(Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Pesisir Patimban Kecamatan Pusakanegara Kabupaten Subang Jawa Barat)
Pada hakikatnya, Islam bukan hanya mewujud pada tataran doktrin universal, akan tetapi ia juga merefleksi pada wujud tindakan (peradaban) yang bernuansa lokal. Islam bernuansa lokal itu dikarenakan adanya proses penetrasi kedalam tradisi lokal dengan segala ciri khasnya. Dengan begitu, keberadaan Islam sangat beragam sesuai dengan realitas ruang lingkupnya. Keragaman itu semakin nyata ketika tampak kekhasannya, seperti Islam di pasisir Patimban yang berbeda dengan Islam di tempat lainnya. Bagaimana wujud agama Islam pesisir Patimban dengan berbagai keunikannya, dan bagaimana bentuk keberagamaan masyarakat pesisir Patimban dihubungkan dengan berbagai aspek sosial, inilah masalah yang dibahas dalam penelitian ini.
Dalam penelitian ini agama dilihat dari perspektif kebudayaan. Dengan kata lain, agama sebagai fakta kultural sebagaimana dalam kebudayaan-kebudayaan lain yang merefleksi dalam kehidupan seseorang. Perspektif ini menjelaskan bahwa keberagamaan seseorang merupakan wujud dari interpretasi-interpretasi teks suci yang disesuaikan dengan karakter budaya lokalitasnya.Sebagaimana watak dasar agama Abrahamik yang selalu melibatkan diri dalam berbagai budaya lokal, sehingga yang tampak adalah Islam yang bercirikan lokalitas dengan berbagai keunikannya.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitis sebagai sebuah pendekatan kualitatif yang dapat mengungkap dan memahami fenomena sosial berdasarkan emic view atau cara pandang aktor setempat.Sesuai dengan konsep from the native’s point of view, maka peneliti mengkaji bersama masyarakat Patimban mengenaia pada bagaimana tradisi Islam pesisir (lokal) tersebut. Di sini peneliti hanyalah orang yang belajar mengenai apa yang menjadi pandangan obyek sekaligus subyek, yang merefleksi pada tindakan-tindakannya. Penelitian jenis ini dikenal juga dengan istilah metode etnografi, yang tugasnya peneliti mencatat, memahami dan menginterpretasikan semua data lapangan dengan deskripsi yang detil atau tebal (thick description).
Temuan dalam penelitian ini menjelaskan adanya keberagamaan muslim pesisir Patimban yang mempunyai kekhasan dengan berbagai dinamikanya. Varian umat Islam di Patimban pada umunya dibagi pada katagori santri dan non-santri, meskipun secara kuntitatif kalangan non-santri mayoritas. Kedua varian ini dalam banyak hal menunjukkan soliditasnya, namun dalam konteks loyalitas terhadap tradisi ritual, keduanya nampak ada perbedaan yang cukup signifikan. Kalangan non-santri menganggap tradisi ritual warisan leluhur itu mempunyai unsur religiusitas atau mana (kekuatan supernatural) sehingga ada keharusan untuk dilaksanakan dan dilestarikan.Bagi kalangan santri hal itu hanya warisan budaya yang berfungsi sebagai sarana kohesisosial, dan tidak adakaitannya dengan unsur religiusitas atau mana. Implikasi teoritiknya adalah; Pertama, perpaduan antara tradisi lokal dengan Islam bisa berwujud pola keberagamaan yang unik dan berbeda dengan kedua entitasaslinya –lebih tepatnya disebut Islam lokal atau disebut juga dengan Islam kompromis. Kedua, keberagamaan yang dilakukan masyarakat pesisir Patimban diwujudkan kedalam berbagai ritual keagamaan, sekaligus merefleksi pada tataran sosiologis dengan corak lokalitasnya, agar mereka tetap dapat bertahan hidup (survival).