Alfian, Muhamad (2024) Seni dalam Refleksi Estetika Theodor W. Adorno: Studi kritis terhadap kesenian modern. Sarjana thesis, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
|
Text (COVER)
1_cover.pdf Download (137kB) | Preview |
|
|
Text (ABSTRAK)
2_abstrak.pdf Download (537kB) | Preview |
|
|
Text (DAFTAR ISI)
3_daftarisi.pdf Download (672kB) | Preview |
|
|
Text (BAB I)
4_bab1.pdf Download (5MB) | Preview |
|
Text (BAB II)
5_bab2.pdf Restricted to Registered users only Download (5MB) | Request a copy |
||
Text (BAB III)
6_bab3.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) | Request a copy |
||
Text (BAB IV)
7_bab4.pdf Restricted to Registered users only Download (25MB) | Request a copy |
||
Text (BAB V)
8_bab5.pdf Restricted to Registered users only Download (841kB) | Request a copy |
||
Text (DAFTAR PUSTAKA)
9_daftarpustaka.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) | Request a copy |
Abstract
Estetika merupakan disiplin filsafat yang membahas keindahan, seni, dan selera. Dalam bidang ini, Theodor W. Adorno muncul sebagai salah satu pemikir utama yang mengkaji hubungan antara seni, estetika, dan masyarakat. Adorno, seorang filsuf Jerman dan anggota terkemuka Mazhab Frankfurt, memberikan kontribusi signifikan dalam estetika kritis dan kritik budaya, sangat dipengaruhi oleh latar belakang musiknya. Melalui tulisannya, Adorno mengembangkan teori-teori kompleks mengenai seni, budaya populer, dan kapitalisme, yang relevan dalam memahami seni modern dan kontemporer. Dibesarkan dalam lingkungan musik, Adorno mendapatkan pendidikan awal dalam musik klasik dan belajar dari komposer terkenal seperti Alban Berg. Berg dan tokoh lain seperti Arnold Schoenberg memperkenalkannya pada musik atonal, yang menurut Adorno lebih mencerminkan realitas sosial daripada musik tonal konvensional yang memberikan kenyamanan semu. Adorno menegaskan bahwa seni seharusnya tidak hanya menghibur tetapi berfungsi sebagai alat pembebasan dari kesadaran palsu yang dihasilkan oleh kapitalisme. Ia mengecam artefak budaya pop seperti musik pop, film, dan televisi sebagai produk kapitalisme yang meninabobokan masyarakat dan mengaburkan realitas sosial. Seni, menurut Adorno, harus menjadi medium emansipatoris yang mendorong kesadaran kritis dan perubahan sosial. Teori non-identitas Adorno menolak pengidentifikasian objek secara penuh, menekankan keunikan setiap individu dan karya seni. Adorno berargumen bahwa pengidentifikasian mengarah pada fetisisme komoditas dan reifikasi dalam masyarakat kapitalis, di mana seni dan manusia diperlakukan sebagai benda homogen yang kehilangan nilai intrinsik. Adorno juga mengkritik kapitalisme yang menciptakan budaya massa dengan produk seni standar dan diproduksi massal untuk keuntungan. Seni di bawah kapitalisme menjadi alat dominasi yang mempertahankan struktur sosial yang tidak adil. Melalui karya seperti "Dialectic of Enlightenment" bersama Max Horkheimer, Adorno mengkaji bagaimana rasionalitas pencerahan bertransformasi menjadi alat kontrol dan dominasi. Pengalaman traumatis Perang Dunia dan Holocaust membuat Adorno skeptis terhadap seni yang hanya memberikan kenyamanan. Ia percaya seni harus menjadi alat perlawanan terhadap barbarisme dan merefleksikan penderitaan manusia. Estetika Adorno menuntut seni sebagai alat kritik sosial dan pembebasan, menolak homogenisasi kapitalis dan menginspirasi perubahan sosial. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-kualitatif untuk mendalami kompleksitas teori estetika Adorno, menggambarkan dan menganalisis fenomena seni serta implikasi kritis dari representasinya.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Seni; estetika; Theodor Adorno; budaya pop |
Subjects: | Germany and Austria Philosophy |
Divisions: | Fakultas Ushuluddin > Program Studi Aqidah Filsafat |
Depositing User: | Muhamad Alfian alfian |
Date Deposited: | 30 Jul 2024 01:02 |
Last Modified: | 30 Jul 2024 06:49 |
URI: | https://digilib.uinsgd.ac.id/id/eprint/92789 |
Actions (login required)
View Item |