Purwanti, Pupu (2007) Persetujuan wanita janda yang belum baligh dalam perkawinan menurut Imam Syafi’i. Sarjana thesis, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
|
Text
1_cover.pdf Download (238kB) | Preview |
|
|
Text
2_abstrak.pdf Download (573kB) | Preview |
|
|
Text
3_daftarisi.pdf Download (351kB) | Preview |
|
|
Text
4_bab1.pdf Download (3MB) | Preview |
|
Text
5_bab2.pdf Restricted to Registered users only Download (5MB) |
||
Text
6_bab3.pdf Restricted to Registered users only Download (5MB) |
||
Text
7_bab4.pdf Restricted to Registered users only Download (402kB) |
||
Text
8_daftarpustaka.pdf Restricted to Registered users only Download (590kB) |
Abstract
Pada Umumnya para ahii Hukuin Islam (Imam Malik dan Imam Abu Hanifah) berpendapat bahwa persetujuan wanita janda yang belum baligh tidak diperhitungkan sebagai salah satu syarat sahnya sebuah perkawinan. Sehingga seorang Ayah boleh memaksanya untuk menikah. Sedangkan Imam Syafi’i berpendapat bahwa persetujuan wanita janda yang belum baligh dalam perkawinan merupakan salah satu syarat sahnya sebuah perkawinan, sehingga seorang Ayah tidak boleh memaksanya untuk menikah. Hal ini erat kaitannya dengan pertimbangan hukum yang digunakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pertimbangan hukum Imam Syafi’i mengenai persetujuan wanita janda yang belum baligh dalam perkawinan. Serta pendapat Imam Syafi’i tentang persetujuan wanita janda yang belum baligh dalam perkawinan. Penelitian ini bertolak dari pemikiran bahwa sumber hukum adalah ayat Al-Qur’an dan Hadits. Untuk memahami kandungan hukum dari kedua sumber itu dilakukan dengan berbagai metode istinbath al-ahkam. Dikalangan Ulama dikenal antara lain dengan Qiyas, Istihsan, Urf yang memiliki karakteristik masing-masing. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalaha analisis isi (content analisys) terhadap Kitab-kitab hasil karya Imam Syafi’i seperti Al-‘Umm, Ar-risalah, serta kitab dan buku lain yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti, sedangkan analisis data menggunakan pendekatan deskrifitif. Dari data data yang ditemukan menunjukan bahwa menurut Imam Syafi’i, berdasarkan dalalatud-dalalah atau Mafhum Muwafaqoh dari hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Mutafaq alaih bahwa wanita janda yang belum baligh itu sama dengan wanita janda yang sudah baligh. dan berdasarkan qiyas yaitu menganalogikan keadaan keperawanan yang sudah hilang pada janda yang belum baligh dengan keperawanan yang sudah hilang pada wanita janda yang sudah baligh. sehingga seorang wali termasuk didalamnya wali mujbir (wali yang memiliki wewenang mengawinkan anak perempuannya tanpa persetujuan anak perempuan yang dikawinkan) harus meminta izin terlebih dahulu kepada wanita janda yang belum baligh tersebut, dan tidak memiliki hak ijbar (memaksa) lagi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa menurut Imam Syafi’i persetujuan wanita janda yang belum baligh diperhitungkan sebagai salah satu syarat sahnya sebuah perkawinan. sehingga seorang Wali mujbir tennasuk didalamnya seorang Ayah tidak boleh memaksa anaknya yang sudah janda dan belum baligh untuk menikah. Apabila hal itu terjadi maka perkawinan tersebut batal.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Subjects: | Islam > Marriage and Family Life |
Divisions: | Fakultas Syariah dan Hukum > Program Studi Al-Ahwal Al-Syakhshiyah |
Depositing User: | ADMIN PKL |
Date Deposited: | 27 Oct 2023 01:54 |
Last Modified: | 27 Oct 2023 01:54 |
URI: | https://digilib.uinsgd.ac.id/id/eprint/80883 |
Actions (login required)
View Item |