Mukhlisin, Dinu (2024) Konsep Insan Kamil: Analisis perbandingan Syekh Abdul Karim Al-Jili dan Achmad Chodjim. Sarjana thesis, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
|
Text (COVER)
cover.pdf Download (83kB) | Preview |
|
|
Text (ABSTRAK)
ABSTRAK.pdf Download (94kB) | Preview |
|
|
Text (DAFTAR ISI)
DAFTAR ISI.pdf Download (50kB) | Preview |
|
|
Text (BAB I)
BAB I.pdf Download (219kB) | Preview |
|
Text (BAB II)
BAB II.pdf Restricted to Registered users only Download (299kB) |
||
Text (BAB III)
BAB III.pdf Restricted to Registered users only Download (151kB) |
||
Text (BAB IV)
BAB IV.pdf Restricted to Registered users only Download (289kB) |
||
Text (BAB V)
BAB V.pdf Restricted to Registered users only Download (96kB) |
||
Text (DAFTAR PUSTAK)
DAFTAR PUSTAKA.pdf Restricted to Registered users only Download (156kB) |
Abstract
Pembahasan mengenai “insan kamil” masih layak untuk dikaji. Faktanya, saat ini banyak orang yang berlomba-lomba dan berusaha mencapai hal tersebut. Tokoh yang banyak membahas Insan Kamil antara lain Syekh Abdul Karim al-Jili dan Achmad Chodjim. Kedua karakter tersebut menjelaskan konsep menjadi manusia dengan caranya masing-masing. Mereka juga memiliki persamaan dan perbedaan dalam makna, proses, dan tingkatan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk memahami secara mendalam fenomena sosial atau perilaku manusia. Metode ini lebih deskriptif dan membantu memahami konteks dan makna suatu situasi atau peristiwa. Untuk teknik pengumpulan data menggunakan penelitian kepustakaan (library research), teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data penelitian berupa data-data kepustakaan yang telah dipilih, dicari, disajikan, dan dianalisis. Dengan menggunakan tinjauan literatur dan metode deskriptif dan komparatif, persamaan dan perbedaan dapat ditemukan. Hasilnya adalah sebagai berikut: Pertama, dari segi pemahaman, keduanya mempunyai istilah masing-masing. Al-Jili dengan Insan Kamil dan Achmad Chodjim dengan Manusia Unggul. Namun dalam pengertian Insan Kamil, al-Jili menganggap Tuhan lebih sebagai titik sentral dan memandang Nabi Muhammad SAW sebagai gambaran Tuhan dan teladan bagi seluruh umat manusia. Berbeda dengan Achmad Chodjim, menurutnya untuk mencapai Insan Kamil, harus dengan menyingkap tabir (tirai) yang menutupi “Ilmu Budhi Jati” atau ilmu tentang kesempurnaan hidup. Kedua, dalam proses pencapaiannya, keduanya menjadikan Tuhan dan manusia sebagai subjek utama. Bedanya, agar al-Jili bisa mencapai Insan Kamil, manusia harus mampu melakukan tajalli dan taraqqi ketuhanan dalam hidupnya. Berbeda dengan Achmad Chodjim, proses pencapaian Insan Kamil dengan cara menjalani gemblengan atau menjalani banyak ujian agar dapat menguasai hawa nafsunya dan melatih diri. Ketiga, tentang tingkatan. Keduanya sepakat bahwa mencapai manusia sempurna harus dilakukan secara berkelanjutan. Bedanya, untuk menjadi manusia sempurna Al-Jili harus melalui tiga tahapan yaitu al-Bidayah, al-Tawasuth, al-Khitam. Berbeda dengan Achmad Chodjim untuk mencapai Insan Kamil harus melalui Maningal, Manekung, Maneges.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Insan Kamil; Al-Jili; Achmad Chodjim |
Subjects: | Islam > Philosophy and Theory of Islam |
Divisions: | Fakultas Ushuluddin > Program Studi Aqidah Filsafat |
Depositing User: | Dinu Mukhlisin |
Date Deposited: | 27 May 2024 01:17 |
Last Modified: | 27 May 2024 01:17 |
URI: | https://digilib.uinsgd.ac.id/id/eprint/88032 |
Actions (login required)
View Item |