Supriadin, Supriadin (2021) Perempuan suku Buton Desa Karumpa dalam prespektif konsep feminisme Muslim Fatima Mernisi. Diploma thesis, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
|
Text (COVER)
1_cover.pdf Download (68kB) | Preview |
|
|
Text (ABSTRAK)
2_abstrak.pdf Download (44kB) | Preview |
|
|
Text (DAFTAR ISI)
3_daftarisi.pdf Download (108kB) | Preview |
|
|
Text (BAB 1)
4_bab1.pdf Download (374kB) | Preview |
|
Text (BAB 2)
5_bab2.pdf Restricted to Registered users only Download (379kB) | Request a copy |
||
Text (BAB III)
6_bab3.pdf Restricted to Registered users only Download (235kB) | Request a copy |
||
Text (BAB IV)
7_bab4.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) | Request a copy |
||
Text (BAB V)
8_bab5.pdf Restricted to Registered users only Download (48kB) | Request a copy |
||
Text (DAFTAR PUSTAKA)
9_daftarpustaka.pdf Restricted to Registered users only Download (686kB) | Request a copy |
Abstract
Skripsi ini mengkaji tentang kedudukan seorang perempuan dalam suku Buton Desa Karumpa Kecamatan Pasilambena Kabupaten Kepulauan Selayar Provinsi Sulawesi Selatan. Dimana perempuan Desa Karumpa akan ditinjau dalam konsep feminisme Islam Fatima Mernisi. Tentu saja tujuan penelitian ini untuk menemukan suatu relevansi antara gagasan Fatima Mernisi dengan kedudukan perempuan dalam masyarakat suku Buton Desa Karumpa. Dengan mengacu pada rumusan masalah ialah: 1) Bagaimana kedudukan perempuan pada suku Buton di Desa Karumpa. 2) Bagaimana kedudukan perempuan suku Buton desa Karumpa jika dilihat dari konsep feminisme Islam Fatima Mernisi. Penelitian ini bisa dikatakan adalah penelitian lapangan. Metode yang digunakan untuk menganalisis suatu objek permasalahan yaitu memakai pendekatan budaya dan metode kualitatif sebagai teknik pengumpulan data (observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi) serta teologi pluralis sebagai tawaran solusi. Adapun temuan dari penelitian ini ialah menurut cerita rakyat suku Buton Desa Karumpa mengatakan bahwa pemimpin pertama kerajaan Buton adalah seorang perempuan yang bernama Wakaaka. Dia adalah seorang pemimpin yang adil dan bijaksana dalam mengatur kekuasaan. Pada kerajaan Buton berturut-turut dua kali dipimpin oleh seorang perempuan, dan semasa kepemimpinan masa perempuan inilah mata uang pertama suku Buton dibuat yang diberi nama Kampua. Pada awalnya saya kurang percaya atas hal ini hingga sampai saya melihat postingan pada akun facebook Museum Nasional Indonesia kajian tentang mata uang. Perihal cerita diatas bukan persoalan benar atau salahnya, namun lebih dari itu persoalan pengaruhnya terhadap perilaku masyarakat Buton yang diwariskan secara turun temurun. perilaku masyarakat Buton terhadap perempuan adalah suatu bentuk refleksi terhadap sejarah kerajaan Buton yang dipimpin oleh seorang perempuan, mereka meyakini bahwa perempuan harus dihargai layaknya ratu. Sehingga atas hal ini perempuan dalam adat dan tradisi suku Buton memiliki tempat tertentu. Baik dalam Agama, kehidupan social politik, ataupun dalam ranah kekeluargaan.
Item Type: | Thesis (Diploma) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Wanita Buton; Fatima Mernisi; Feminisme Islam |
Subjects: | Social Groups > Ethnic Groups, Ethnography, Ethnology |
Divisions: | Fakultas Ushuluddin > Program Studi Filsafat Agama |
Depositing User: | Supriadin Supriadin |
Date Deposited: | 05 May 2021 03:24 |
Last Modified: | 05 May 2021 03:24 |
URI: | https://digilib.uinsgd.ac.id/id/eprint/39171 |
Actions (login required)
View Item |