Rahman, Encep Taufik (2023) Kritik hukum atas alasan perceraian dalam peraturan perundang-undangan perkawinan serta prospek pengembangannya dalam sistem hukum nasional. Doktoral thesis, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
|
Text (COVER)
COVER.pdf Download (86kB) | Preview |
|
|
Text (ABSTRAK)
ABSTRAK.pdf Download (220kB) | Preview |
|
|
Text (DAFTAR ISI)
Daftar isi.pdf Download (146kB) | Preview |
|
|
Text (BAB 1)
Bab 1.pdf Download (681kB) | Preview |
|
Text (BAB 2)
Bab 2.pdf Restricted to Registered users only Download (560kB) | Request a copy |
||
Text (BAB 3)
Bab 3.pdf Restricted to Registered users only Download (284kB) | Request a copy |
||
Text (BAB 4)
Bab 4.pdf Restricted to Registered users only Download (857kB) | Request a copy |
||
Text (BAB 5)
Bab 5.pdf Restricted to Registered users only Download (209kB) | Request a copy |
||
Text (DAFTAR PUSTAKA)
Daftar Pustaka.pdf Restricted to Registered users only Download (202kB) | Request a copy |
Abstract
Alasan perceraian dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia memiliki prospek pengembanganya dalam sistem hukum nasional, namun perlu kritik hukum yang membangun. Alasan perceraian sebagaimana termaktub pada Pasal 39 ayat (2) UU Perkawinan, dijelaskan bahwa “antara suami isteri itu tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami isteri”, namun ketidakrukunan dalam rumah tangga bukanlah merupakan sebab utama, akan tetapi merupakan akibat dari sebab lain yang mendahuluinya.Sehingga letak permasalahannya adalah perlu pengembangan ketentuan alasan perceraian dalam sistem hukum nasional. Selanjutnya, kualifikasi alasan-alasan perceraian sebagaimana termaktub pada Pasal 39 ayat (2) UU Perkawinan tersebut mengandung konsekuensi hukum bahwa kedua belah pihak dalam perkawinan yang dapat mengakibatkan ketidakrukunan dalam rumah tangga, ini tidaklah dapat menjadi alasan perceraian. Alasan logika hukumnya adalah “jika rumah tangga tetap rukun setelah suami atau istri resmi bercerai atas putusan hakim”, maka kedua belah pihak tidak mempunyai alasan apapun untuk mengajukan tuntutan perceraian kepada Pengadilan Agama. Sehingga ketentuan Pasal 39 ayat (2) UU Perkawinan perlu dikritisi. Tujuan penelitian ini menganalisis: (1) alasan perceraian dalam peraturan perundang-undangan perkawinan di Indonesia ditinjau dari aspek filosofis dan sosiologis; (2) alasan perceraian dalam peraturan perundang-undangan perkawinan ditinjau dari perspektif maqashid al-syari’ah; (3) realisasi penerapan alasan perceraian dalam peraturan perundang-undangan perkawinan di pengadilan; dan (4) prospek pengembangan ketentuan alasan perceraian dalam sistem hukum nasional. Teori yang digunakan dalam disertasi ini meliputi 3 teori, yakni (1) teori Maqasid al-Syari’ah dari Al-Syatibi sebagai grand theory, (2) al-maslahah al-mursalah sebagai middle theory, dan (3) teori negara hukum menurut Frederik Robert Bothlingk sebagai applied theory. Metode dalam disertasi ini adalah metode deskriptif analitis, pendekatannya adalah yuridis normatif. Sedangkan jenis data berupa data kualitatif yang bersumber dari UU, PP, KHI, hasil putusan pengadilan agama, buku-buku karya ulama dan pakar hukum Islam tentang Alasan Perceraian. Sumber data diperoleh dari Sumber data utama penelitian kualitatif yakni kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Teknik kepustakaan (library research) dan dokumentasi juga digunakan dalam disertasi ini. Hasil penelitian membuktikan bahwa : (1) aspeka filosofis alasan perceraian dasarnya adalah pihak suami dan isteri menolak untuk didamaikan, sedangkan aspek sosiologisnya adalah rumah tangga yang tidak dalam kedamaian tidak akan mencapai tujuan perkawinan. (2) perspektif maqashid al-syari’ah atas alasan-alasan perceraian adalah atas dasar pertimbangan mashlahah dengan syarat perceraian tersebut tidak menimbulkan kemadharatan, dan tidak menyimpang dari maqashid al-syari’ah. (3) Realisasi penerapan alasan perceraian dalam peraturan perundang-undangan perkawinan di Pengadilan Agama harus mengacu pada regulasi yang berlaku saat ini, yakni perkara perceraian harus diputus oleh Pengadilan Agama berdasar atas: (a) duduk perkara, (b) pertimbangan hakim, (c) pertimbangan setelah mediasi, dan dampak buruk yang mengakibatkannya. (4) Prospek pengembangan ketentuan alasan perceraian dalam sistem hukum nashional menghasilkan dua aspek pengembangan, yakni (a) penambahan alasan, dan (b) alasan kemanusiaan dan kemaslahatan. The reasons for divorce in the laws and regulations in Indonesia have prospects for development in the national legal system, however, constructive legal criticism is needed. The reason for the divorce as set forth in Article 39 paragraph (2) of the Marriage Law, explains that "between husband and wife will not be able to live in harmony as husband and wife", but discord in the household is not the main cause, but is the result of other causes that preceded it. So the location of the problem is that it is necessary to develop provisions for reasons for divorce in the national legal system. Furthermore, the qualifications for reasons for divorce as set forth in Article 39 paragraph (2) of the Marriage Law contain legal consequences that the two parties to a marriage which can result in disharmony in the household, this cannot be a reason for divorce. The reason for the legal logic is "if the household remains harmonious after the husband or wife is officially divorced by the judge's decision", then both parties do not have any reason to file a divorce claim at the Religious Court. So that the provisions of Article 39 paragraph (2) of the Marriage Law need to be criticized. The purpose of this study is to analyze: (1) the reasons for divorce in the marriage laws and regulations in Indonesia in terms of philosophical and sociological aspects; (2) the reasons for divorce in marriage laws and regulations are viewed from the perspective of maqasid al-shari'ah; (3) implementation of the application of the reasons for divorce in the marriage laws and regulations in court; and (4) prospects for the development of provisions on reasons for divorce in the national legal system. The theory used in this dissertation includes 3 theories, namely (1) the theory of Maqasid al-Syari'ah from Al-Syatibi as the grand theory, (2) al-maslahah al-mursalah as the middle theory, and (3) the rule of law theory according to Frederik Robert Bothlingk as applied theory. The method in this dissertation is analytical descriptive method, the approach is normative juridical. While the type of data is in the form of qualitative data originating from UU, PP, KHI, the results of religious court decisions, books by Islamic scholars and experts on the Reasons for Divorce. The data source is obtained from the main data source of qualitative research, namely words and actions, the rest is additional data such as documents and others. Library research and documentation techniques are also used in this dissertation. The results of the study prove that: (1) the philosophical aspect of the reasons for divorce is basically that the husband and wife refuse to be reconciled, while the sociological aspect is that a household that is not in peace will not achieve the goal of marriage. (2) the maqasid al-shari'ah perspective on the reasons for divorce is on the basis of mashlahah considerations with the condition that the divorce does not cause harm, and does not deviate from maqasid al-shari'ah. (3) Realization of the application of reasons for divorce in the marriage laws and regulations in the Religious Courts must refer to the current regulations, namely divorce cases must be decided by the Religious Courts based on: (a) the case, (b) the judge's consideration, (c) ) considerations after mediation, and the adverse effects resulting from it. (4) The prospect of developing provisions for reasons for divorce in the national legal system results in two aspects of development, namely (a) additional reasons, and (b) humanitarian and benefit reasons. أسباب الطلاق في القوانين واللوائح في إندونيسيا لها آفاق للتطور في النظام القانوني الوطني ، ومع ذلك ، هناك حاجة إلى نقد قانوني بناء. يوضح سبب الطلاق على النحو المنصوص عليه في المادة 39 الفقرة (2) من قانون الزواج أن "بين الزوج والزوجة لن يكونا قادرين على العيش في وئام كزوج وزوجة" ، ولكن الخلاف في الأسرة ليس هو الأساس السبب ، ولكنه نتيجة لأسباب أخرى سبقته ، لذا فإن موقع المشكلة هو أنه من الضروري وضع أحكام لأسباب الطلاق في النظام القانوني الوطني. علاوة على ذلك ، فإن مؤهلات أسباب الطلاق على النحو المنصوص عليه في المادة 39 الفقرة (2) من قانون الزواج تحتوي على عواقب قانونية بأن طرفي الزواج يمكن أن يؤدي إلى تنافر في الأسرة ، ولا يمكن أن يكون هذا سببًا للطلاق. والسبب في المنطق القانوني هو "إذا ظلت الأسرة متناغمة بعد الطلاق الرسمي للزوج أو الزوجة بقرار من القاضي" ، فلن يكون لدى الطرفين أي سبب لتقديم دعوى طلاق في المحكمة الدينية. بحيث يجب انتقاد أحكام المادة 39 الفقرة (2) من قانون الزواج. الغرض من هذه الدراسة هو تحليل: (1) أسباب الطلاق في قوانين وأنظمة الزواج في إندونيسيا من حيث الجوانب الفلسفية والاجتماعية. (2) النظر إلى أسباب الطلاق في قوانين وأنظمة الزواج من منظور مقاصد الشريعة. (3) تطبيق أسباب الطلاق في قوانين وأنظمة الزواج في المحاكم. (4) آفاق تطوير الأحكام المتعلقة بأسباب الطلاق في النظام القانوني الوطني.Simpan terjemahan تشتمل النظرية المستخدمة في هذه الرسالة على 3 نظريات ، وهي (1) نظرية المقاصد السريعه من السيابي باعتبارها النظرية الكبرى ، (2) نظرية المصلحة المرسلة النظرية الوسطى ، و (3). نظرية سيادة القانون وفقًا لفريدريك روبرت بوثلينجك كنظرية تطبيقية. إن المنهج في هذه الرسالة هو المنهج الوصفي التحليلي ، والنهج المعياري قانوني. بينما يكون نوع البيانات في شكل بيانات نوعية مستمدة من القوانين واللوائح الحكومية ومجموعات الشريعة الإسلامية ونتائج قرارات المحاكم الدينية وكتب علماء الإسلام وخبراء القانون حول أسباب الطلاق. يتم الحصول على مصدر البيانات من مصدر البيانات الرئيسي للبحث النوعي أي الكلمات والأفعال ، والباقي بيانات إضافية مثل الوثائق وغيرها. تستخدم أيضًا تقنيات البحث والتوثيق في المكتبة في هذه الرسالة. أثبتت نتائج الدراسة أن: (1) الجانب الفلسفي من أسباب الطلاق هو في الأساس أن الزوج والزوجة يرفضان التصالح ، بينما الجانب الاجتماعي هو أن الأسرة التي لا تعيش في سلام لن تحقق الهدف المتمثل في: زواج. (2) منظور مقاصد الشرع في أسباب الطلاق على أساس المصالحة بشرط أن لا يضر الطلاق ولا يخرج عن مقاصد الشريعة. (3) إن تحقيق تطبيق أسباب الطلاق في قوانين وأنظمة الزواج في المحاكم الدينية يجب أن يشير إلى اللوائح الحالية ، أي أن قضايا الطلاق يجب أن تفصل فيها المحاكم الدينية على أساس: (أ) الحالة ، (ب) نظر القاضي ، (ج)) الاعتبارات بعد الوساطة ، والآثار السلبية الناتجة عنها. (4) يؤدي احتمال تطوير أحكام لأسباب الطلاق في النظام القانوني الوطني إلى جانبين من جوانب التنمية ، وهما (أ) أسباب إضافية ، و (ب) أسباب إنسانية ومفيدة.
Item Type: | Thesis (Doktoral) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Kritik Hukum Islam; Alasan Perceraian; Murtad, UU Perkawinan |
Subjects: | Fikih (Fiqih, Fiqh), Hukum Islam Fikih (Fiqih, Fiqh), Hukum Islam > Hukum Keluarga dan Hukum Perkawinan, Pernikahan menurut Islam Fikih (Fiqih, Fiqh), Hukum Islam > Bimbingan Perkawinan BP4 |
Divisions: | Pascasarjana Program Doktor > Program Studi Hukum Islam > Konsentrasi Hukum Keluarga |
Depositing User: | Encep Taufik Rahman |
Date Deposited: | 15 Sep 2023 06:03 |
Last Modified: | 15 Sep 2023 06:03 |
URI: | https://digilib.uinsgd.ac.id/id/eprint/77568 |
Actions (login required)
View Item |