Amin, Fuad (2021) Peran dan posisi kalimah Thayyibah dalam pembentukan akhlak tauhid menurut KH. Choer Affandi. Sarjana thesis, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Text (COVER)
1_cover.pdf Download (258kB) |
|
Text (ABSTRAK)
2_abstrak.pdf Download (403kB) |
|
Text (DAFTAR ISI)
3_daftar isi.pdf Download (405kB) |
|
Text (BAB I)
4_bab 1.pdf Download (656kB) |
|
Text (BAB II)
5_bab 2.pdf Restricted to Registered users only Download (853kB) | Request a copy |
|
Text (BAB III)
6_bab 3.pdf Restricted to Registered users only Download (306kB) | Request a copy |
|
Text (BAB IV)
7_bab 4.pdf Restricted to Registered users only Download (845kB) | Request a copy |
|
Text (BAB V)
8_bab 5.pdf Restricted to Registered users only Download (292kB) | Request a copy |
|
Text (DAFTAR PUSTAKA)
DAFPUS FUAD.pdf Restricted to Registered users only Download (406kB) | Request a copy |
Abstract
Di dalam agama Islam konsep hidup ini sangatlah mudah dan ringan, juga merupakan suatu anugerah yang diberikan Tuhan kepada seluruh mahluk ciptaannya, dengan syariat yang sejalan dengan fitrah manusia, hal ini tidak boleh disia-siakan. Akan tetapi sebuah penyimpangan itu pasti ada, dan bisa dilihat dari segi sikap dan tingkah laku yang tidak lagi didasarkan pada fitrah manusia melainkan didasarkan pada nafsunya semata, akibatnya terjadilah degradasi akhlak yang berujung pada krisis multi dimensi. Di dalam Islam, tauhid merupakan memiliki kedudukan sentral, sekaligus menjadi sebuah acuan pola pikir, sikap dan prilaku manusia, oleh karena itu jika tauhidnya benar maka benar pula pola prilakunya dan sebaliknya jika tauhidnya salah, maka dipastikan prilakunya akan menyimpang. Dalam Islam, antara tauhid pola pikir, sikap dan prilaku ada suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, akhlak seorang mukmin haruslah bertakwa dan menjauhkan diri dari kelakuan kotor, tidak meyakiti orang lain dan tidak melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama. Sedangkan orang musyrik itu keras kepala dan tidak mempercayai bahkan menolak sesuatu yang benar. Maka daripada itu kebaikan orang yang bertauhid pastilah berbeda dengan orang yang tidak bertauhid, akhlak tauhid yang dilakukan oleh seorang mukmin hanyalah mengaharapkan ridha Allah semata, sedangkan akhlak atau perilaku kebaikan yang dilakukan oleh orang yang tidak bertauhid hanyalah kebaikan semata yang didasari sifat kemanusiaan. Di dalam Islam, bertauhid itu merupakan sesuatu awal yang wajib. Landasan itu didasari oleh suatu faham keyakinan yang disebut dengan kalimah thayyibah. Kajian pada penelitian ini adalah untuk menambah litelatur pemahaman tentang kalimah thayyibah yang lebih mendalam, karena masih banyak umat Islam yang belum mengetahui makna kalimah thayyibah dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam bidang akhlak tauhid. Kalimah thayyibah ini berawal dari induk natsar Choer Affandi dalam kajian rutinan malam kamis di Pondok Pesantren Miftahul Huda Manonjaya Tasikmalaya, yang kemudian disusun oleh para puteranya menjadi sebuah buku yang berjudul Lima Puluh Aqidah Menjamin Mu’min Munjin. Kemudian diteliti dengan pendekatan fiologi untuk mendapatkan teks yang siap dibaca, sehingga dapat dianalisis. Dari naskah yang siap dibaca maka pendekatan penafsiran baru digunakan, yaitu dengan menganalisis peran dan posisi Kalimah thayyibah dalam pembentukan akhlak tauhid menurut Choer Affandi dengan dengan konsep La Maujuda La Ma’buda La Matluba La Maqsuda Illah melalui metode study pustaka, yaitu menelaah secara teliti berbagai litelatur-litelatur yang relevan.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Kalimah Thayyibah; Akhlah Tauhid; Choer Affandi |
Subjects: | Islam > Philosophy and Theory of Islam |
Divisions: | Fakultas Ushuluddin > Program Studi Aqidah Filsafat |
Depositing User: | Fuad Amin |
Date Deposited: | 10 Jan 2022 03:52 |
Last Modified: | 10 Jan 2022 03:52 |
URI: | https://digilib.uinsgd.ac.id/id/eprint/47631 |
Actions (login required)
View Item |