Nilai sufistik dalam kisah Nabi Musa dan Khidir: Studi tafsir Rūḥ Al-Ma’ānī karya Al-Alūsī

Attsani, Ahmad Raihan Qolbu (2023) Nilai sufistik dalam kisah Nabi Musa dan Khidir: Studi tafsir Rūḥ Al-Ma’ānī karya Al-Alūsī. Sarjana thesis, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

[img]
Preview
Text (COVER)
1_cover.pdf

Download (152kB) | Preview
[img]
Preview
Text (ABSTRAK)
2_abstrak.pdf

Download (399kB) | Preview
[img]
Preview
Text (DAFTAR ISI)
3_daftarisi.pdf

Download (337kB) | Preview
[img]
Preview
Text (BAB I)
4_bab1.pdf

Download (4MB) | Preview
[img] Text (BAB II)
5_bab2.pdf
Restricted to Registered users only

Download (6MB) | Request a copy
[img] Text (BAB III)
6_bab3.pdf
Restricted to Registered users only

Download (4MB) | Request a copy
[img] Text (BAB IV)
7_bab4.pdf
Restricted to Registered users only

Download (11MB) | Request a copy
[img] Text (BAB V)
8_bab5.pdf
Restricted to Registered users only

Download (511kB) | Request a copy
[img] Text (DAFTAR PUSTAKA)
9_daftarpustaka.pdf
Restricted to Registered users only

Download (1MB) | Request a copy

Abstract

Kisah pertemuan antara Nabi Musa dengan seorang hamba yakni Khidir merupakan kisah yang mengandung beberapa pelajaran ilmu, diantaranya; ilmu psikologi,ilmu pendidikan, ilmu tasawuf dan lain sebagainya. Adapun penelitian ini berfokus terhadap tafsir sufi yang mana penulis berusaha menguraikan dalam bentuk nilai sufistik yang terkandung di dalam kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir. Penulis melakukan penelitian ini, dikarenakan dalam kisah terdapat kontroversi bagi sebagian orang yang masih diperbincangkan terkait eksistensi dan keilmuan antara Nabi Musa dan Khidir. Di samping itu, dengan teks kisah ini pula, ada yang beranggapan bahwa diskursus ilmu hakikat itu bertentangan dengan ilmu syari’at. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penafsiran al-Alūsī dalam kitab Tafsir Rūḥ Al-Ma’ānī terkait kisah Nabi Musa dan Khidir yang terdapat pada surat Al-Kahfi ayat 60-82. Serta meneliti nilai sufistik atau tasawuf yang terkandung dalam kisah tersebut. Penelitian ini juga dilengkapi penafsiran eksistensi tokoh Khidir, mengenai status dan hidup atau wafatnya beliau yang masih menjadi kontroversi hingga saat ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan usaha mengumpulkan kemudian menganalisa data tertulis yang berkaitan dengan kisah Nabi Musa dan Khidir. Dalam kata lain metode ini dilakukan melalui perantara kajian kepustakaan (library reseach). Untuk menyajikan pemahaman secara mendalam penelitian ini menggunakan deskriptif-kualitatif, sehingga maksud penafsiran kisah Nabi Musa dan Khidir perspektif Tafsir Rūḥ Al-Ma’ānī dapat tersalurkan. Hasil dari penelitian ini melahirkan dua point, diantaranya; Pertama, penafsiran surat Al-Kahfi ayat 60-82 penafsiran al-Alūsī dalam kitab Tafsir Rūḥ Al-Ma’ānī, terkhusunya terkait eksistensi Khidir yang meliputi statusnya dan kehidupannya. Dalam hal ini al-Alūsī berpendapat status Khidir itu sebagai seorang Nabi, melihat rahmat yang diberikan kepada Nabi Khidir adalah sebuah wahyu yang berupa ilmu batin atau ilmu ladunī. Adapun tentang kehidupan Nabi Khidir hingga saat ini, al-Alūsī lebih condong terhadap pendapat yang menyatakan bahwa Nabi Khidir telah wafat. Kedua, nilai sufistik yang terkandung dalam penafsiran kisah ini terbagi menjadi tiga point secara garis besar, yakni al-maqāmāt yang berupa sifat tawaḍu’ serta kesabaran Nabi Musa ketika berguru kepada Nabi Khidir. Kedua, maqām hakikat yang dimiliki Nabi Khidir, dalam hal ini al-Alūsī menguraikan tiga maqām yang ditempuh untuk mencapai maqāmhakikat bagi seorang salik, diantaranya; Ṭarīqah, Maqāmāt dan Aḥwāl. Ṭarīqah yang merupakan segala bentuk metode untuk menuju kesempurnaan batin. Jika seseorang telah mengamalkan segala metode ṭarīqah, maka akan mendapatkan tingkatan kualitas tertentu dihadapan Allah Swt, atau dikenal sebagai Maqāmāt dan Aḥwāl. Ketiga, ilmu ladunī, dalam hal ini ilmu ladunī merupakan bentuk wahyu yang diberikan kepada Nabi Khidir sekaligus materi pembelajaran yang diberikan kepada Nabi Musa, sehingga dengan perspektif ẓahirnya Nabi Musa, selalu menolak akan ilmu ladunī tersebut. Hal ini lah yang menjadi dalih akan pernyataan yang menyatakan bahwa ilmu hakikat menyalahi ilmu syari’at. Dan dari pernyataan tersebut al-Alūsī sangat menolak jika ilmu hakikat menyalahi ilmu syari’at, sebab seseorang yang hendak mencapai maqām hakikat itu harus melewati dinding syariat dan sangatlah disalahkan jika seseorang tersebut menafikan ajaran syariat.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Uncontrolled Keywords: Al-Alūsī;Kisah;Tasawuf
Subjects: Islam > Sufism
Al-Qur'an (Al Qur'an, Alquran, Quran) dan Ilmu yang Berkaitan
Al-Qur'an (Al Qur'an, Alquran, Quran) dan Ilmu yang Berkaitan > Tafsir Al-Qur'an
Divisions: Fakultas Ushuluddin > Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Depositing User: Ahmad Raihan Qolbu
Date Deposited: 05 Sep 2023 03:24
Last Modified: 05 Sep 2023 03:24
URI: https://digilib.uinsgd.ac.id/id/eprint/75039

Actions (login required)

View Item View Item