Salsabila, Gita Nurain (2023) Penafsiran Istitha'ah dalam ibadah menurut Al-Qur'an. Sarjana thesis, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
|
Text (COVER)
1_cover.pdf Download (194kB) | Preview |
|
|
Text (ABSTRAK)
2_abstrak.pdf Download (189kB) | Preview |
|
|
Text (DAFTAR ISI)
3_daftarisi.pdf Download (322kB) | Preview |
|
|
Text (BAB I)
4_bab1.pdf Download (431kB) | Preview |
|
Text (BAB II)
5_bab2.pdf Restricted to Registered users only Download (592kB) |
||
Text (BAB III)
6_bab3.pdf Restricted to Registered users only Download (756kB) |
||
Text (BAB IV)
7_bab4.pdf Restricted to Registered users only Download (192kB) |
||
Text (DAFTAR PUSTAKA)
8_daftarpustaka.pdf Restricted to Registered users only Download (227kB) |
Abstract
Penelitian ini membahas tentang penafsiran terhadap ayat-ayat istitha’ah dalam ibadah menurut Al-Qur’an. Terdapat kata yang serupa dengan istitha’ah, yaitu wus'u karena keduanya memiliki arti sanggup atau mampu. Namun,perbedaan dalam pembahasan muncul ketika diterapkan pada konteks kewajiban ibadah. Istitha’ah lebih relevan hanya pada kajian ibadah haji, sementara wus'u mencakup berbagai ibadah lainnya seperti shalat, puasa, dan aspek kewajiban dalam pernikahan serta jual beli. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami bagaimana para mufassir menginterpretasikan ayat-ayat yang berkaitan dengan istitha’ah dalam ibadah. Perbedaan pendapat tentang istitha’ah menjadi suatu ketertarikan yang perlu dikaji lebih mendalam. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif dengan mengumpulkan data secara alamiah. Penulis menggunakan metode deskriptif analisis melalui pendekatan tafsir tematik (maudhui), sehingga penjelasan yang disampaikan dapat tersusun secara sistematis. Dalam mengkaji ini, digunakan teknik penelitian kepustakaan (library research) untuk mengumpulkan data dari sumber-sumber data primer maupun sekunder. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa istitha’ah merupakan kemampuan seseorang untuk menjalankan kewajiban ibadah. Istitha’ah ini berlaku dalam semua cabang ibadah, walaupun istilah istitha’ah secara khusus disebutkan dalam ayat haji sebagai syarat utama yang harus dipenuhi, terutama dalam hal finansial. Jika seseorang tidak mampu, maka kewajiban tersebut tidak dikenakan padanya. Terdapat makna serupa yang disebut sebagai wus’u yang merujuk pada kemampuan individu dalam konteks kewajiban lainnya seperti shalat, puasa, wudhu, atau kewajiban seorang suami memberi nafkah kepada istrinya dan kewajiban berlaku adil dalam jual beli. Dalam hal ini, jika seseorang tidak mampu menjalankannya, maka beban kewajiban tersebut dapat diringankan (rukhsah). Namun, jika seseorang meninggalkan kewajiban ini tanpa alasan yang jelas atau dengan sengaja, mereka dapat dikenai dosa. Allah menjanjikan surga bagi hamba-Nya yang menjalankan kewajiban sesuai dengan kemampuannya tanpa berlebihan atau menguranginya.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Istitha'ah; Ibadah; Tafsir |
Subjects: | Al-Qur'an (Al Qur'an, Alquran, Quran) dan Ilmu yang Berkaitan > Tafsir Al-Qur'an |
Divisions: | Fakultas Ushuluddin > Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir |
Depositing User: | Gita Nurain Salsabila |
Date Deposited: | 01 Nov 2023 03:43 |
Last Modified: | 01 Nov 2023 03:43 |
URI: | https://digilib.uinsgd.ac.id/id/eprint/81283 |
Actions (login required)
View Item |