Rachman, Rizky Fauzi (2019) Pendapat Syeikh Utsaimin dan Nashiruddin Al Albani tentang batalnya puasa karena melakukan Istimna. Diploma thesis, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
|
Text
1_cover(1).pdf Download (178kB) | Preview |
|
|
Text (ABSTRAK)
2_abstrak.pdf Download (167kB) | Preview |
|
|
Text (DAFTAR ISI)
3_daftarisi.pdf Download (122kB) | Preview |
|
|
Text (BAB I)
4_bab1.pdf Download (446kB) | Preview |
|
Text (BAB II)
5_bab2.pdf Restricted to Registered users only Download (492kB) | Request a copy |
||
Text (BAB III)
6_bab3.pdf Restricted to Registered users only Download (554kB) | Request a copy |
||
Text (BAB IV)
7_bab4.pdf Restricted to Registered users only Download (121kB) | Request a copy |
||
Text (DAFTAR PUSTAKA)
8_daftarpustaka.pdf Restricted to Registered users only Download (258kB) | Request a copy |
Abstract
Syeikh Utsaimin dan Nashiruddin Al-Albani berbeda pendapat tentang batal atau tidak puasa seseorang jika melakukan istimna. Menurut Syeikh Utsaimin adalah batal puasanya, sedangkan menurut Nashiruddin Al-Albani tidak batal puasanya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisa tiga hal, yaitu: (1) Pandangan Syeikh Utsaimin dan Nashiruddin Al-Albani tentang batalnya puasa karena melakukan istimna. (2) Metode Istinbat Al-Ahkam dan dalil yang digunakan oleh Syeikh Utsaimin dan Nashiruddin Al-Albani tentang batalnya puasa karena melakukan istimna. (3) Persamaan dan perbedaan pendapat Syeikh Utsaimin dan Nashirudin Al-Albani tentang batalnya puasa karena melakukan istimna. Istimna adalah (Usaha untuk mengeluarkan mani) suatu bentuk pemuasan diri sendiri secara seksual dengan merangsang alat kelamin dengan tangan atau alat lain, istilah yang lebih dikenal adalah onani atau mastrubasi. Penyebab seseorang melakukan istimna adalah dorongan seksual, pergaulan dan media pornografi. Akibat dari istimna adalah: (1) Pada Rohani; hilangnya sifat istiqamah dalam hal ibadah. (2) Pada Kesehatan; melemahkan alat kelamin dan melemahkan daya fokus. (3) Pada Kejiwaan dan Sosial; pelaku istimna akan merasa bersalah dan suka menyendiri. Hukum Istimna adalah; Jumhur ulama menghukumi haram, sebagian ulama ada yang menghukumi makruh dan boleh. Kerangka berfikir yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahwa perbedaan pendapat antara Syeikh Utsaimin dan Nashiruddin Al-Albani tentang batalnya puasa karena melakukan istimna adalah berbeda cara memahami hukum. Metode penelitian yang diterapkan adalah metode deskriptif komparatif, yang sumber data primernya adalah bagian-bagian tertentu dari kitab fiqih karya Syeikh Utsaimin dan Nashiruddin Al-Albani, yang penulis pergunakan yakni kitab Syar’ul Mumti dan Tamamul Minnah. Sedangkan data sekundernya adalah kitab, buku atau jurnal yang berkaitan erat dengan masalah istimna. Dari sumber-sumber tersebut data dikumpulkan dengan teknik analisis data. Kemudian data yang terkumpul dibandingkan dan ditarik kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1) Syeikh Utsaimin berpandangan puasa bisa batal karena istimna, sedangkan Nashiruddin Al-Albani berpandangan puasa tidak batal karena istimna. (2) Syeikh Utsaimin menggunakan metode kontekstual sebagai metode istinbat, sedangkan Nashiruddin Al-Albani menggunakan metode tekstual (3) Persamaan dan perbedaan antara Syeikh Utsaimin dan Nashiruddin Al-Albani, (a) persamaan; keduanya sama sama berpendapat bahwa istimna merupakan perbuatan tercela (b) perbedaan; adalah Syeikh Utsaimin memahami hukum secara kontekstual sedangkan Nashiruddin Al-Albani memahami hukum secara tekstual.
Item Type: | Thesis (Diploma) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Pandangan;metode istinbat;persamaan dan perbedaan |
Subjects: | Islam Islam > Sawn Ramadan |
Divisions: | Fakultas Syariah dan Hukum > Program Studi Perbandingan Madzhab dan Hukum |
Depositing User: | Rizky Fauzi Rachman |
Date Deposited: | 11 Jul 2019 08:00 |
Last Modified: | 11 Jul 2019 08:00 |
URI: | https://digilib.uinsgd.ac.id/id/eprint/21704 |
Actions (login required)
View Item |