Perceraian Dengan Alasan Cacat Badan Kajian Pasal 19 Poin E Pp N0.9 Tahun 1975

Mulyadi, Dede Hadi (2007) Perceraian Dengan Alasan Cacat Badan Kajian Pasal 19 Poin E Pp N0.9 Tahun 1975. Sarjana thesis, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

[img]
Preview
Text (COVER)
1_cover.pdf

Download (247kB) | Preview
[img]
Preview
Text (ABSTRAK)
2_abstrak.pdf

Download (735kB) | Preview
[img]
Preview
Text (DAFTAR ISI)
3_daftarisi.pdf

Download (311kB) | Preview
[img]
Preview
Text (BAB I)
4_bab1.pdf

Download (4MB) | Preview
[img] Text (BAB II)
5_bab2.pdf
Restricted to Registered users only

Download (7MB)
[img] Text (BAB III)
6_bab3.pdf
Restricted to Registered users only

Download (4MB)
[img] Text (BAB IV)
7_bab4.pdf
Restricted to Registered users only

Download (462kB)
[img] Text (DAFTAR PUSTAKA)
8_daftarpustaka.pdf
Restricted to Registered users only

Download (735kB)

Abstract

Salah satu alasan terjadinya perceraian adalah karena salah satu pihak suami-isteri mendapat cacat badan. Jika suaminya yang cacat badan, maka isterinya berhak menggugat cerai, demikian sebaliknya. Hanya jika isterinya yang mengalami cacat badan permanen sehingga tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami isteri, ada dua pilihan bagi suami, melakukan poligini atau menceraikan isterinya, sedangkan sang isteri terjebak pada pilihan yang sangat sulit, bahkan diskriminatif, jika menolak dipoligini, maka ia haras menerima untuk diceraikan. Berbeda jika suaminya yang cacat badan, tidak ada pilihan bagi isteri kecuali menggugat cerai, karena seorang isteri haram melakukan poliandri. Penelitian ini mengajukan tiga rumusan masalah, yaitu; (1) Apa yang dimaksud dengan salah satu pihak mendapat cacat badan dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami-isteri? (2) Bagaimana hak-hak yang diperoleh isteri yang diceraikan suaminya karena cacat badan? (3) Bagaimana tinjauan al-ahwal al-syahsiah terhadan alasan perceraian sebagaimana terdapat dalam PP 9/1975 Pasal 19 huraf (e). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jawaban tiga masalah tersebut. Penelitian bertitik tolak dari kerangka berpikir bahwa perceraian yang sah adalah yang dilaksanakan sesuai dengan Undang-undang Nomor 1/1974 dan PP. 9/1975. Alasan-alasan terjadinya perceraian berkaitan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban suami isteri, oleh karena itu jika salah satu pihak mendapat penyakit atau cacat badan yang berakibat tidak dapat melaksanakan kewajibannya sebagai suaminya isteri, Perceraian pun dapat dibenarkan oleh undang-undang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode content analisis atau analisis isi data, yakni dengan mengumpulkan data-data literer berapa buku-buku tentang perkawinan dengan segala aspek yang berkaitan dengannya dan buku-buku fiqh munakahat. Pendekatan analisis ini atas data tersebut menggunakan pendekatan teoritis yang telah dijadikan kerangka pemikiran dan tinjauan pustaka. Data dikumpulkan dengan cara menginventarisasi buku-buku yang berkaitan langsung dan tidak langsung dengan materi penelitian. Sumber Data Primer, yaitu PP 9/1975 Pasal 19 huruf (e), Kompilasi Hukum Islam dan buku Himpunan Undang-Undang Perkawinan di Indonesia. Sumber Data Sekunder, yaitu buku-buku lain yang membahas secara umum tentang perkawinan, perceraian dan syarat-syaratnya. Jenis data yang dibutuhkan adalah data kualitatif yang bersifat literer. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan : (1) Alasan diceraikannya isteri yang cacat badan, sebagai alasan yuridis. Undang-undang Nomor 1/1974 tentang Putusnya Perkawinan yang dijelaskan oleh Peraturan pemerintah Nomor 91/1975 Pasal 19 Huruf (e) menetapkan bahwa suami berhak mengajukan permohonan talak ke Pengadilan dengan alasan isterinya mengalami cacat badan permanen (2) Tindakan hukum isteri berhak mengajukan hak-hak kebendaan selama perkawinan dengan suaminya, misalnya hak atas harta bersama atau gono-gini dan hak mut’ah; hak meminta biaya kesehatan sesuai kesepakatan; hak atas nafkah iddah; hak-hak lain yang meskipun tidak diatur oleh Undang-undang, tetapi dapat dilaksanakan karena tidak ada larangan dalam Undang-undang, misalnya isteri menuntut hak perwalian anak yang berada di atas usia 12 tahun demi menjaga dan melindungi keadaan isteri yang mengalami cacat badan, terlebih jika suami telah keluar dari kehidupannya karena perceraian; (3) Dalam perspektif al-ahwal al-syahsiah, tidak terdapat alasan normatif dalam al-Qur’an tentang alasan menceraikan isteri karena cacat badan, tetapi dalam hadits Rasulullah saw.membolehkannya.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Uncontrolled Keywords: Perceraian; Cacat; Kajian
Subjects: Fikih (Fiqih, Fiqh), Hukum Islam > Hukum Keluarga dan Hukum Perkawinan, Pernikahan menurut Islam
Divisions: Fakultas Syariah dan Hukum > Program Studi Al-Ahwal Al-Syakhshiyah
Depositing User: PKL6 SMKN 11 GARUT
Date Deposited: 10 Oct 2023 08:25
Last Modified: 10 Oct 2023 08:25
URI: https://digilib.uinsgd.ac.id/id/eprint/80014

Actions (login required)

View Item View Item