Adab berdakwah dalam tafsir Al-Azhar karya Hamka dan tafsir ayat suci Lenyepaneun karya E. Hasyim

Saepuloh, Iyus (2019) Adab berdakwah dalam tafsir Al-Azhar karya Hamka dan tafsir ayat suci Lenyepaneun karya E. Hasyim. Diploma thesis, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Preview	Text (COVER) 1_cover (1).pdf Download (114kB) | Preview
Preview	Text (ABSTRAK) 2_abstrak (1).pdf Download (292kB) | Preview
Preview	Text (DAFTAR ISI) 3_daftarisi.pdf Download (118kB) | Preview
Preview	Text (BAB I) 4_bab1.pdf Download (335kB) | Preview
	Text (BAB II) 5_bab2.pdf Restricted to Registered users only Download (231kB) | Request a copy
	Text (BAB III) 6_bab3 (1).pdf Restricted to Registered users only Download (207kB) | Request a copy
	Text (BAB IV) 7_bab4.pdf Restricted to Registered users only Download (405kB) | Request a copy
	Text (BAB V) 8_bab5.pdf Restricted to Registered users only Download (110kB) | Request a copy
	Text (DAFTAR PUSTAKA) 9_daftarpustaka.pdf Restricted to Registered users only Download (181kB) | Request a copy

Abstract

Aktivitas dakwah memerlukan adab dari seorang pendakwah itu sendiri. Bertolak dari pernyataan itu, dalam penelitian ini mengangkat masalah bagaimana nilai-nilai adab berdakwah dalam tafsir Al-Azhar dan tafsir Ayat Suci Lenyepaneun dan apa perbedaan dan persamaan penafsiran adab berdakwah antara Hamka dan E. Hasyim. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan nilai-nilai adab berdakwah dan mendeskripsikan persamaan dan perbedaan penafsiran Hamka dan E. Hasyim tentang adab berdakwah. Penelitian ini bersifat kepustakaan (library research). Metode pengumpulan data yang digunakan menggunakan metode dokumentasi, data yang digunakan adalah data kualitatif yakni mencari makna kontekstual secara menyeluruh. Dalam menganalisis data, penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dengan bahan atau data yang sesuai dengan permasalahan. Adab berdakwah cukup luas bahasannya, maka penulis membatasi bahasannya mengenai adab dalam perkataan dan perbuatan, diantaranya tentang berbicara dengan lemah lembut pada surat Thaha: 44 dan surat Al-Imran ayat: 159, dakwah dengan hikmah dan maui’zah hasanah pada surat An-Nahl: 125, mujadalah (debat) dengan cara-cara yang baik dalam surat An-Nahl: 125 dan Al-Ankabut: 46, tidak melakukan pemaksaan dalam surat Al-Baqarah: 256, dan tidak menghina sesembahan agama lain yang dalam surat Al-An’am: 108. Nilai-nilai adab berdakwah menurut Hamka dan E. Hasyim dapat disimpulkan bahwa dalam dakwah hendaklah dengan lemah lembut, kemudian dengan bijaksana yakni menggunakan bahasa yang bagus, tidak menggunakan emosi. Dalam dakwah tidak melakukan pemaksaan karena jalan kebenaran dan kesesatan sudah jelas, dan tidak menghina sesembahan agama lain karena dengan demikian tidak akan memberikan hasil dari apa yang di dakwahkan. Dalam perbedaan pendapat tidak boleh saling memarahi dan menghina, jangan ingin menang sendiri, harus mencari kebenarannya dan bukan untuk mencari kemenangan salah satu pihak. Persamaan dalam menafsirkan surat Thaha: 44 dan Al-Imran: 159 yakni dakwah dengan lemah lembut, sama dalam menafsirkan surat Al-Baqarah: 256 yakni dalam agama tidak ada paksaan, dalam pertukaran pikiran sebagaimana dalam surat An-Nahl: 125 dan Al-Ankabut: 46 keduanya sama menafsirkannya dengan sebuah sikap tetapi sikap yang ditunjukkan berbeda yakni Hamka dengan membedakan pokok soal yang tengah di bicarakan dan E. Hasyim dengan tidak saling memarahi dan menghina, perbedaan dalam menafsirkan surat An-Nahl: 125 Hamka mengedepankan pada sikap yakni menggunakan akal budi yang mulia, namun E. Hasyim mengedepankan tutur kata yakni bahasa yang baik , perbedaan ketika menafsirkan surat Al-An’am: 108 Hamka dengan sebuah peringatan tidak menghina sesembahan agama lain dan E. Hasyim dengan sebuah anjuran untuk hidup rukun dan saling menghormati.

Actions (login required)

View Item