Khaeruman, Badri (2020) Hadist Nabawi Perspektif pemikiran Syeikh Muhammad Al-Ghazali: Studi tentang kriteria dan kehijahan hadist shahih Sanad-Dha'if Matn atau Dha'if Sanad-Shahih Matn. LP2M UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Bandung. ISBN 978-623-6070-90-1
|
Text (HADIST NABAWI)
Buku Hadits Nabawi.pdf Download (1MB) | Preview |
Abstract
Keberadaan hadits ditengah-tengah umat Islam, dalam sejarahnya telah mengalami banyak cobaan dan tantangan, satu di antaranya, hadits terlambat dibukukan satu abad lamanya setelah al-Qur‟an. Maka ketika para ulama hadits berhasil menetapkan 5 syarat bagi keshahihan suatu hadits, hal itu menunjukkan betapa telitinya mereka dalam menyeleksi hadits. Ke-5 syarat tersebut, 3 mengenai sanad, dan 2 mengenai matn. Berbagai metode baik untuk meneliti sanad maupun matn, dikembang- kan ahli hadits untuk menyeleksi hadits dari “muatan-muatan” yang seharusnya tidak ada dalam hadits. Karena itu dilihat dari kualitasnya, hadits sebagai sumber ajaran Islam yang kedua setelah al-Qur‟an, ada yang shahih, dha‟if dan bahkan palsu. Boleh jadi, dewasa ini hadits telah bisa dipisahkan antara yang shahih dan yang tidak shahih. Namun karena keragaman metode dan madzhab pemikiran yang dianut, menyebabkan klaim keshahihan terhadap suatu hadits menjadi relatif. Mohammad al-Ghazali yang dikenal muhadits abad 20, karena beliau wafat tahun 1996 memiliki metode keshahihan suatu hadits dengan sangat sederhana namun efektif dan logis, yakni bahwa matan hadits sekalipun shahih riwayatnya tetapi bertentangan dengan al-Qur‟an atau hadits shahih lainnya, maka hadits tersebut dapat digolongkan pada hadits dhaif, sekurang-kurangnya dhaif matannya. Pandangan al-Ghazali ini tidak jauh berbeda dengan para ahli hadits lainnya, namun ketika metode; shahih fi al-sanad dha„if fi al-matn diterapkan dan kemudian ia meragukan hadits Bukhari, Muslim dan lainnya, yang diperbandingkan dengan ayat al-Qur‟an, ia berkesim-pulan bahwa hadits-hadits tersebut shahih sanadnya tapi dha‟if matnnya. Sayangnya, ada yang kontroversi dari pemikiran al-Ghazali tersebut, bahwa hadits dha‟if bisa dijadikan hujah, manakala maknanya berkesesuaian dengan al-Qur‟an. Di satu sisi ia menolak hadits yang telah dishahihkan oleh para ahli hadits karena dianggap bertentangan dengan salah satu ayat al-Qur‟an. Namun di sisi lain, ternyata ia menggunakan hadits dha‟if karena dinilainya ada kesesuaian dengan al-Qur‟an. Kontroversi pemikiran ini tampaknya perlu ditelusuri lebih lanjut, mengingat alasan-alasan al-Ghazali tentang berhujah dengan hadits dha‟if, jauh dari alasan-alasan para ulama ahli hadits pada umumnya.
Item Type: | Book |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | hadist; nabawi; muhammad al-ghazali |
Subjects: | Islam > Islam Doctrinal Theology, Aqaid and Kalam Islam Umum > Islam dan Filsafat |
Divisions: | Fakultas Ushuluddin |
Depositing User: | Ilham Nurfauzi |
Date Deposited: | 04 Aug 2021 07:05 |
Last Modified: | 04 Aug 2021 07:05 |
URI: | https://digilib.uinsgd.ac.id/id/eprint/41446 |
Actions (login required)
View Item |