Khairi, Amrieza (2023) Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir dalam Al-Qur'an : Studi penafsiran Jami'ul Al-Bayan Fi tafsir Al-Qur'an karya Al-Thabari. Sarjana thesis, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
|
Text (COVER)
1_cover.pdf Download (171kB) | Preview |
|
|
Text (ABSTRAK)
2_abstrak.pdf Download (89kB) | Preview |
|
|
Text (DAFTAR ISI)
3_daftarisi.pdf Download (115kB) | Preview |
|
|
Text (BAB I)
4_bab1.pdf Download (284kB) | Preview |
|
Text (BAB II)
5_bab2.pdf Restricted to Registered users only Download (454kB) | Request a copy |
||
Text (BAB III)
6_bab3.pdf Restricted to Registered users only Download (118kB) | Request a copy |
||
Text (BAB IV)
7_bab4.pdf Restricted to Registered users only Download (426kB) | Request a copy |
||
Text (BAB V)
8_bab5.pdf Restricted to Registered users only Download (24kB) | Request a copy |
||
Text (DAFTAR PUSTAKA)
9_daftarpustaka.pdf Restricted to Registered users only Download (182kB) | Request a copy |
Abstract
Penelitian ini mengkaji tentang kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir dengan menggunakan studi penafsiran Ath-Thabari dalam kitabnya Jami’ul Al-Bayan Fi Tafsir Al-Qur’an. Kajian ini menjadi sangat penting dihubungkan dengan penafsiran kisah yang sering memuat riwayat-riwayat yang tidak diketahu sumber aslinya sehingga terkadang jauh dari sumber yang kuat. Penelitian ini bertjuan untuk menganalisis dan menguraikan penafsiran kisah nabi Musa dan nabi Khidir dalam Tafsir Jami’ul Al-Bayan Fi Tafsir Al-Qur’an karya Ath-Thabari. Dengan menggunakan metode deskriptif-analisis dengan teknik pengumpulan library research. Hasil dari penelitian ini adalah Al-Thabari menggunakan riwayat-riwayat untuk menafsirkan atau memperkuat argument dari pendapatnya. Setiap ayat di atas yang ia tafsirkan, akan selalu berdasarkan kepada kisah. Hal ini tentu sangat baik, karena dengan periwayatan dapat memperkuat validitas dari penafsiran Ath-Thabari terhadap ayat. Walaupun sebenarnya, dalam penafsiran kisah Nabi Musa dan Khidir ini terdapat beberapa hadits yang lemah atau dhoif. Bahkan, terdapat riwayat Ibnu Juraij, yang disebut sebagai salah satu periwayat israiliyyat. Hal tersebut merupakan kekurangan dari penafsiran dengan menggunakan riwayat. Kemudian, Ath-Thabari juga beberapa menafsirkan dengan mengkaji segi bahasa terlebih dahulu. Seperti yang ia lakukan pada penafsiran kata al-kanzu yang disimpulkan sebagai harta simpanan. Hal ini jelas dapat mempermudah dalam memperoleh makna ayat secara keseluruhan. Selain itu, dalam menafsirkan ayat dengan pendapatnya, ia juga sering mengkomparasikan antara dua pendapat. Biasanya, masing-masing pendapat ia lengkapi dengan riwayat-riwayat sebagai pendukung.
Actions (login required)
View Item |