Etnografi komunikasi Islam Sunda Masyarakat Adat Kampung Naga di Tasikmalaya Jawa Barat

Saepullah, Ujang (2018) Etnografi komunikasi Islam Sunda Masyarakat Adat Kampung Naga di Tasikmalaya Jawa Barat. UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

[img]
Preview
Text (COVER)
1_cover.pdf

Download (71kB) | Preview
[img]
Preview
Text (ABSTRAK)
2_abstrak.pdf

Download (372kB) | Preview
[img]
Preview
Text (ISI)
3_isi.pdf

Download (989kB) | Preview

Abstract

Masyarakat adat Kampung Naga adalah masyarakat tradisional yang memmiliki keunikan dan kekhasan tersendiri. Keunikannya terletak pada keaslian adat istiadat dan budaya yang mereka pertahankan, sedangkan kekhasannya adalah terletak pada pelaksanaan upacara adat dan ritual keagamaan yang mereka jalankan selama ini. Namun keunikan dan kekhasan masyarakat adat Kampung Naga sudah mulai adanya embrio pergeseran karena derasnya pengaruh modernisasi yang menerpa masyarakat adat termasuk masyarakat adat Kampung Naga di Tasikmalaya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: (1) bahasa dan simbol-simbol komunikasi yang digunakan oleh masyarakat adat Kampung Naga, (2) pesan-pesan moral dan pola-pola komunikasi yang dipraktekan oleh masyarakat adat Kampung Naga, (3) sistem kepercayaan dan mitologi, dan (4) upacara adat dan ritual keagamaan yang dilestarikan oleh masyarakat adat Kampung Naga. Teori yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas: (1) teori etnografi dari Peter Berger dan Thomas Lukman, (2) teori konstruksi sosial dari Alfred Schultz, (3) teori interaksi simbolik dari George Herbert Mead, Herbert Blumer, dan William James, (4) teori simbol dari Susanne Langer. Keempat teori ini digunakan peneliti untuk membantu mengkonstruksi dan menganalisis realitas keberadaan masyarakat adat Kampung Naga Tasikmalaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode etnografi komunikasi yang berusaha mengkonstruksi bahasa, komunikasi dan kebudayaan yang dilestarikan oleh masyarakat adat Kampung Naga. Adapun pendekatan yang digunakan adalah endekatan kualitatif. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi, wawancara mendalam dan studi dokumentasi. Hasil penilitian menunjukkan bahwa: (1) Bahasa yang digunakan masyarakat adat Kampung Naga adalah bahasa sunda halus. Dan simbol-simbol komunikasi yang digunakan terdiri atas, simbol verbal dan nonverbal. Simbol verbal meliputi kata-kata bahasa sunda. Kemudian simbol nonverbal yaitu berupa pakaian adat yang digunakan, ikat kepala, dan pakaian kesenian. Sedangkan simbol-simbol yang lain terdiri atas: masjid, bumi ageung, makam Sembah Eyang Singaparna, bangungan rumah yang terbuat dari kayu dan bambu beratapkan injuk. (2) Pesan-pesan moral yang disampaikan para leluhur Kampung Naga adalah berkenaan pesan-pesan yang berupa nilai-nilai dan norma-norma yang dianut oleh para sesepuh dan pendiri masyarakat Adat Kampung Naga. Sedangkan pola komunikasi yang dipraktekan oleh masyarakat adat kampung Naga, meliputi: (a) Pola komunikasi urang Naga dengan Tuhan dan para Leluhur, (b) Komunikasi Kuncen dengan Punduh dan Lebe, (c) Komunikasi Kuncen dengan masyarakat, (d) Komunikasi antarsesama urang Naga, (e) Komunikasi anatar urang Naga dengan Turis Lokal, dan (f) Komunikasi antara urang Naga dengan Turis asing. Kemudian, (3) Sistem kepercayaan dan mitologi masyarakat adat Kampung Naga adalah memiliki kepercayaan terhadap adanya mahluk halus, roh-roh nenek moyang dan roh-roh yang dianggap suci, seperti roh Sembah Eyang Singaparna, pecaya terhadap tempat-tempat yang dianggap keramat, seperti makam Eyang Singaparna, dan bumi ageung, dan percaya terhadap benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan gaib, serta percaya adanya waktu-waktu naas (sial). (4) Upacara adat masyarakat Kampung Naga yang masih dilestarikan meliputi, upacara hajat sasih, upacara menyepi,upacara lingkaran hidup (live crycle) terdiri atas upacara gusaran dan perkawinan, dan sebagainya. Sedangkan ritual keagamaan masyarakat Kampung Naga, yang terus dipertahankan terdiri atas, shalat lima waktu, hajat sasih sebagai pengganti ibadah haji, ziarah ke kubur. Ritual keagamaan yang berbeda dengan umat Islam pada umumnya adalah tentang pelaksanaan shalat wajib dan ibadah haji. Shalat wajib bagi masyarakat kampung cukup shalat dalam tiga waktu (tilu waktos), pagi, siang dan malam. Sedangkan ibadah haji diganti dengan upacara hajat sasih pada tanggal 10, 11 dan 12 Dzulhijjah.

Item Type: Book
Uncontrolled Keywords: Etnografi Komunikasi; Islam Sunda
Subjects: Customs of People > Research Methods
Divisions: Pascasarjana Program Magister > Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam
Depositing User: Ilham Nurfauzi
Date Deposited: 07 Dec 2020 00:44
Last Modified: 16 Feb 2022 04:12
URI: https://digilib.uinsgd.ac.id/id/eprint/35525

Actions (login required)

View Item View Item