Sholihati, Wildya Laila (2023) Kedudukan anak perempuan sebagai hajib terhadap ahli waris lain menurut Kompilasi Hukum Islam serta relevansinya dengan pendapat Imam Syafi'i. Sarjana thesis, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
|
Text
1_cover.pdf Download (358kB) | Preview |
|
|
Text
2_abstrak.pdf Download (424kB) | Preview |
|
|
Text
3_daftar isi.pdf Download (408kB) | Preview |
|
|
Text
4_bab1.pdf Download (671kB) | Preview |
|
Text
5_bab2.pdf Restricted to Registered users only Download (489kB) | Request a copy |
||
Text
6_bab 3.pdf Restricted to Registered users only Download (430kB) | Request a copy |
||
Text
7_bab4.pdf Restricted to Registered users only Download (937kB) | Request a copy |
||
Text
8_bab 5.pdf Restricted to Registered users only Download (320kB) | Request a copy |
||
Text
9_daftar pustaka.pdf Restricted to Registered users only Download (436kB) | Request a copy |
Abstract
Dalam KHI ada sebuah ketentuan bahwa derajat anak perempuan dalam masalah hijab-mahjub adalah sama, yang mana anak perempuan menjadi dapat menghijab ahli waris lain. Dalam hal ini penyusun mencoba merelevansikan ketentuan dalam KHI ini dengan pendapat Imam Syafi’i. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) mengetahui konsep hijab menuurt KHI dan Imam Syafi’i, 2) mengetahui kedudukan anak perempuan sebagai hajib terhadap ahli waris lain menurut KHI dan Imam Syafi’i, 3) menganalisis kedudukan anak perempuan sebagai hajib terhadap ahli waris lain menurut KHI serta relevansinya dengan pendapat Imam Syafi’i dalam tinjauan teori Perubahan Hukum Ibnu Qayyim Al-Jauziyah. Teori yang digunakan adalah teori perubahan hukum Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, yang menjelaskan bahwa suatu hukum dapat berubah sesuai dengan perubahan zaman, tempat dan adat. Perubahan hukum disebabkan oleh adat yang berbeda juga terjadi dalam kasus anak perempuan sebagai hajb ini, yaitu hakim memutuskan bahwa anak perempuan dapat menghijab ahli waris lain dengan alasan bahwa hakim memandang kultur masyarakat Indonesia lebih cenderung kepada keluarga inti saja, yaitu suami, istri dan anak. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan penelitian kepustakaan, serta melihat bagaimana realitas kehidupan di masyarakat dan melihat bagaimana permasalahan yang muncul dan dicarikan solusi terbaik dari kasus yang diteliti. Kesimpulan dari penelitian ini adalah : 1) Terdapat perbedaan konsep hijab antara KHI dan Imam Syafi’i, KHI menerapkan sistem kewarisan bilateral, sementara Imam Syafi’i menerapka sistem kewarisan patrilineal, 2) KHI menetapkan bahwa kedudukan anak perempuan dan anak laki-laki sebagai hajb adalah sama, sesuai dengan pendapat Ibnu Abbas, sementara menurut Imam Syafi’i anak perempuan hanya dapat menghijab hirman saudara seibu saja serta cucu perempuan dari anak laki-laki, 3) Perkara hak hijab anak perempuan dalam KHI dipandang tidak relevan dengan pendapat Imam Syafi’i, perkara waris ini juga bersifat kasuistik, dimana hakim dapat mempertimbangkan hal lain yang berhubungan dengan ahli waris, apakah maslahat atau tidak. Maka bisa saja hakim keluar dari hukum yang telah ditetapkan demi mencapai kemaslahatan bersama.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Anak Perempuan; Kompilasi Hukum Islam; Imam Syafi'i |
Subjects: | Al-Qur'an (Al Qur'an, Alquran, Quran) dan Ilmu yang Berkaitan > Al-Qur'an dan Terjemahan dalam Bahasa Indonesia Al-Hadits dan yang Berkaitan Fikih (Fiqih, Fiqh), Hukum Islam > Hukum Waris Islam, Faraid Law > Comparative Law |
Divisions: | Fakultas Syariah dan Hukum > Program Studi Perbandingan Madzhab dan Hukum |
Depositing User: | wildya laila sholihati |
Date Deposited: | 07 Sep 2023 07:49 |
Last Modified: | 07 Sep 2023 07:49 |
URI: | https://digilib.uinsgd.ac.id/id/eprint/75896 |
Actions (login required)
View Item |