Analisis semantik makna kata Wa‘ad dan derivasinya dalam Al-Qur’ān

Maulana, Muhamad Fahrul (2023) Analisis semantik makna kata Wa‘ad dan derivasinya dalam Al-Qur’ān. Sarjana thesis, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

[img]
Preview
Text
1_cover.pdf

Download (122kB) | Preview
[img]
Preview
Text
2_abstrak.pdf

Download (223kB) | Preview
[img]
Preview
Text
3_daftar isi.pdf

Download (187kB) | Preview
[img]
Preview
Text
4_bab 1.pdf

Download (349kB) | Preview
[img] Text
5_bab 2.pdf
Restricted to Registered users only

Download (354kB) | Request a copy
[img] Text
6_bab 3.pdf
Restricted to Registered users only

Download (944kB) | Request a copy
[img] Text
7_bab 4.pdf
Restricted to Registered users only

Download (892kB) | Request a copy
[img] Text
8_bab 5.pdf
Restricted to Registered users only

Download (193kB) | Request a copy
[img] Text
9_daftar pustaka.pdf
Restricted to Registered users only

Download (195kB) | Request a copy

Abstract

Kata Wa‘ad merupakan salah satu konsep penting dalam Al-Qur’ān. Seringkali sebagian besar pembaca Al-Qur’ān menerjemahkan kata Wa‘ad hanya dengan janji. Padahal, kata ini mempunyai banyak arti yang berbeda. Al-Qur’ān sendiri menyatakan bahwa Wa‘ad tidak hanya diartikan sebagai janji. Kata وَعد merupakan bahasa arab yaitu fi‘il bentuk kata dasar dari ( موعودا - وعدة - وعدا - يعد - وعد ), kata ini dapat digunakan untuk hal yang baik dan hal yang buruk, namun pada umumnya kata ini digunakan untuk hal kebaikan. Makna lain dari kata Wa’ad di dalam Al-Qur’ān yakni, memberikan pengharapan melalui perkataan dan ancaman. Kemudian kata Wa'ada (janji) merupakan perintah yang dijanjikan kepadanya, dan dia memiliki turunan, diantaranya: وعد، موعد، موعدة، موعود، موعودة. Beberapa lafazh tersebut merupakan contoh bentuk mashdar yang menunjukkan maf'ul yang bermakna sumpah, pengembalian, kebenaran, dan kebohongan. Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang sekaligus menjadi tujuan dari penelitian ini adalah membahas mengenai makna kata Wa’ad dan derivasinya dalam Al-Qur’ān, yang meliputi makna dasar, makna relasional, makna relasional Pra-Qur’ānik dan makna relasional Pasca-Qur’ānik, serta konsep berdasarkan analisis Semantik Al-Qur’ān Toshihiko Izutsu. Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif analisis dengan jenis penelitian bersifat kualitatif. Pendekatan yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah Pendekatan Semantik Al-Qur’ān Toshihiko Izutsu. Sumber data primer yang digunakan meliputi ayat-ayat Al-Qur’ān dan terjemahnya, buku-buku semantik yang salah satunya adalah buku karangan Toshihiko Izutsu yang berjudul Relasi Tuhan dan Manusia. Sedangkan sumber data sekunder yang digunakan meliputi kamus-kamus klasik bahasa Arab, kitab-kitab tafsir, skripsi dan karya tulis ilmiah yang berkaitan dengan penelitian ini. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Wa’ad dan derivasinya dalam Al-Qur’ān disebutkan sebanyak 151 kali dalam 63 surat dengan 60 derivasinya. Lafadz Wa’ad yang diturunkan di Mekkah terdapat 116 ayat dalam 50 surat, sedangkan yang diturunkan di Madinah terdapat 35 ayat dalam 13 surat. Medan semantik dari semua lafadz Wa’ad dapat dipahami ketika lafadz Wa’ad disandingkan dengan lafadz haqqa (an), la ātin, maf’ula, ‘alainā, ma’tiyyā, lashādiq, lawāqi‘a, al-husnā, jannātin, awwābin hafiizh dan layastakhlifannahum fil ardhi, maghfiratan wa ajran azhiimā, maghfiratan minhu wafadhlā, maghānima katsiiratan, ra aw mā, nuriyannaka ba’dha, yushibkum ba’dhu, immal ‘adzaba wa imma as-sā’ah, lanuharriqannahu tsumma lanansifannahu fil yammi nasfā (n), an-nāra, nāra jahannam, aqoriibun/amadā(n), ash-shubhu, hattā ya’tiya, faidzā jā a, aqoriibun am ba’iidun, za’amtum, annakum mukhrajuun, Illā ghuruurā, asāthiirul awwaliin, haihā ta haihā ta, sirran, makaā nan suwā, jā nibath thuuril aimana, fa akhhlaftum, mā akhlafnā, yaumin, yaumukumu, lā yukhlifullahu, falā tahsabannallāha mukhlifa, al-faqra, illā ghuruurā, yak dzibuuna, fa akhlaftukum, Musā, Ibrāhim, Ismā‘il. Setelah direlasikan dengan medan semantik, konsep Wa’ad dalam Al-Qur’ān berkaitan dengan kebenaran janji Allah, janji Allah yang baik (surga), pahala dan ampunan, azab, neraka, waktu hukuman Allah, ketidpercayaan orang-orang kafir, perjanjian atau ancaman, hari yang dijanjikan, mustahil Allah mengingkari janji, tipuan dan pendustaan, serta nabi dan rasul. Implikasi sosial kemasyarakatan dari makna kata Wa’ad yakni untuk melahirkan pada jiwa seorang hamba rasa takut dan pengharapan agar melahirkan sikap semangat dalam beribadah kepada Allah yaitu dengan melaksanakan semua perintah-Nya dan meninggalkan semua larangan-Nya. Juga untuk menumbuhkan rasa adil dalam menyikapi janji dan ancaman Allah.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Uncontrolled Keywords: Semantik; Wa’ad; Al-Qur’ān
Subjects: Al-Qur'an (Al Qur'an, Alquran, Quran) dan Ilmu yang Berkaitan > Asbabun Nuzul
Al-Qur'an (Al Qur'an, Alquran, Quran) dan Ilmu yang Berkaitan > Al-Qur'an dan Terjemahan dalam Bahasa Indonesia
Al-Qur'an (Al Qur'an, Alquran, Quran) dan Ilmu yang Berkaitan > Tafsir Al-Qur'an
Divisions: Fakultas Ushuluddin > Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Depositing User: Muhamad Fahrul Maulana
Date Deposited: 08 Sep 2023 03:40
Last Modified: 08 Sep 2023 03:40
URI: https://digilib.uinsgd.ac.id/id/eprint/76322

Actions (login required)

View Item View Item