Simbol-simbol dalam Ritual Keagamaan Ngabungbang di Situ Cisanti Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung

Suryani, Neni (2025) Simbol-simbol dalam Ritual Keagamaan Ngabungbang di Situ Cisanti Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung. Sarjana thesis, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Preview	Text (COVER) 1_cover .pdf Download (147kB) | Preview
Preview	Text (ABSTRAK) 2_abstrak .pdf Download (221kB) | Preview
Preview	Text (SK BEBAS PLAGIARISM) 3_skbebasplagiarism.pdf Download (263kB) | Preview
Preview	Text (DAFTAR ISI) 4_daftar isi.pdf Download (168kB) | Preview
Preview	Text (BAB I) 5_bab1.pdf Download (307kB) | Preview
	Text (BAB II) 6_bab2 .pdf Restricted to Registered users only Download (320kB) | Request a copy
	Text (BAB III) 7_bab3.pdf Restricted to Registered users only Download (251kB) | Request a copy
	Text (BAB IV) 8-bab4.pdf Restricted to Registered users only Download (2MB) | Request a copy
	Text (BAB V) 9_bab5.pdf Restricted to Registered users only Download (248kB) | Request a copy
	Text (DAFTAR PUSTAKA) 10_daftar pustaka .pdf Restricted to Registered users only Download (202kB) | Request a copy
	Text (LAMPIRAN) 11_lampiran .pdf Restricted to Repository staff only Download (800kB) | Request a copy

Abstract

Ritual keagamaan Ngabungbang merupakan tradisi spiritual masyarakat Sunda di kawasan Situ Cisanti, Desa Tarumajaya, yang dilaksanakan setiap tanggal 14 bulan Mulud dalam penanggalan Hijriah, bertepatan dengan peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Keistimewaan ritual ini tidak hanya terletak pada waktu pelaksanaannya, tetapi juga pada lokasi ritual yang sakral, yaitu di Situ Cisanti, yang dikenal sebagai hulu Sungai Citarum. Selain itu di Situ Cisanti terdapat patilasan – patilasan seperti: patilasan Dipati Ukur, telapak kaki kiri Prabu Siliwangi yang berada di dasar tujuh mata air tepatnya di mata air cikahuripan yang dipakai untuk pelaksanaan ritual keagamaan ngabungbang. Ritual ini tidak hanya menjadi bentuk penghormatan terhadap leluhur, tetapi juga ruang pertemuan antara nilai-nilai Islam, budaya lokal, dan hubungan manusia dengan alam. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji simbol-simbol, makna simbol-simbol dan pola pelaksanaan ritual keagamaan Ngabungbang di Situ Cisanti. Berdasarkan tujuan tersebut peneliti merujuk pada teori simbolik khususnya pada dimensi arti simbol serta teori liminalitas dan Comunitas dari salah satu tokoh Antropologi Victor Turner. Pendekatan ilmu yang dipakai dalam penelitian ini yaitu pendekatan Antropologi Agama dalam kerangka Studi Agama-Agama. Jenis data dalam penelitian ini menggunakan data kualitatif. Untuk teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi, sedangkan untuk sumber datanya dengan data sekunder dan data primer yang nantinya akan dianalisis sehingga mendapatkan kesimpulan dan hasil dari penelitian. Adapun Hasil penelitian menunjukkan bahwa simbol-simbol dalam Ngabungbang, seperti sesajen, tujuh mata air, waktu pelaksanaan, dan tempat ritual, memiliki makna spiritual dan kultural yang mendalam. Sesajen tidak hanya dianggap sebagai lambang niat, tapi juga sebagai bentuk penghormatan terhadap warisan leluhur. Waktu dan tempat ritual menjadi ruang sakral yang menciptakan suasana liminal, di mana peserta meninggalkan identitas duniawi dan mengalami pengalaman spiritual yang intens. Pola pelaksanaan meliputi tahap separation (persiapan dan wejangan), liminality (perendaman dan doa di mata air), serta reaggregation (ziarah dan penutupan). Ritual keagamaan Ngabungbang menciptakan ruang komunitas sementara (communitas), di mana status sosial tidak lagi relevan dan yang tersisa adalah rasa persaudaraan dan kesetaraan di hadapan Tuhan dan alam. Penelitian ini menegaskan bahwa tradisi lokal tetap hidup dan bermakna dalam kerangka keislaman dan kearifan lokal masyarakat Sunda.

Actions (login required)

View Item