Syarif, Nurrohman (2021) Islam, Islamism and Sharia: Muslim perspective on the meaning of democracy, its foundation and contemporary challenge faced by Indonesia. Cetakan pertama, 1 (1). LP2M UIN BANDUNG, Bandung. ISBN 195808171986031009 (In Press)
|
Text
ISLAM,ISLAMISM AND SHARIA (EBOOK) 16 AGUSTUS 21.pdf Download (899kB) | Preview |
Abstract
Sejak jatuhnya rezim otoriter Orde Baru, Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia kerap dipuji sebagai negara yang telah membuktikan bahwa Islam, demokrasi, dan modernitas dapat tumbuh dan berkembang bersama. Namun, pujian ini sebenarnya tidak mudah dipertahankan mengingat banyaknya tantangan yang harus dihadapi. Tantangan tersebut terutama datang dari kelompok Islamisme yang menjadikan Islam sebagai ideologi. Meski kelompok Islamisme tidak tunggal, beberapa di antaranya, terutama yang ekstrim atau radikal, jelas menolak demokrasi sebagai ide yang datang dari Barat dan harus ditolak. Melalui pendekatan normatif, teologis dan historis, penelitian atau kajian ini berusaha menjawab tantangan yang datang dari kelompok Islamisme. Dengan mengkaji hubungan Islam, Islamisme, negara Islam dan syariah, makna demokrasi bagi umat Islam, penelitian ini menyimpulkan bahwa Islam dan syariah dapat disinergikan dengan demokrasi. Karena landasan teologis bagi umat Islam untuk mendukung demokrasi konstitusional Indonesia sangat kuat. Kajian ini juga menyimpulkan bahwa meskipun Islam sebenarnya hanya sebuah agama, bukan ideologi politik, namun di tengah perkembangan demokrasi, di mana setiap orang diberi kebebasan untuk mengekspresikan ide-idenya, mustahil bagi mereka yang menjadikan Islam sebagai ideologi politiknya. dihalangi atau ditekan. Oleh karena itu, tantangannya adalah bagaimana mentransformasikan Islam sebagai ideologi negara Indonesia berdasarkan Pancasila secara demokratis. Dalam membahas tantangan yang dihadapi Indonesia, penelitian ini menemukan setidaknya sembilan tantangan yang harus dihadapi, yaitu: intoleransi terhadap pluralisme; munculnya ekstremisme atau radikalisme; politisasi konservatisme dan homogenisasi agama; definisi negara Islam yang kaku atau statis; totalitarianisme dalam demokrasi dan syariah; kelemahan masyarakat sipil serta agama sipil; kurangnya keterampilan menyampaikan pendapat atau gagasan secara beradab; kurangnya institusi yang berfungsi secara efisien. ; kurangnya sistem pendidikan yang menanamkan kesadaran demokrasi. Menjadi Islam Indonesia yang demokratis bukanlah dosa tetapi merupakan panggilan sejarah.Umat Islam, khususnya umat Islam Indonesia, harus belajar menerima prinsip-prinsip demokrasi karena meskipun demokrasi bukanlah cara terbaik untuk mengelola negara, itu adalah yang terbaik di antara yang terburuk, di antara berbagai sistem pemerintahan. Meskipun demokrasi tidak identik dengan prinsip syura dalam Islam yang dipraktikkan oleh umat Islam di masa lalu, tidak ada prinsip demokrasi yang bertentangan dengan ajaran Islam. Di negara demokrasi, umat Islam tidak hanya dihargai sebagai kelompok tetapi juga dihargai secara individu. Semangat ini sejalan dengan ajaran Al-Qur'an yang menempatkan setiap orang sebagai khalifatullah, sebuah predikat yang dalam sejarah seolah-olah dimonopoli oleh para elit atau penguasa agama.
Item Type: | Book |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Demokrasi; Islam; Islamisme; Negara Islam; Syariah |
Subjects: | Islam Umum |
Divisions: | Pascasarjana Program Magister > Program Studi Hukum Keluarga |
Depositing User: | Dr. Nurrohman Syarif |
Date Deposited: | 20 Oct 2021 10:42 |
Last Modified: | 22 Jun 2022 02:14 |
URI: | https://digilib.uinsgd.ac.id/id/eprint/45194 |
Actions (login required)
View Item |