Frihadianti, Wenti (2013) Citra perempuan dalam film 7 hati 7 cinta 7 wanita: Studi analisis Semiotika Roland Barthes terhadap film karya Robby Ertanto. Diploma thesis, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
|
Text
1_cover.pdf Download (213kB) | Preview |
|
|
Text
2_abstrak.pdf Download (278kB) | Preview |
|
|
Text
3_daftarisi.pdf Download (214kB) | Preview |
|
|
Text
4_bab1.pdf Download (336kB) | Preview |
|
Text
5_bab2.pdf Restricted to Registered users only Download (468kB) |
||
Text
6_bab3.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) |
||
Text
7_bab4.pdf Restricted to Registered users only Download (256kB) |
||
Text
8_daftarpustaka.pdf Restricted to Registered users only Download (254kB) |
Abstract
Gambaran perempuan lemah banyak didapati dalam berbagai industri film di Indonesia, yang hanya menitik beratkan pada dua unsur yaitu lemah dan perkasa. Selama ini perempuan telah dijadikan bahan konsumsi publik, perempuan dalam film telah menjadi korban dalam kapitalisme global dari kaum industrialis yang sangat kuat ideologi patriarkinya. Penggunaan perempuan sebagai objek eksploitasi ini sangat terasa terutama ketika kita menyaksikan tayangan film. Sehingga terbentuknya suatu persepsi tertentu mengenai perempuan dalam superstruktur masyarakat kita. Media perfilman sangat berperan terkait pembentukan citra perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis Denotasi, Konotasi, mitos dan Ideologi citra perempuan dalam film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita karya Robby Ertanto. Dalam kerangka teori Fiske (2011: 8) mengkategorikan pusat pengkajian komunikasi menjadi dua kajian atau mazhab. Mazhab pertama melihat dari komunikasi sebagai transmisi pesan, yaitu seperti bagaimana pengirim dan penerima pesan mengkontruksi pesan (encod) dan menerjemahkannya (decode), dan dengan bagaimana transmitter menggunakan saluran dan media komunikasi. Mazhab kedua melihat komunikasi sebagai produksi dan pertukaran makna, yaitu bagaimana pesan atau teks berinteraksi dengan orang-orang dalam rangka menghasilkan makna, yakni yang berkenaan dengan pesan teks dalam kebudayaan. Mazhab ini disebut dengan mazhab semiotika (ilmu tentang makna dan tanda). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Analisis Semiotika Roland Barthes. Semiotik berusaha menggali hakikat sistem tanda yang beranjak keluar kaidah tata bahasa dan sintaktis dan yang mengatur arti teks yang rumit, tersembunyi dan bergantung pada kebudayaan. Hal ini kemudian menimbulkan perhatian pada makna tambahan (connotative) dan arti penunjukan (denotative) - kaitan dan kesan yang ditimbulkan dan diungkapkan melalui penggunaan dan kombinasi tanda. Pelaksanaan hal itu dilakukan dengan mengakui adanya mitos, yang telah ada dan sekumpulan gagasan yang bernilai yang berasal dari kebudayaan dan disampaikan melalui komunikasi. Fokus perhatian Barthes lebih tertuju kepada gagasan tentang signifikasi dua tahap (two order of signification). Dari hasil penelitian bahwa Berdasarkan realitas, ke-21 adegan secara keseluruhan menampilkan citra perempuan berupa penampilan yang khas dengan ekspresi wajah dengan tatapan kesedihan, kekecewaan, keterpurukan dan kegelisahan. Serta intonasi bicara yang lembut dan tegas. Gesture tubuh yang ditampilkan apa adanya. Lingkungan yang diambil lebih dominan di Rumah Sakit Umum Fatmawati. Dari segi representasi, Adegan yang sering muncul Full Shot sebanyak 32 kali, Sudut yang sering digunakan Eye Level. Sedangkan untuk Sound Effect yaitu Music Scoring instrumental dan Voice Over yang menceritakan setiap adegan dengan narasi monolog. Makna konotasi yang dimunculkan dalam ke-21 adegan pada film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita, mengacu pada dinamika perempuan yang terjadi dalam kehidupannya. Citra perempuan yang terbentuk didasarkan ke-21 adegan yang telah dianalisis secara denotasi dan konotasi representasi tersebut menghasilkan pemaknaan mitos dan tataran ideologi yaitu : Keterpurukan, pengkhianatan, intimidasi dan penganiayaan yang dilakukan laki-laki terhadap perempuan menunjukan indikasi patriarki, konsep yang terlanjur diterima dalam kultur masyarakat bahwa perempuan adalah ‘objek’ dan bahkan ‘subjek’ bagi kaum laki-laki. Penunjukkan posisi perempuan sebagai subjek kehidupan yang menduduki titik ordinat. Sistem Norma yang tidak diindahkan menyebabkan degradasi moral. Sehingga perempuan terjerumus dalam lingkungan seks bebas, hal tersebut akan berefek pada perlakuan laki-laki terhadap perempuan. Perempuan yang memiliki peran ganda bekerja sekaligus menjadi seorang istri atau super women tetap tidak bisa melebihi laki-laki karena budaya yang telah membentuk gambaran dirinya yang lemah.
Item Type: | Thesis (Diploma) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Citra Perempuan Dalam Film |
Subjects: | Stage Presentation, Theater > Drama |
Divisions: | Fakultas Dakwah dan Komunikasi > Program Studi Jurnalistik |
Depositing User: | Users 30 not found. |
Date Deposited: | 25 Feb 2016 07:16 |
Last Modified: | 04 Jul 2019 02:28 |
URI: | https://digilib.uinsgd.ac.id/id/eprint/653 |
Actions (login required)
View Item |