Miftahudin, Miftahudin (2025) Kehidupan keagamaan nelayan: Penelitian di kampung nelayan Prapag Lor Desa Prapag Lor Kecamatan Losari kabupaten Brebes. Doktoral thesis, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
|
Text (COVER)
1_cover.pdf Download (158kB) | Preview |
|
|
Text (ABSTRAK)
2_abstrak.pdf Download (352kB) | Preview |
|
|
Text (BEBAS PLAGIARISM)
3_skbebasplagiarisme.pdf Download (710kB) | Preview |
|
|
Text (DAFTAR ISI)
4_daftarisi.pdf Download (189kB) | Preview |
|
|
Text (BAB I)
5_bab1.pdf Download (427kB) | Preview |
|
![]() |
Text (BAB II)
6_bab2.pdf Restricted to Registered users only Download (805kB) | Request a copy |
|
![]() |
Text (BAB III)
7_bab3.pdf Restricted to Registered users only Download (247kB) | Request a copy |
|
![]() |
Text (BAB IV)
8_bab4.pdf Restricted to Registered users only Download (2MB) | Request a copy |
|
![]() |
Text (BAB V)
9_bab5.pdf Restricted to Registered users only Download (165kB) | Request a copy |
|
![]() |
Text (DAFTAR PUSTAKA)
10_daftarpustaka.pdf Restricted to Registered users only Download (261kB) | Request a copy |
|
![]() |
Text (LAMPIRAN)
11_lampiran.pdf Restricted to Repository staff only Download (477kB) | Request a copy |
Abstract
INDONESIA: Agama dipandang sebagai bagian yang menyatu dengan kehidupan sehari-hari masyarakat,, bukan semata-mata sebagai doktrin atau ajaran yang kaku. Ia hadir dalam cara orang berpikir, bertindak, dan menjalani hidup, sebagaimana unsur kebudayaan lainnya. Agama menjadi cermin dari nilai-nilai yang diwariskan, dihayati, dan dijalankan bersama, menjadikannya tidak terlepas dari konteks sosial tempat ia tumbuh dan berkembang. Penelitian ini untuk Menjelaskan Kehidupan Keagamaan Nelayan meliputi: Keyakinan, Pemahaman dan praktik keagamaan. Penelitian ini, menggunakan pendekatan Kualitatif untuk mengungkapkan atau menggambarkan fakta-fakta sebenarnya serta penafsiran yang sesuai dengan apa yang diilustrasikan oleh objek sekaligus subjek, yaitu masyarakat kampung Nelayan Prapag Lor. Cara penelitian yang demikian ini berusaha memberikan gambaran yang lengkap sekaligus menjelaskan hubungan antara satu peristiwa dengan peristiwa lainnya yang saling mempengaruhi, khususnya berkenaan dengan aspek kehidupan keagamaan. Berdasarkan hasil penelitan pemahaman keagamaan masyarakat nelayan Prapag Lor bersifat vernakular, memadukan ajaran Islam normatif dengan kosmologi laut dan tradisi lokal yang telah mengakar. Keimanan pada rukun iman berjalan berdampingan dengan keyakinan terhadap entitas spiritual lokal seperti memedi, lelembut, dan penjaga laut, membentuk corak keberagamaan yang integratif, pragmatis, komunal, dan simbolik-transendental. Dalam perspektif habitus Bourdieu, corak ini lahir dari internalisasi nilai budaya dan pengalaman hidup nelayan lintas generasi. Praktik ritual seperti tahlilan, selametan, haul, maulidan, manaqiban, ziarah makam keramat, dan sedekah laut berfungsi sebagai ungkapan syukur, penghormatan terhadap alam, serta perekat sosial. Meski terpengaruh modernisasi dan pariwisata, nilai spiritualnya tetap terjaga dan melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Kehidupan sosial-keagamaannya egaliter dan toleran, dengan perbedaan afiliasi NU, Muhammadiyah, dan Salafi yang dikelola secara damai. Secara keseluruhan, pola ini membentuk ekologi keagamaan pesisir yang menjadi sumber makna, panduan moral, penguat solidaritas, dan strategi adaptasi terhadap ketidakpastian hidup, sekaligus menunjukkan resiliensi tinggi dan penetrasi paham puritan.. Relasi sosial-keagamaan masyarakat ditandai dengan pola yang egaliter, inklusif, dan terbuka terhadap perbedaan. Hubungan antara kelompok NU yang dominan dan komunitas kecil Muhammadiyah menunjukkan adanya kompromi sosial yang harmonis, di mana perbedaan teologis tidak menjadi sumber konflik. Sementara itu, masuknya paham Salafi tidak berkembang signifikan karena pendekatannya yang tidak akomodatif terhadap budaya lokal. Secara keseluruhan, Kehidupan Keagamaan masyarakat nelayan Prapag Lor merupakan hasil dari proses negosiasi antara doktrin Islam, nilai-nilai budaya lokal, dan kebutuhan sosial-komunal. Pola kehidupan keagamaan ini menunjukkan karakter Islam yang hidup, kontekstual, dan dinamis dalam kehidupan masyarakat Nelayan ENGLISH: Religion is seen as an integral part of people's daily lives, not merely a rigid doctrine or teaching. It is present in the way people think, act, and live, like other elements of culture. Religion reflects inherited, internalized, and shared values, making it inseparable from the social context in which it grows and develops. This research aims to explain the religious life of fishermen, including: religious beliefs, understanding, and practices. This research uses a qualitative approach to reveal or describe the actual facts and interpretations that align with what is illustrated by both the object and subject, namely the community of Prapag Lor Fishing Village. This research approach seeks to provide a comprehensive picture and explain the interplay between events, particularly with regard to aspects of religious life. Based on the research findings, the religious understanding of the Prapag Lor fishing community is vernacular, combining normative Islamic teachings with marine cosmology and deep-rooted local traditions. Faith in the five pillars of faith coexists with belief in local spiritual entities such as memedi (spiritual spirits), spirits (lelembut), and sea guardians, forming an integrative, pragmatic, communal, and symbolic-transcendental religious pattern. From Bourdieu's habitus perspective, this pattern arises from the internalization of cultural values and the life experiences of fishermen across generations. Ritual practices such as tahlilan (religious gatherings), selametan (celebration ceremonies), maulidan (religious offerings), manaqiban (religious pilgrimages), sacred tomb pilgrimages, and sea almsgiving serve as expressions of gratitude, respect for nature, and social cohesion. Despite the influence of modernization and tourism, their spiritual values remain intact and involve all levels of society. Their socio-religious life is egalitarian and tolerant, with differences in affiliation between Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, and Salafi groups managed peacefully. Overall, this pattern forms a coastal religious ecology that serves as a source of meaning, moral guidance, solidarity, and adaptation strategies to life's uncertainties, while demonstrating high resilience and the penetration of puritanical ideologies. Socio-religious relations within the community are characterized by an egalitarian, inclusive, and open pattern to diversity. The relationship between the dominant NU group and the small Muhammadiyah community demonstrates a harmonious social compromise, where theological differences do not become a source of conflict. Meanwhile, the influx of Salafi ideology has not developed significantly due to its unaccommodating approach to local culture. Overall, the religious life of the Prapag Lor fishing community is the result of a process of negotiation between Islamic doctrine, local cultural values, and socio-communal needs. This pattern of religious life demonstrates the vibrant, contextual, and dynamic character of Islam in the lives of fishing communities.
Item Type: | Thesis (Doktoral) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Kehidupan Keagamaan; Nelayan |
Subjects: | Islam > Rites, Prayer |
Divisions: | Pascasarjana Program Doktor > Program Studi, Studi Agama Agama |
Depositing User: | miftahudin miftah |
Date Deposited: | 28 Aug 2025 03:52 |
Last Modified: | 28 Aug 2025 03:52 |
URI: | https://digilib.uinsgd.ac.id/id/eprint/116323 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |