Konsep kata Istitha'ah dalam Al-Qur’an: Analisis semantik ensiklopedik

Suminar, Sely (2025) Konsep kata Istitha'ah dalam Al-Qur’an: Analisis semantik ensiklopedik. Sarjana thesis, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Preview	Text (COVER) Cover.pdf Download (100kB) | Preview
Preview	Text (ABSTRAK) ABSTRAK.pdf Download (216kB) | Preview
Preview	Text (Surat Keterangan Lulus Plagiarisme) 1211030197_Sely_Suminar_Surat_Keterangan_Lulus_Cek_Plagiarisme.pdf Download (261kB) | Preview
Preview	Text (DAFTAR ISI) DAFTAR ISI.pdf Download (189kB) | Preview
Preview	Text (BAB I) BAB I.pdf Download (345kB) | Preview
	Text (BAB II) BAB II.pdf Restricted to Registered users only Download (500kB) | Request a copy
	Text (BAB III) BAB III.pdf Restricted to Registered users only Download (263kB) | Request a copy
	Text (BAB IV) BAB IV.pdf Restricted to Registered users only Download (979kB) | Request a copy
	Text (BAB V) BAB V.pdf Restricted to Registered users only Download (243kB) | Request a copy
	Text (DAFTAR PUSTAKA) DAFTAR PUSTAKA.pdf Restricted to Registered users only Download (239kB) | Request a copy

Abstract

Istitha‘ah sebagai salah satu konsep penting dalam Al-Qur’an mendapat perhatian khusus karena berkaitan langsung dengan kemampuan manusia dalam menjalankan kewajiban agama. Secara umum, istitha‘ah tidak hanya mengacu pada kemampuan fisik, tetapi juga meliputi kesiapan mental, spiritual, serta adanya sarana pendukung yang memungkinkan suatu tujuan dapat tercapai. Oleh karena itu, pemahaman yang komprehensif terhadap konsep istitha‘ah dalam Al-Qur’an menjadi penting, terutama dalam konteks tanggung jawab beragama dan kesadaran manusia akan keterbatasannya di hadapan Allah. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap makna dasar istitha‘ah, menjelaskan pergeseran makna relasionalnya dari masa pra Islam ke dalam Al-Qur’an, serta merumuskan konsep istitha‘ah yang lebih utuh dan sesuai dengan prinsip tauhid, syariat serta dimensi moral spiritual. Dengan cara ini, penelitian ini berupaya menghadirkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai bagaimana istitha‘ah diposisikan dalam Al-Qur’an dan implikasinya bagi kehidupan manusia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan linguistik, khususnya metode semantik ensiklopedik. Melalui pendekatan ini, analisis dilakukan terhadap data kamus, syair-syair pra qur’anik, serta ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang memuat kata istitha‘ah. Pendekatan ini memungkinkan peneliti untuk menelusuri makna dasar sekaligus makna relasional, serta melihat perkembangan dan pergeseran konteks pemaknaan kata tersebut dari masa pra Islam hingga dalam Al-Qur’an. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara etimologis istitha‘ah adalah bentuk mashdar dari wazn istaf‘ala (استفعل) yang bermakna kesanggupan untuk melakukan suatu perbuatan secara sukarela. Dalam tradisi pra Islam, kata ini digunakan dalam nuansa emosional, spiritual, dan sosial, seperti mengekspresikan cinta, kerinduan, atau keteguhan suatu kaum. Namun, dalam Al-Qur’an makna istitha‘ah diperkaya menjadi lebih komprehensif seperti dalam ranah syariat digunakan sebagai syarat wajib haji, dalam aspek teologis untuk menegaskan kelemahan selain Allah, serta dalam dimensi spiritual dan moral untuk menunjukkan keterbatasan manusia dalam memahami hikmah ilahi maupun mempertahankan nikmat dunia. Dengan demikian, istitha‘ah dalam Al-Qur’an tidak hanya dipahami sebagai kemampuan teknis, tetapi juga sebagai konsep relasional yang menghubungkan kesanggupan dengan tanggung jawab, keterbatasan akal, dan pengakuan terhadap kekuasaan Allah SWT. konsep ini merefleksikan keadilan syariat sekaligus menjadi pengingat bahwa seluruh daya manusia bersumber dari Allah.

Actions (login required)

View Item