Pendapat Ali IBN Abi Thalib tentang iddah wanita hamil yang di tinggal mati suaminya

Ubaidillah, Ubaidillah (1999) Pendapat Ali IBN Abi Thalib tentang iddah wanita hamil yang di tinggal mati suaminya. Sarjana thesis, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

[img]
Preview
Text (COVER)
1_cover.pdf

Download (250kB) | Preview
[img]
Preview
Text (ABSTRAK)
2_abstrak.pdf

Download (477kB) | Preview
[img]
Preview
Text (DAFTAR ISI)
3_daftarisi.pdf

Download (337kB) | Preview
[img]
Preview
Text (BAB I)
4_bab1.pdf

Download (3MB) | Preview
[img] Text (BAB II)
5_bab2.pdf
Restricted to Registered users only

Download (6MB)
[img] Text (BAB III)
6_bab3.pdf
Restricted to Registered users only

Download (5MB)
[img] Text (BAB IV)
7_bab4.pdf
Restricted to Registered users only

Download (336kB)
[img] Text (DAFTAR PUSTAKA)
8_daftarpustaka.pdf
Restricted to Registered users only

Download (1MB)

Abstract

Dikalangan Jumhur Fuqaha sepakat bahwa masa iddah wanita hamil yang ditinggal mati suaminya adalah sampai melahirkan anaknya, Mereka mengacu pada pendapat Umar dan Ibnu Abbas . Akan tetapi Ali Ibn Abi Thalib mempunyai pendapat yang berbeda . Menurut Ali Ibn Abi thalib , iddah wanita hamil yang ditinggal mati suaminya adalah mengambil masa yang terlama dari dua iddah, yaitu iddah kematian (wafat) dan iddah kehamilan Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan alasan dan dalil yang digunakan Ali Ibn Abi Thalib dal am berpendapat, serbab pendapat Umar dan Ibnu Abbas yang kemudian diikuti oleh Jumhur fuqoha didukung oleh Hadist Shohih yang diriwayatkan oleh Subai’ah al-Aslamiyyah yang menetapkan secara khusus bahwa iddah wanita hamil yang ditinggal mati oleh suaminya adalah sampai melahirkan. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya Taarudl dua dalil yang sama kuatnya, yaitu firman Allah dal am surat al Baqarah (2) ayat 234 yang menyatakan bahwa iddah wanita yang ditinggal mati suaminya adalah empat bulan sepuluh hari. Ayat ini tidak membedakan apakah wanita tersebut hamil atau tidak. Sedangkan dalam surat at-Thai aq ayat 4 Allah menyatakan bahwa iddah wanita yang hamil adalah sampai melahirkan, tanpa membedakan apakah wanita tersebut ditinggal mati suaminya atau tidak, Dengan demikian, terdapat pertentangan kandungan kedua ayat tersebut bagi wanita hamil yang ditinggal mati suaminya, yakni apakah iddahnya berakhir hingga ia melahirkan anaknya ataukah menunggu hingga empat bulan sepuluh hari. Data yang ditemukan meuunjukan bahwa metode berpikir yang digunakan Ali Ibn Abi Thalib adalah Thariq al-Jami’ yaitu mengumpulkan dan mengkompromikan kedua dalil tersebut, sebab mengamalkan kedua dalil lebih baik dari pada meninggalkan sal ah satu diantaranya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendapat Ali Ibn Abi Thalib lebih cende mg dilatarbelakangi oleh kehati-hatian beliau dalam menggali hukum, sehingga beliau mengamalkan yang lebih maslahat dan meninggalkan yang meragukan. Dan selebihnya adalah sebagai pemyataan bela sungkawa dari seorang isteri atas kematian suaminya, seperti kewajiban beriddah bagi isteri yang ditinggal mati suaminya sebelum disetububi.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Uncontrolled Keywords: Ali Ibn Abi Thalib; Wanita Hamil
Subjects: Fikih (Fiqih, Fiqh), Hukum Islam > Hukum Keluarga dan Hukum Perkawinan, Pernikahan menurut Islam
Divisions: Fakultas Syariah dan Hukum > Program Studi Al-Ahwal Al-Syakhshiyah
Depositing User: PKL6 SMKN 11 GARUT
Date Deposited: 26 Sep 2023 04:14
Last Modified: 06 Nov 2023 03:57
URI: https://digilib.uinsgd.ac.id/id/eprint/78814

Actions (login required)

View Item View Item