Peran Haji Hasan Mustapa dalam meredam pemberontakan rakyat Aceh terhadap Kolonial Belanda tahun 1893-1895

Ansori, Fahmi Moh (2022) Peran Haji Hasan Mustapa dalam meredam pemberontakan rakyat Aceh terhadap Kolonial Belanda tahun 1893-1895. Masters thesis, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

[img]
Preview
Text (COVER)
1_cover.pdf

Download (81kB) | Preview
[img]
Preview
Text (ABSTRAK)
2_abstrak.pdf

Download (209kB) | Preview
[img]
Preview
Text (DAFTAR ISI)
3_daftarisi.pdf

Download (204kB) | Preview
[img]
Preview
Text (BAB I)
4_bab1.pdf

Download (520kB) | Preview
[img] Text (BAB II)
5_bab2.pdf
Restricted to Registered users only

Download (545kB) | Request a copy
[img] Text (BAB III)
6_bab3.pdf
Restricted to Registered users only

Download (547kB) | Request a copy
[img] Text (BAB IV)
7_bab4.pdf
Restricted to Registered users only

Download (556kB) | Request a copy
[img] Text (BAB V)
8_bab5.pdf
Restricted to Registered users only

Download (207kB) | Request a copy
[img] Text (DAFTAR PUSTAKA)
9_daftarpustaka.pdf
Restricted to Registered users only

Download (431kB) | Request a copy

Abstract

INDONESIA : Aceh merupakan daerah yang memberikan perlawanan keras terhadap penguasa kolonial Belanda. Perang Sabil yang dipicu oleh gerakan perlawanan dan dipimpin oleh ulama Aceh dan terutama membebani sumber daya penguasa kolonial, dijuluki konflik yang paling merugikan pemerintah kolonial Belanda. Akibatnya, pendekatan pemerintah kolonial dalam menangani Aceh mendapat kecaman keras dari publik, dan dicari alternatif lain, yaitu dengan mengangkat orang yang bisa menjembatani hubungan antara pemerintah kolonial dan rakyat Aceh, dan dainggap cocok untuk peran itu adalah Haji Hasan Mustapa dengan tujuan untuk menteralisir perlawanan rakyat Aceh. Penelitian ini menggunakan metode sejarah, yang bertumpu pada empat tahapan, yaitu: heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Selain itu, konsep yang digunakan adalah konsep peranan sosial yang didefinisikan dalam hal pola perilaku atau norma yang diharapkan dari orang yang memegang posisi tertentu dalam struktur masyarakat. Sedangkan teori yang digunakan adalah teori dramaturgi yang dikemukakan oleh Erving Goffman. Menurut Goffman dramaturgi adalah sandiwara kehidupan yang disajikan oleh manusia. Situasi dramatik yang seolah-olah terjadi di atas panggung sebagai ilustrasi untuk menggambarkan individu-individu dan interaksi yang dilakukan mereka dalam kehidupan bermasyarakat. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut : (1) Konflik yang paling lama dan berkelanjutan antara orang Indonesia dan pihak kolonial Belanda dikenal sebagai Perang Aceh. Peristiwa tersebut di atas mengakibatkan kematian ratusan ribu orang, penghancuran ratusan desa oleh Belanda. Bahkan istana kerajaan Aceh berada di bawah tangan mereka kolonial, akan tetapi gerakan perlawanan geriliya terus dilakukan oleh rakyat Aceh. (2) Haji Hasan Mustapa adalah pigur yang mempunyai pengaruh di kalangan para pejabat kolonial Belanda. Dia sudah dikenal luas oleh pejabat-pejabat kolonial karena keberanian dan keahliannya dalam hal-hal yang sangat penting bagi pemerintah kolonial Belanda, terutama bagi Snouck Hurgronje. (3) Hubungan antara Hasan Mustapa dengan Snouck Hurgronje selama Hasan Mustapa menjabat penghulu di Aceh memberikan kontribusi bagi kebijakan-kebijakan pemerintah kolonial Belanda selanjutnya. Laporan-laporan yang diberikan Hasan Mustapa kepada Snouck Hurgronje memberikan kesimpulan, bahwa peran Hasan Mustapa selama menjadi Hoofd penghulu di Aceh tidak hanya berperan dan menjalankan tugas dan fungsi pokok dari seorang penghulu. Akan tetapi perannya diluar batas dari fungsi seorang penghulu, yaitu sebagai informan bagi pejabat-pejabat kolonial di Aceh. ENGLISH : Aceh was an area that gave strong resistance to the Dutch colonial rulers. The Sabil War, which was triggered by the resistance movement and led by Acehnese clerics and especially burdened the resources of the colonial rulers, was dubbed the conflict that was the most detrimental to the Dutch colonial government. As a result, the approach of the colonial government in dealing with Aceh was strongly criticized by the public, and other alternatives were sought, namely by appointing a person who could bridge the relationship between the colonial government and the Acehnese people, and deemed suitable for that role was Haji Hasan Mustapa with the aim of neutralizing the people's resistance. Aceh. This study uses the historical method, which is based on four stages, namely: heuristics, criticism, interpretation and historiography. In addition, the concept used is the concept of social roles which are defined in terms of behavioral patterns or norms expected from people who hold certain positions in the structure of society. While the theory used is the theory of dramaturgy proposed by Erving Goffman. According to Goffman dramaturgy is a play of life presented by humans. Dramatic situations that seem to occur on stage as illustrations to describe individuals and their interactions in social life. Based on the results of the study, it can be concluded as follows: (1) The longest and continuous conflict between the Indonesians and the Dutch colonialists was known as the Aceh War. The above events resulted in the death of hundreds of thousands of people, the destruction of hundreds of villages by the Dutch. Even the royal palace of Aceh was under their colonial hands, but the guerrilla resistance movement continued to be carried out by the people of Aceh. (2) Haji Hasan Mustapa was a figure who had influence among Dutch colonial officials. He was widely recognized by colonial officials for his courage and expertise in matters of great importance to the Dutch colonial government, especially to Snouck Hurgronje. (3) The relationship between Hasan Mustapa and Snouck Hurgronje during Hasan Mustapa's tenure as a penghulu in Aceh contributed to the policies of the subsequent Dutch colonial government. The reports given by Hasan Mustapa to Snouck Hurgronje concluded that the role of Hasan Mustapa during his tenure as a head of the penghulu in Aceh did not only play a role and carry out the main duties and functions of a penghulu. However, his role is beyond the limits of the function of a penghulu, namely as an informant for colonial officials in Aceh.

Item Type: Thesis (Masters)
Uncontrolled Keywords: Haji Hasan Mustapa; Penghulu; Kolonial Belanda; Aceh
Subjects: Islam > Islamic History
History of Southeast Asia > History of Indonesia
Divisions: Pascasarjana Program Magister > Program Studi Sejarah Peradaban Islam
Depositing User: Fahmi Moh Ansori
Date Deposited: 06 Oct 2022 01:11
Last Modified: 06 Oct 2022 01:11
URI: https://digilib.uinsgd.ac.id/id/eprint/59252

Actions (login required)

View Item View Item