Teguran Al-Qur’an Al-‘Itab kepada Nabi Muhammad dalam tafsir Al-Mizan Fi Tafsir Al-Qur’an dan tafsir Al-Munir Fi Al-‘Aqidat Al-Syariat Wa Al-Manhaj : Kajian terhadap penafsiran ayat-ayat ‘Itab menurut Allamah Sayid Muhammad Husain Thabathaba'i dan Wahbah Al-Zuhaili

Jamil, Asep Mukrom (2020) Teguran Al-Qur’an Al-‘Itab kepada Nabi Muhammad dalam tafsir Al-Mizan Fi Tafsir Al-Qur’an dan tafsir Al-Munir Fi Al-‘Aqidat Al-Syariat Wa Al-Manhaj : Kajian terhadap penafsiran ayat-ayat ‘Itab menurut Allamah Sayid Muhammad Husain Thabathaba'i dan Wahbah Al-Zuhaili. Masters thesis, UIN Sunan Gunun Djati Bandung.

[img]
Preview
Text (COVER)
1_COVER.pdf

Download (259kB) | Preview
[img]
Preview
Text (ABSTRAK)
2_ABSTRAK.pdf

Download (252kB) | Preview
[img]
Preview
Text (DAFTAR ISI)
3_DAFTAR ISI.pdf

Download (283kB) | Preview
[img]
Preview
Text (BAB I)
4_BAB I.pdf

Download (436kB) | Preview
[img] Text (BAB II)
5_BAB II.pdf
Restricted to Registered users only

Download (531kB) | Request a copy
[img] Text (BAB III)
6_BAB III.pdf
Restricted to Registered users only

Download (535kB) | Request a copy
[img] Text (BAB IV)
7_BAB IV.pdf
Restricted to Registered users only

Download (755kB) | Request a copy
[img] Text (BAB V)
8_BAB V.pdf
Restricted to Registered users only

Download (221kB) | Request a copy
[img] Text (DAFTAR PUSTAKA)
9_DAFTAR PUSTAKA.pdf
Restricted to Registered users only

Download (408kB) | Request a copy

Abstract

Nabi Muhammad menegaskan bahwa dirinya manusia biasa memiliki sifat kemanusiaan, adapun yang membedakan atas manusia yang lainya adalah Nabi Muhammad diberi wahyu oleh Allah. Pada hakikatnya, Nabi Muhammad adalah manusia yang dima’sum oleh Allah. Terdapat dua sisi yang seolah berbeda, kemudian melahirkan pertanyaan, jika Nabi Muhammad telah dilengkapi dengan sifat ma’sum, kenapa Allah menegur sikapnya? Apakah ia bersalah? atau jika Allah menegur Nabi-Nya, di manakah letak kemaksuman yang telah Ia anugerahkan kepadanya? Untuk itu penulis berusaha mengkaji secara komprehenshif dengan mengambil dari sudut pandang yang berbeda dari dua mazhab besar Islam yaitu Syi’ah dan Sunni untuk meminimalisir tuduhan kesalahan-kesalahan yang dilamatkan kepada para Rasul khusunya Nabi Muhammad. Penulis membahas beberapa rumusan maslah yang berkenaan dengan latar belakang tersebut. Rumusan masalah tersebut diantaranya; Bagaimana Penafsiran Thabathaba’i dan Wahbah al-Zuhaili tentang ayat-ayat teguran (‘itab) dalam Tafsir Al-Mizan dan Tafsir al-Munir? Apa persamaan dan perbedaan penafsiran Thabathaba’i dan Wahbah al-Zuhaili tentang ayat-ayat (‘itab) dalam Tafsir Al-Mizan dan Tafsir Al-Munir? Adapun tujuan Penelitian yakni untuk menjelaskan Penafsiran Thabathaba’i dan Wahbah Al-Zuhaili tentang ayat-ayat teguran (‘itab) dalam Tafsir Al-Mizan dan Tafsir al-Munir dan menganalisa dan mengidentifikasi persamaan dan perbedaan penafsiran Thabathaba’i dan Wahbah Al-Zuhaili tentang ayat-ayat teguran (‘itab) dalam Tafsir Al-Mizan dan Tafsir Al-Munir. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan metode deskriptif-analitis-deduktif, yaitu cara analisis dari kesimpulan umum atau generalisasi yang diuraikan menjadi contoh kongkrit atau fakta-fakta untuk menjelaskan kesimpulan atau generalisasi tersebut. Penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan berupa bahan primer, sekunder oleh karena itu teknik yang digunakan dalam pengumpulan data disebut studi literer, yaitu dengan menelusuri bahan-bahan pustaka yang koheren dengan objek pembahasan yang dimaksud. Hasil penelitian membuktikan bahwasanya, Wahbah Al-Zuhaili berpendapat teguran Allah terhadap para Rasul-Nya yang termaktub di dalam Al-Qur’an adalah bentuk pengajaran atau didikan Allah. Teguran tersebut disebabkan oleh adanya hal yang tidak wajar dilakukan oleh seseorang yang dijadikan sebagai teladan yakni seperti kelupaan atau keliruan, tetapi kekeliruan dan kelupaan itu tidak dibiarkan Allah berlalu begitu saja, bahkan diingatkan oleh Allah swt. dengan perantaraan wahyu. Berbeda dengan Thabathaba’i yang tidak menganggap adanya teguran bagi Nabi Muhammad, tetapi bagi pihak lain. Teguran tersebut wujud kasih sayang Allah kepadanya, dengan demikian, ayat-ayat yang menegur Nabi Muhammad ini sama sekali tidak merusak konsep ‘ismah al-anbiya, sehingga para nabi dan rasul tetap Ma’sum. Mengenai teguran Allah swt. terhadap Rasulullah saw. di dalam Al-Qur’an, penulis menemukan beberapa teguran, di antaranya adalah mengenai sikap beliau yang bermuka masam terhadap ummi maktum, memberikan izin kepada orang-orang munafik untuk tidak ikut berperang, menshalatkan orang munafik yang mati dalam keadaan kafir, memintakan ampunan bagi orang-orang musyrik, melaknat orang-orang musyrik, menghendaki harta rampasan perang, membuat perjanjian dengan orang-orang musyrik mekkah tanpa kata ‘Insya Allah’ dan mengharamkan hal yang dihalalkan Allah swt. Demikian lah teguran Allah kepada Rasulullah merupakan bukti bahwasanya beliau adalah pihak penerima wahyu dari Allah swt. bukan pembuat Al-Qur’an Sikap Rasulullah yang mendapat teguran tersebut pada hakikatnya adalah perbuatan yang dinilai sangat baik jika dilakukan oleh manusia pada umumnya.

Item Type: Thesis (Masters)
Uncontrolled Keywords: Tafsir; Al Quran;
Subjects: Al-Qur'an (Al Qur'an, Alquran, Quran) dan Ilmu yang Berkaitan
Al-Qur'an (Al Qur'an, Alquran, Quran) dan Ilmu yang Berkaitan > Ilmu-ilmu Al-Qur'an
Al-Qur'an (Al Qur'an, Alquran, Quran) dan Ilmu yang Berkaitan > Tafsir Al-Qur'an
Divisions: Fakultas Ushuluddin > Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Depositing User: asep mukrom jamil
Date Deposited: 02 Jul 2020 03:06
Last Modified: 02 Jul 2020 03:07
URI: https://digilib.uinsgd.ac.id/id/eprint/31557

Actions (login required)

View Item View Item