Permatasari, Wulan (2022) Keanekaragaman Makrofungi di Kawasan Hutan Lindung Gunung Burangrang Kabupaten Bandung Barat. Sarjana thesis, UIN Sunan Gunung Dajati Bandung.
|
Text
COVER .pdf Download (92kB) | Preview |
|
|
Text
Wulan Permatasari_ABSTRAK.pdf Download (124kB) | Preview |
|
|
Text
DAFTAR ISI.pdf Download (200kB) | Preview |
|
|
Text
BAB 1.pdf Download (301kB) | Preview |
|
Text
BAB II.pdf Restricted to Registered users only Download (197kB) | Request a copy |
||
Text
BAB III.pdf Restricted to Registered users only Download (425kB) | Request a copy |
||
Text
BAB IV.pdf Restricted to Registered users only Download (201kB) | Request a copy |
||
Text
BAB V.pdf Restricted to Registered users only Download (302kB) | Request a copy |
||
Text
DAFTAR PUSTAKA.pdf Restricted to Registered users only Download (289kB) | Request a copy |
Abstract
Makrofungi khususnya divisi Basidiomycota, merupakan salah satu kelompok utama organisme pendegradasi. Organisme ini mampu menghasilkan enzim-enzim pendegradasi yang penting seperti lignoselulosa, selulase, ligninase, dan hemiselulase, sehingga siklus materi di alam dapat terus berlangsung. Hutan Lindung Gunung Burangrang memiliki kondisi lingkungan yang sangat mendukung bagi pertumbuhan jamur, namun belum ada informasi mengenai keberadaan makrofungi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui: 1) keanekaragaman makrofungi yang ditemukan di Hutan Lindung Gunung Burangrang, 2) karakteristik morfologi makrofungi, dan 3) faktor abiotik yang mempengaruhi sebaran makrofungi di kawasan Hutan Lindung Gunung Burangrang, Kabupaten Bandung Barat. Pengamatan dilakukan pada bulan Februari - Maret 2022 menggunakan metode kombinasi antara line transect dan kuadran garis. Pencuplikan dilakukan di berapa lokasi yang dipilih secara purposif dengan plot 10 x 100 m2 dengan jumlah masing-masing transek terdapat 10 buah sub-plot berukuran 10 x 10 m2 dengan mencatat faktor abiotik, dokumentasi dan pengawetan makrofungi. Identifikasi makrofungi dilakukan berdasarkan karakter morfologi yaitu tudung (cap), warna, dan tangkai (stipe). Analisis data menggunakan Indeks Keanekaragaman Shannon Wiener untuk menghitung keanekaragaman. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat 34 jenis makrofungi yang terdiri dari 20 genus. Genus yang menarik dan tidak ditemukan oleh penelitian sebelumnya adalah Descomyces. Makrofungi paling banyak ditemukan pada ketinggian 1700-1750 mdpl, dan ditemukan pada serasah-serasah, kayu lapuk, dan tanah. Secara berurutan indeks keanekaragaman dari setiap plot yaitu 0,70 yang berarti keanekaragamannya rendah, 1,050 yang berarti keanekaragamannya rendah dan 1,85 yang berarti keanekaragamannya sedang. Makrofungi biasa hidup pada suhu udara 17- 22°C, dengan kelembaban udara 72 – 76 % dan kelembaban tanah 65-67%, dan pH tanah 5-6.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Keanekaragaman; makrofungi; descomyses; hutang lindung; burangrang |
Subjects: | Biology Biology > Data Processing and Analysis of Biology Biology > Education, Research, Related Topics of Biology Plants, Botany |
Divisions: | Fakultas Sains dan Teknologi > Program Studi Biologi |
Depositing User: | Wulan Permatasari |
Date Deposited: | 04 Oct 2022 06:29 |
Last Modified: | 04 Oct 2022 06:29 |
URI: | https://digilib.uinsgd.ac.id/id/eprint/59046 |
Actions (login required)
View Item |