Kedudukan wanita dalam hukum pidana islam menurut Mahmud Syaltut (Studi tcntang saksi hudud, qishash dan diyat)

Yadi, Yadi (2006) Kedudukan wanita dalam hukum pidana islam menurut Mahmud Syaltut (Studi tcntang saksi hudud, qishash dan diyat). Sarjana thesis, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

[img]
Preview
Text
1_cover.pdf

Download (282kB) | Preview
[img]
Preview
Text
2_abstrak.pdf

Download (522kB) | Preview
[img]
Preview
Text
3_daftarisi.pdf

Download (286kB) | Preview
[img]
Preview
Text
4_bab1.pdf

Download (4MB) | Preview
[img] Text
5_bab2.pdf
Restricted to Registered users only

Download (7MB)
[img] Text
6_bab3.pdf
Restricted to Registered users only

Download (8MB)
[img] Text
7_bab4.pdf
Restricted to Registered users only

Download (356kB)
[img] Text
8_daftarpustaka.pdf
Restricted to Registered users only

Download (895kB)

Abstract

Sistem relasi wanita dan laki-laki merupakan isu kontroversial. Kubu fundamental is menganggap bahwa ketidaksejajaran/dominasi laki-iaki atas wamta (sistem patriarki) merupakan takdir Tuhan. Sistem patriarkt ini dikonstruksi oleh penafsiran my soy in is. Argumen tafsir atas ayat sosiologis yang bersifat kontekstual telah dipatenkan menjadi ayat teologis yang bersifat absolut, padahal zaman terus berkembang. Penafsiran mysoginis telah menimbulkan pandangan minor terhadap wanita. Dalam Jinayah, timbul pendapat bahwa wanita bernilai setengah dari laki laki, hal ini antara lam dapal dilihal dalam masalah saksi hudud, qishash dan diyat. Mahmud Syaltut termasuk rektor al Azhar yang kontroversial. Pemikirannya banyak yang berseberangan dengan Jumhur. la memegang prinsip kesamaan di depan hukum, persamaaan tanggung jawab dan kemanusiaan antara laki-laki dan wanita. Mungkin prisinp ini akan mewarnai pemikirannya dalam masalah kedudukan wanita dalam saksi hudud, qishas dan diyal Penelitian ini berlolak dari adanya dalil-dalil yang menimbulkan pandangan bahwa wanita bernilai setengah dari laki-laki Dalil itu antara lain Q.S al-Baqarah ayat 282 yang soring diruiuk sebagi dalil atas mlai kesaksian wanita secara umuin; Q.S al-Baqarah ayat 178 tentang qishash, dan ijma ulama tentang nilai diyat wanita. Padahal Islam sejak awalnva niemiliki semangat untuk mengangkat harkat dan derajat kaum wanita, tetapi perubahannya dilakukan secara bertahap, disesuaikan dengan zaman Islam juga menjunjung tinggi prinsip persamaan hukum dan kemanusiaan Penelitian mi menggunakan melode deskril'tif analitis, yaitu inenggali konsep dan teori dasar yang berkenaan dengan masalah. dengan sumber primer kitab Al­ lslam Al-Aqidah Wa Al-Syuri'uh karya Mahmud Syaltut. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka. Kemudian data yang telah dikumpulkan diproses, dikelompokan, serta ditafsirkan dengan menggunakan analisis isi. Dalam saksi hudud, Mahmud Syaltut patut diduga cenderung menyamakan nilai kesaksian wanita dengan laki-laki, karena: adanya kesamaan nilai kemanusiaan pada laki-laki dan wanita; Q.S al-Baqarah ayat 282 yang bukan dalil kesaksian hudud tetapi dalil utang-piutang; dan kesamaan kedudukan wanita dan laki-laki dalam syahadal li’an. Kedudukan wanita dalam qishash sama dengan laki-laki, karena: Q.S al-Baqarah ayat 1/8 bermaksud membatalkan tradisi lahiliyah; qishash tidak bergantung pada sil'at-sil'al pembmuih; laki-laki dan wanita sama mcmiliki kedudukan dalam hidup; serta adanya azas persamaan hukum Nilai diyat wamla adalah sama dengan laki laki, karena: adanya azas keadilan dan persamaan hak di depan hukum; penghormatan terhadap nilai kemanusiaan; ayat qishash dan diyal bersifat umum dan mengikat; serta kata mukminan mencakup pula mukmmat.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Subjects: Criminal Law > Criminal Procedure
Divisions: Fakultas Syariah dan Hukum > Program Studi Siyasah
Depositing User: PKL7 SMKN 8 GARUT
Date Deposited: 06 Dec 2023 07:09
Last Modified: 06 Dec 2023 07:09
URI: https://digilib.uinsgd.ac.id/id/eprint/82769

Actions (login required)

View Item View Item