fiqh), Hukum Islam
Fikih (Fiqih, Fiqh), Hukum Islam > Muamalat, Muamalah/Hukum Perdata Islam
Law
Commerce, Trade
Divisions: Fakultas Syariah dan Hukum > Program Studi Muamalah
Depositing User: ikram alhaj
Date Deposited: 11 Feb 2019 08:31
Last Modified: 11 Feb 2019 08:31
URI: https://etheses.uinsgd.ac.id/id/eprint/18557

Actions (login required)

View Item View Item