Konsep pengalaman puncak (peak experience) dalam psikologi dan tasawuf: Studi komparasi pemikiran Abraham Maslow dan Abu Hamid al-Ghazali

Setiawati, Wida Nur (2008) Konsep pengalaman puncak (peak experience) dalam psikologi dan tasawuf: Studi komparasi pemikiran Abraham Maslow dan Abu Hamid al-Ghazali. Diploma thesis, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

[img]
Preview
Text (COVER)
1_cover.pdf

Download (68kB) | Preview
[img]
Preview
Text (ABSTRAK)
2_abstrak.pdf

Download (125kB) | Preview
[img]
Preview
Text (BAB I)
BAB I.pdf

Download (190kB) | Preview
[img] Text (BAB II)
BAB II.pdf
Restricted to Registered users only

Download (189kB)
[img] Text (BAB IV)
BAB IV.pdf
Restricted to Registered users only

Download (101kB)
[img] Text (BAB III)
BAB III.pdf
Restricted to Registered users only

Download (319kB)
[img] Text (DAFTAR PUSTAKA)
4_daftarpustaka.pdf
Restricted to Registered users only

Download (136kB)

Abstract

Sepanjang sejarah yang tercatat, manusia selalu melaporkan pengalaman-pengalaman yang di satu sisi dirasakan meluas melampaui batas-batas dan limit-limit normal. Pengalaman mistikal dan transenden seperti itu biasanya dihormati secara khusus dan terkandung potensi kebaikan, keluhuran atau kesempurnaan didalamnya. Jika didalam diri manusia terkandung potensi kebaikan, keluhuran atau kesempurnaan, akan muncul pertanyaan bagaimana potensi tersebut dapat di kembangkan dan diaktualisasikan? Banyak teori yang berbicara mengenai hal ini, baik dalam wacana psikologi maupun tasawuf. Abraham Maslow, tokoh psikologi mengungkapkan konsepnya mengenai aktualisasi diri untuk mencapai pengalaman puncak. Begitu pula Abu Hamid al-Ghazali, tokoh tasawuf, dengan konsep ma’rifatnya sebagai wujud dari pengalaman puncak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsep pengalaman puncak (peak experience) dari masing-masing tokoh dan untuk mengetahui ada atau tidaknya persamaan dan perbedaan konsep pengalaman puncak dari pemikiran kedua tokoh tersebut. Penelitian ini menggunakan metode komparatif untuk dapat menjawab tujuan penelitian diatas, dan dilakukan melalui pendekatan historis analisis untuk menelusuri asal muasal munculnya konsep pengalaman puncak dari masing-masing tokoh. Abraham Maslow dengan hierarki kebutuhannya menjelaskan mengenai tingkat kebutuhan dari setiap individu yang ingin mencapai pengalaman puncak. Ia menjelaskan lima hierarki kebutuhan yang dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu: pertama, kebutuhan-kebutuhan taraf dasar (basic needs)yang meliputi kebutuhan fisik, rasa aman dan terjamin, cinta dan ikut memiliki (sosial), dan harga diri; dan kedua, meta-kebutuhan-meta-kebutuhan (meta needs), meliputi apa saja yang terkandung dalam aktualisasi diri seperti keadilan, kebaikan, keindahan, keteraturan, kesatuan, dsb. Abu Hamid al-Ghazali menjelaskan pula mengenai pengalaman puncak yaitu mengenai konsep ma'rifatnya, bahwa jalan menuju ma'rifat dapat dicapai dengan cara mematahkan hambatan-hambatan jiwa, serta membersihkan diri dari sifat yang tercela, sehingga kalbu lepas dari segala sesuatu selain Allah dan selalu mengingat Allah. Jalan menuju ma'rifat adalah perpaduan ilmu dan amal, sedangkan buahnya adalah moralitas. Ma'rifat diawali dalam bentuk latihan jiwa, lalu diteruskan dengan menempuh fase-fase pencapaian rohani dalam tingkatan-tingkatan (maqamat) dan keadaan (ahwal).

Item Type: Thesis (Diploma)
Uncontrolled Keywords: Psikologi; Tashawuf;
Subjects: Psychology
Islam
Islam > Sufi Orders
Divisions: Fakultas Ushuluddin > Program Studi Tasawuf dan Psikoterapi
Depositing User: Users 30 not found.
Date Deposited: 22 Mar 2016 07:54
Last Modified: 20 Jan 2020 07:08
URI: https://etheses.uinsgd.ac.id/id/eprint/923

Actions (login required)

View Item View Item