Free Will dan Predestination menurut K.H. Abdul Halim

Hernawan, Wawan Free Will dan Predestination menurut K.H. Abdul Halim. Studi Teologia, 1 (1). p. 2008. ISSN 2085-0271

Preview

Text (Full Text) Free will dan Predestination.pdf Download (8MB) | Preview

Abstract

Untuk mengenang nilai kejuangan K.H. Abdul Halim, sudah sejak lama Pemda Majalengka mengabadikan namanya pada jalan utama kabupaten. Begitu masuk kota Majalengka, langsung berada di Jl. K.H. Abdul Halim. Jalanitu membentang dari Cijati hingga Cigasong. Nama K.H. Abdul Halim juga kerap diabadikan pada gedung, aula, dan atau ruangan kelas di sekolah-sekolah Persatuan Ummat Islam (PUI). Selain itu, pada tanggal 12 Agustus 1992 K.H. Abdul Halim oleh pemerintah RI dianugerahi Bintang Maha Putera Utama sebagai Perintis Kemerdekaan Republik Indonesia dengan No. 048/TK/Tahun 1992. Kini, berdasarkan hasil Sidang Badan Pembina Pahlawan Pusat (BPPP) tahun 2008 dan Sidang Dewan Tanda-tanda Kehormatan Republik Indonesia serta Keputusan Presiden RI Nomor: 041/TK/2008 tanggal 6 November 2008, Presiden RI menetapkan gelar “Pahlawan Nasional”. Membesut pemikiran tokoh ini seakan tak pernah lekang. Beberapa tulisan sudah diterbitkan. Namun yang cukup menggelitik, hingga kini alamat tradisionalis masih melekat padanya. Tak pelak ia dianggap --bahkan oleh penerus organisasi yang didirikannya-- sebagai penganut setia teologi Asy’ari dan fiqh madzhab Syafi’i. Sekalipun tulisan lainna ada yang menyatakan ia sebagai tokoh modernis-rasional. Tulisan ini akan mengetengahkan pendapat Abdul Halim mengenai Free Will dan Predestination. Apakah ia cenderung berpaham Jabariah,yang memandang manusia bersifat pasif atau fatalis, atau dalam sebutan lain, hanya menyerah kepada nasib dan taqdir yang telah ditentukan Tuhan? Atau, ia memiliki paham Qadariyah, sehingga ia berpandangan bahwa manusia bersifat dinamis?

Actions (login required)

View Item