Konsep fisabilillah dalam ashnaf zakat fitrah menurut majelis tarjih Muhammadiyah

Muhaemin, Dida (2005) Konsep fisabilillah dalam ashnaf zakat fitrah menurut majelis tarjih Muhammadiyah. Sarjana thesis, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Preview	Text (COVER) 1_cover.pdf Download (322kB) | Preview
Preview	Text (ABSTRAK) 2_abstrak.pdf Download (874kB) | Preview
Preview	Text (DAFTAR ISI) 3_daftarisi.pdf Download (669kB) | Preview
Preview	Text (BAB I) 4_bab1.pdf Download (9MB) | Preview
	Text (BAB II) 5_bab2.pdf Restricted to Registered users only Download (14MB)
	Text (BAB III) 6_bab3.pdf Restricted to Registered users only Download (8MB)
	Text (BAB IV) 7_bab4.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB)
	Text (DAFTAR PUSTAKA) 8_daftarpustaka.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB)
	Text (LAMPIRAN) 9_lampiran.pdf Restricted to Repository staff only Download (3MB)

Abstract

Muhammadiyah sebagai organisasi Islam yang didirikan oleh K H Ahmad Dahlan pada tahun 1912, dalam kiprahnya selama bergerak drbidang sosial dan pendidikan, juga membenkan fatwa-fatwa atau keputusan dibidang keagamaan bagi pengikutnya lewat sebuah badan yang dinamakan Majlis Tarjih. Salah satu dari hasil keputusan tersebut adalah pemaknaan lafadz sabilillah dalam ashnaf zakat baik zakat maal maupun fitrah secara luas. Penelitian ini bertitik tolak dari sebuah kenyataan bahwa dalam mentasharufkan zakat (baik maal maupun fitrah), Muhammadiyah menyalurkan nya pada ashnaf yang delapan seperti yang disebutkan didalam Q S 9: 60, namun lebih luas lagi cakupannya. Hal ini berdasarkan interpretasi mereka yang memaknai sabilillah secara luas, padahal para ulama madzhab memaknai sabilillah dengan pemaknaan yang sempit yaitu berperang melawan musuh. Bahkan Abu Zahrah menyatakan jika sabthllah dimaknai secara luas, maka implikasinya akan menghilangkan maksud pemberian zakat unit bagian sabilillah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep sabilillah dalam ashnaf zakat fitrah, dasar hukum yang diambil serta metode ijtihad yang dilaksanakan oleh Majlis Tarjih Muhammadiyah sebagai badan khusus yang membidangi fatwa keagamaan. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, melalui metode ini penulis menggali data seakurat mungkin dari sumber­sumber yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas melalui observasi dan wawancara. Setelah itu data-data yang diperoleh tersebut diolah serta dianalisis, yang selanjutnya digambarkan secara mikro dan pada akhirnya diambil suatu kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Muhammadiyah melalui Majlis Tarjihnya memaknai lafadz sabilillah secara luas Hal ini didasan oleh kedudukan lafadz-lafadz sabilillah yang terdapat dalam Al-Qur'an, dimana dan kedudukannya tersebut dapat ditarik tiga pengertian yaitu pertama jika lafadz sabilillah terletak setelah kata kerja al-Idhlal dan atau al-Shaddu dengan menggunakan huruf jar 'an, maka diartikan sebagai agama Islam Kedua apabila lafadz sabilillah itu terletak setelah kata kerja al-Infaq atau al-Shadaqat yang bukan dalam konteks peperangan dengan menggunakan huruf jar fi, maka lafadz sabtltllah tersebut dapat diartikan sebagai kepentingan umum umat Islam Ketiga jika lafadz sabilillah terletak setelah kata kerja al-Jihad, al-Qual, al-Hijrah, al­Hasr atau dalam konteks yang menerangkan peperangan, maka lafadz sabilillah tersebut dapat diartikan sebagai perang itu sendiri Muhammadiyah sendiri cenderung untuk mengambil makna sabtltllah yang kedua yaitu , apabila lafadz sabilillah terletak setelah kata kerja al-lnfaq atau al-Shadaqat yang bukan dalam konteks peperangan dengan menggunakan huruf Jar fl, maka lafadz sabilillah tersebut dapat diartikan sebagai kepentingan umum umat Islam.

Actions (login required)

View Item