Penentuan status rakaat bagi makmum yang ragu antara Muwāfiq dan Masbūq: Studi Perbandingan pendapat Imam Ibnu Hajar Al-Haitami dan Imam Syihabuddin Al-Ramli

Nur Maulidah, Nafida (2025) Penentuan status rakaat bagi makmum yang ragu antara Muwāfiq dan Masbūq: Studi Perbandingan pendapat Imam Ibnu Hajar Al-Haitami dan Imam Syihabuddin Al-Ramli. Sarjana thesis, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Preview	Text (COVER) 1_Cover.pdf Download (185kB) | Preview
Preview	Text (ABSTRAK) 2_Abstrak.pdf Download (294kB) | Preview
Preview	Text Lembar Pernyataan Karya Sendiri (5).pdf Download (113kB) | Preview
Preview	Text (DAFTAR ISI) 3_Daftar Isi.pdf Download (242kB) | Preview
Preview	Text (BAB I) 4_Bab I.pdf Download (544kB) | Preview
	Text (BAB II) 5_Bab II.pdf Restricted to Registered users only Download (701kB)
	Text (BAB III) 6_Bab III.pdf Restricted to Registered users only Download (410kB)
	Text (BAB IV) 7_Bab IV.pdf Restricted to Registered users only Download (702kB)
	Text (BAB V) 8_Bab V.pdf Restricted to Registered users only Download (293kB)
	Text (DAFTAR PUSTAKA) 9_Daftar Pustaka.pdf Restricted to Registered users only Download (316kB)

Abstract

Penentuan status rakaat dalam salat berjamaah kerap menimbulkan kebingungan, khususnya bagi makmum yang ragu apakah ia termasuk makmum Muwāfiq atau Masbūq. Keraguan ini berdampak pada keabsahan salat makmum serta jumlah rakaat yang harus ia sempurnakan. Meski berada dalam satu madzhab yang sama, Imam Ibnu Hajar al-Haitami dan Imam Syihabuddin al-Ramli mengemukakan pendapat berbeda terkait penentuan status rakaat bagi makmum yang ragu antara Muwāfiq dan Masbūq. Tujuan dari penelitian ini meliputi: 1) Untuk mengetahui penentuan status rakaat bagi makmum yang ragu antara Muwāfiq dan Masbūq menurut Imam Ibnu Hajar al-Haitami; 2) Untuk mengetahui status rakaat menurut Imam Syihabuddin al-Ramli; dan 3) Untuk mengetahui analisis perbedaan pendapat Imam Ibnu Hajar Al-Haitami dan Imam Syihabuddin Al-Ramli. Dalam kerangka berpikir, penelitian ini menggunakan tiga teori sebagai landasan teoritis, di antaranya: Kaidah Fiqhiyyah Kubrā al-Yaqīnu lā yuzālu bi al-Syakk yang memiliki arti bahwa keyakinan tidak bisa dihilangkan dengan keraguan; Teori Iḥtiyāṭ atau jalan kehati-hatian yang digunakan ulama dalam berijtihad; serta Teori Ikhtilāf al-‘Ulamā’ yakni perbedaan yang terjadi di kalangan ulama. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif-komparatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Library Research atau studi kepustakaan. Sumber primer berupa Tuhfah al-Muḥtāj karya Imam Ibnu Hajar al-Haitami dan Fatāwā al-Ramlī karya Imam Syihabuddin al-Ramli. Sumber sekunder berupa literatur fikih, ushul fikih, artikel ilmiah, dan referensi daring. Analisis dilakukan dengan mendeskripsikan dan membandingkan pendapat kedua imam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Menurut Imam Ibnu Hajar al-Haitami, makmum yang ragu antara Muwāfiq dan Masbūq wajib menyelesaikan al-Fatihah dan menunda rukuk, sehingga tidak mendapatkan rakaat tersebut dan harus menambah satu rakaat setelah imam salam. 2) Menurut Imam Syihabuddin al-Ramli, makmum harus menyelesaikan Fatihah, dan tetap dianggap mendapatkan rakaat selama tidak tertinggal lebih dari tiga rukun panjang. 3) Dari hasil analisis, dasar dari pendapat Imam Ibnu Hajar Al-Haitami adalah ber-Iḥtiyāṭ terhadap dua asal yang bertentangan yakni tidak mendapatkan rakaat dan tidak ditanggungnya bacaan oleh imam. Sedangkan Imam Syihabuddin Al-Ramli ber-Iḥtiyāṭ dengan mengembalikan kepada hukum asalnya, yakni pada asalnya makmum adalah Muwāfiq sehingga wajib membaca Fatihah dan pada asalnya tidak ditanggung bacaan Fatihahnya oleh imam.

Actions (login required)

View Item