Husnul Qodim, Husnul (2007) Dinamika Salafisme di Indonesia: Akar-Akar Intelektualitas dan Orientasi Ideologis yang Beragam. Tashwirul Afkar: Jurnal Refleksi Pemikiran Keagamaan dan Kebudayaan, Edisi (No.21). pp. 46-74. ISSN 1410-9166
|
Text
3_7-PDF_Tasywirul Afkar No. 21 Tahun 2007-ok (1).pdf Download (20MB) | Preview |
Abstract
Artikel ini secara garis besar bertujuan meneliti dinamika salafisme di Indonesia dan konstruksi pengetahuan salafisme di organisasi-organisasi Islam Indonesia kontemporer. Dengan dua asumsi: 1) adanya kesinambungan pengetahuan salafisme di Indonesia dengan teologi dan madzhab pemikiran Islam awal. 2) dinamika salafisme di Indonesia tidak tunggal dan monolitik, paham mengenai salafisme dapat mengalami perubahan terkait dengan realitas sosio-historis di tingkat lokal organisasi masing-masing. Dengan pendekatan sosio-historis dan merujuk teori kesinambungan dan perubahan yang dikemukakan oleh John O.Voll. Hasil dari penelitian ini membuktikan adanya kesinambungan pengetahuan mengenai konsep salafisme dari awal Islam sampai masa kini, di masing-masing organisasi Islam yang dipengaruhi oleh afiliasi teologis, ideologis dan madzhab pemikiran. Di sisi lain ditemukan perkembangan baru pengetahuan salafisme dalam komunitas pesantren dakwah salafi yang mulai berkembang di Indonesia sekitar tahun 1980-an. Oleh karena itu konsep Salafisme di Indonesia tidak tunggal dan monolitik, salafisme tidak bisa diidentifikasi ke dalam satu organisasi yang memayungi, namun lebih merupakan orientasi-orientasi ideologis yang beragam dan berbeda satu sama lain. Slogan yang kerap muncul adalah “kembali kepada Alquran dan Sunnah” dan “era as salaf as shalih”. Ada semacam anggapan bahwa model gerakan keagamaan yang menganut konsepsi “salaf” ini memiliki kecenderungan eksklusif dan intoleran, serta memberi spirit bagi fundamentalisme dan radikalisme agama. Asumsi semacam ini akan mereduksi konsep “salaf” dan menjadi problem serius karena “salaf” bukanlah entitas tunggal dan monolitik. Terutama di Indonesia perdebatan tentang salaf tidak tunggal, perdebatan tentang salaf memiliki dinamikanya yang komplek. sebagai contoh: sudah lama di kalangan Islam tradisional, memahami konsep “salaf” sebagai “model”, yakni dengan meneladani para pendahulu yang terbaik dengan merujuk pada warisan dan otoritas ulama, dan ortodoksi tradisional. Disisi yang lain, model gerakan “salafisme-wahabi” maupun “salafisme modern” dengan purifikasinya, dalam prakteknya di Indonesia, juga tidak tunggal, mereka memiliki dinamika internal dan eksternalnya, yang memunculkan persamaan dan perbedaan di lapangan.
Actions (login required)
View Item |