Septiani, Nur Anisa (2023) Penafsiran Ḥalīm dalam Al-Qur’an: Kajian tafsir tematik. Sarjana thesis, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
|
Text (COVER)
1_cover.pdf Download (217kB) | Preview |
|
|
Text (ABSTRAK)
2_abstrak.pdf Download (209kB) | Preview |
|
|
Text (DAFTAR ISI)
3_daftarisi.pdf Download (192kB) | Preview |
|
|
Text (BAB I)
4_bab1.pdf Download (429kB) | Preview |
|
Text (BAB II)
5_bab2.pdf Restricted to Registered users only Download (461kB) | Request a copy |
||
Text (BAB III)
6_bab3.pdf Restricted to Registered users only Download (800kB) | Request a copy |
||
Text (BAB IV)
7_bab4.pdf Restricted to Registered users only Download (176kB) | Request a copy |
||
Text (DAFTAR PUSTAKA)
8_daftarpustaka.pdf Restricted to Registered users only Download (185kB) | Request a copy |
Abstract
Penelitian ini berangkat dari pertanyaan bagaimana penafsiran Ḥalīm dalam Al-Qur’an. Memilih kata Ḥalīm yang merupakan sifat pada salah satu al-Asma al-Ḥusna. Yang mana Ḥalīm banyak diterjemahkan dengan sifat Maha Penyantun. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, Penyantun diartikan orang yang suka menolong, memiliki budi pekerti dan tutur bahasa yang baik. Dari hal tersebut, timbul pertanyaan apakah terjemah Maha Penyantun telah sesuai dengan makna Ḥalīm yang dimaksudkan Allah dalam ayat-ayat Al-Qur’an? Karenanya perlu untuk menelusuri penafsiran para ulama mengenai Ḥalīm ini. Bertujuan untuk mengetahui penafsiran Ḥalīm dalam Al-Qur’an melalui metode yang digunakan bersifat kualitatif dengan pendekatan tafsir tematik, salah satunya menggunakan tafsir tematik yang digagas oleh Abd Al-Hayy Al-Farmawi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ayat-ayat Ḥalīm dalam Al-Qur’an yang merujuk pada sifat Penyantun terdapat 15 ayat dalam 12 surat, dengan derivasi Ḥalīmun dan Ḥalīman. Ḥalīm berarti sifat menangguhkan atau tidak menyegerakan hukuman bagi mereka yang berbuat kesalahan, dengan memberikannya kesempatan untuk bertaubat dan akan memaafkannya jika memohon ampunan. Pada ayat-ayat Ḥalīm, sifat Ḥalīm tidak hanya disandarkan pada Allah, namun juga disandarkan pada manusia yang Allah kehendaki. Hal tersebut memberikan semangat pada manusia, bahwa sifat Allah tersebut dapat diikuti oleh manusia yang ingin berusaha menggapai ridho-Nya dengan mengikuti sifat yang dimiliki oleh Allah yang dicintainya. Setelah melewati setiap langkah dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan kesimpulan bahwa benar Al-Qur’an itu tidak cukup jika hanya menggunakan terjemahan untuk memahaminya, karena hal tersebut hanya akan menjadi pendangkalan makna. Namun, hal tersebut bukan mengartikan bahwa kita tidak membutuhkan terjemah, kita memerlukannya sebagai langkah awal untuk dapat memahami sebuah kosa kata. Selanjutnya penafsiranlah yang dapat menjelaskan lebih dalam makna sesungguhnya mengenai sebuah ayat. Seperti halnya penelitian ini yaitu sifat Ḥalīm, yang pada akhirnya dapat diketahui makna sesungguhnya melalui sebuah penafsiran.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Ḥalīm; Al-Qur’an; Tafsir Tematik |
Subjects: | Islam > God Al-Qur'an (Al Qur'an, Alquran, Quran) dan Ilmu yang Berkaitan Al-Qur'an (Al Qur'an, Alquran, Quran) dan Ilmu yang Berkaitan > Tafsir Al-Qur'an Al-Qur'an (Al Qur'an, Alquran, Quran) dan Ilmu yang Berkaitan > Kumpulan Ayat-ayat dan Surat-surat Tertentu dalam Al-Qur'an |
Divisions: | Fakultas Ushuluddin > Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir |
Depositing User: | Nur Anisa Septiani |
Date Deposited: | 06 Jul 2023 07:03 |
Last Modified: | 06 Jul 2023 08:13 |
URI: | https://digilib.uinsgd.ac.id/id/eprint/70212 |
Actions (login required)
View Item |