Yuliani, Yani (2019) Fungsi penggunaan aksara latin dan aksara pegon dalam tafsir Tamsjijjatoel Moeslimien dan Malja’ At Thalibin Karya K.H. Ahmad Sanoesi. Diploma thesis, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
|
Text (COVER)
1_cover.pdf Download (196kB) | Preview |
|
|
Text (ABSTRAK)
2_abstrak.pdf Download (173kB) | Preview |
|
|
Text (DAFTAR ISI)
3_daftarisi.pdf Download (264kB) | Preview |
|
|
Text (BAB I)
4_bab1.pdf Download (395kB) | Preview |
|
Text (BAB II)
5_bab2.pdf Restricted to Registered users only Download (557kB) | Request a copy |
||
Text (BAB III)
6_bab3.pdf Restricted to Registered users only Download (626kB) | Request a copy |
||
Text (BAB IV)
7_bab4.pdf Restricted to Registered users only Download (2MB) | Request a copy |
||
Text (BAB V)
8_bab5.pdf Restricted to Registered users only Download (335kB) | Request a copy |
||
Text (DAFTAR PUSTAKA)
9_daftarpustaka.pdf Restricted to Registered users only Download (326kB) | Request a copy |
Abstract
Tafsir Alquran di Indonesia ditulis dengan aksara yang sangat beragam, seperti aksara Jawi, Pegon, Cacarakan, Lontara, dan Latin. Pemilihan aksara ini erat kaitannya dengan kondisi sosial kultural dimana tafsir itu diproduksi. Misalnya, tafsir dengan aksara Jawi muncul di Aceh dan Sumatra, sedangkan tafsir dengan aksara Pegon muncul di Jawa dengan latar sosial masyarakat Pesantren yang sudah akrab dengan huruf Arab, dan tafsir dengan aksara Cacarakan biasanya lahir dalam konteks lokal yang relevan dengan tradisi sosial masyarakat Keraton. Penelitian ini membantah pendapat Ibnu Fikri dalam tesisnya yang mengatakan bahwasanya aksara Pegon merupakan bentuk perlawanan yang dilakukan terhadap kolonialisme dan ekslusifisme. Menurutnya, aksara Pegon telah menjadi simbol perlawanan umat Islam terhadap kaum kolonial. Dari pendapat ini menimbulkan kesan seolah-olah aksara Latin milik kolonial dan huruf Pegon itu milik kaum santri. Biografi dan kondisi sosial K.H. Ahmad Sanoesi (1880-1950) dimunculkan kembali secara utuh dengan argumennya tentang dibolehkannya menulis tafsir dengan aksara Latin. dikukuhkan dengan menghadirkan dua karya tafsir monumentalnya yakni Tamsjijjatoel Moeslimien yang ditulis menggunakan aksara Latin dan Malja’ At Thâlibîn yang ditulis menggunakan aksara Pegon, untuk membuktikan bahwa penggunaan aksara Latin dan Pegon bukanlah persoalan antara kolonial dan Pesantren, melainkan persoalan teknis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah library research dengan sumber utama Tafsir Tamsjijjatoel Moeslimien dan Malja’ At Thâlibîn Karya K.H. Ahmad Sanoesi dan karya-karya lainnya sebagai menunjang penelitian ini. Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis wacana kritis. Pendekatan ini digunakan untuk menyingkap kepentingan yang terselip dibalik aksara yag yang digunakan dalam literatur tafsir. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukan fungsi penggunaan aksara yang berbeda oleh K.H. Ahmad Sanoesi dalam karya tafsirnya adalah untuk menyebarluaskan ajaran Islam dengan seluas-luasnya melalui literatur tafsir dengan segmentasi pembaca yang berbeda. Tafsir Tamsjijjtoel Moeslimin ditulis menggunakan aksara Latin karena segmentasi pembaca dari Tamsjijjtoel Moeslimin adalah masyarakat umum atau Geertz menyebutnya dengan kaum Abangan, dan Malja’ At Thâlibîn ditulis dengan aksara Pegon karena segmentasi pembacanya ialah masyarakat Pesantren. Dan karena perbedaan segmentasi Pembaca, maka akan berpengaruh terhadap subsatansi penafsiran.
Item Type: | Thesis (Diploma) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Tafsir; Aksara; Teknis; Segmentasi; Substansi; |
Subjects: | Al-Qur'an (Al Qur'an, Alquran, Quran) dan Ilmu yang Berkaitan > Tafsir Al-Qur'an |
Divisions: | Fakultas Ushuluddin > Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir |
Depositing User: | Yani Yuliani |
Date Deposited: | 27 Jun 2019 08:02 |
Last Modified: | 27 Jun 2019 08:02 |
URI: | https://digilib.uinsgd.ac.id/id/eprint/21206 |
Actions (login required)
View Item |