Tasawuf Sunda dan Warisan Islam Nusantara: Martabat Tujuh dalam Dangding Haji Hasan Mustapa (1852-1930)

Rohmana, Jajang A (2014) Tasawuf Sunda dan Warisan Islam Nusantara: Martabat Tujuh dalam Dangding Haji Hasan Mustapa (1852-1930). Jurnal Al-Turats, 20 (2). pp. 259-284. ISSN 0853-1692

[img]
Preview
Text
Jajang_Tasawuf Sunda dan Islam Nusantara_Al-Turats_2014.pdf

Download (785kB) | Preview
Official URL: http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/al-turats/ar...

Abstract

Paper ini membahas martabat tujuh dalam puisi dangding sufistik Haji Hasan Mustapa. Ia merupakan salah satu penerus tradisi tasawuf Nusantara dari Jawa Barat yang menulis lebih dari sepuluh ribu bait dangding. Tema martabat tujuh merupakan poros inti pembahasan dalam hampir keseluruhan puisi dangding-nya. Berbagai kesalahpahaman dan kesulitan para sarjana dalam memahami puisi Mustapa kiranya dilatarbelakangi keterbatasan pengetahuan atas ajaran ini. Kajian ini menggunakan pendekatan interteks atas sejumlah puisi Mustapa yang bertema sama. Kajian ini memfokuskan pada tiga hal: martabat tujuh dalam tradisi tasawuf Nusantara, Mustapa dan posisi dangding-nya dalam sastra Sunda, serta tema martabat tujuh sebagai inti puisinya. Mustapa kiranya dipengaruhi ajaran wahdatul wujud terutama melalui kitab Tuh}fah-nya Al-Burhanfuri. Meski demikian, ia berusaha menjejakkannya dalam latar kekayaan budayanya. Ia menginterpretasikan martabat tujuh, bukan semata-mata sebagai sintesis tajalli Ilahi, tetapi juga merupakan hasil upaya manusia dalam meningkatkan martabat rohani untuk pulang ke tempat di mana ia berasal (nepi kana urut indit). Karenanya tidak tepat bila ia dianggap menyimpang dari nilai-nilai ortodoksi Islam. Ia berada pada arus utama tasawuf Nusantara yang cenderung rekonsiliatif. Signifikansi Mustapa terletak pada kreatifitasnya dalam menggunakan banyak metafor budaya Sunda termasuk dalam menafsir ajaran martabat tujuh. Ia misalnya, menggunakan metafor tubuh (balung, daging, sungsuam, getih), makanan (rujak), sungai (leuwi), dan bukit (lamping) untuk menggambarkan proses panjang dalam meracik asal alam kesejatian. Kajian ini signifikan dalam memperkuat tesis jaringan ulama Nusantara dalam bentuk artikulasi tasawuf lokal Sunda. Sebuah tafsir lain atas martabat tujuh yang muncul dalam rahim alam pikiran budaya Sunda.

Item Type: Article
Uncontrolled Keywords: martabat tujuh, dangding, tasawuf, Sunda
Subjects: Islam Umum > Islam dan Filsafat
Divisions: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik > Program Studi Sosiologi
Depositing User: DR Jajang A. Rohmana
Date Deposited: 19 Dec 2019 07:35
Last Modified: 19 Dec 2019 07:35
URI: https://etheses.uinsgd.ac.id/id/eprint/28338

Actions (login required)

View Item View Item