Studi ayat-ayat qasam yang menggunakan huruf wau sebagai pengganti fi'il qasam dalam juz 30: Studi komparatif Tafsir Al-Bayani Li Al-Qur'an Al-Karim karya Aisyah Bint Syathi dan Tafsir Al-Qur'an Al-Azhim karya Ibnu Katsir

Gunawan, Agun (2017) Studi ayat-ayat qasam yang menggunakan huruf wau sebagai pengganti fi'il qasam dalam juz 30: Studi komparatif Tafsir Al-Bayani Li Al-Qur'an Al-Karim karya Aisyah Bint Syathi dan Tafsir Al-Qur'an Al-Azhim karya Ibnu Katsir. Diploma thesis, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Preview	Text (COVER) 1_cover.pdf Download (293kB) | Preview
Preview	Text (ABSTRAK) 2_abstrak.pdf Download (206kB) | Preview
Preview	Text (DAFTAR ISI) 3_daftarisi.pdf Download (168kB) | Preview
Preview	Text (BAB I) 4_bab1.pdf Download (429kB) | Preview
	Text (BAB II) 5_bab2.pdf Restricted to Registered users only Download (529kB) | Request a copy
	Text (BAB III) 6_bab3.pdf Restricted to Registered users only Download (346kB) | Request a copy
	Text (BAB IV) 7_bab4.pdf Restricted to Registered users only Download (622kB) | Request a copy
	Text (BAB V) 8_bab5.pdf Restricted to Registered users only Download (270kB) | Request a copy
	Text (DAFTAR PUSTAKA) 9_daftarpustaka.pdf Restricted to Registered users only Download (223kB) | Request a copy

Abstract

Sebagai sebuah peradaban, bangsa Arab tentu telah memiliki aturan dan tata hukum yang berlaku. Untuk itu, Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur, terutama demi menyelarasi situasi dan kondisi masyarakat Arab yang beragam. Aqsam Al-Qur’an adalah salah bentuk ungkapan al-Qur’an yang memanfaatkan keadaan tersebut. Peradaban mereka yang begitu menghargai sumpah dan kondisi psikologis mereka yang bertingkat-tingkat menginspirasi al-Qur’an untuk menggunakan ungkapan qasam dalam beberapa beritanya. Aktivitas penafsiran terus berkembang dari generasi ke generasi. Hal ini juga yang terjadi dalam pemahaman terhadap ayat-ayat qasam. Diantara tokoh yang memiliki perhatian khusus dalam kajian ini ialah Aisyah Bint Syathi sebagai perwakilan dari generasi era modern, adapun Ibnu Katsir yaitu seorang penafsir dari perwakilan zaman klasik. Meskipun Ibnu Katsir tidak memiliki perhatian khusus terhadap kajian qasam, tapi dalam penelitian ini penulis mencoba untuk mengkaji dalam penafsirannya mengenai ayat-ayat sumpah. Dari kedua penafsiran ini, penulis berusaha melakukan penelitian yang bersifat komparatif terhadap pemikiran dalam kajian qasam. Penelitian menggunakan metode analitis komparatif, yakni dengan menelaah bahan-bahan pustaka baik berupa buku, jurnal, dan sumber-sumber lain yang relevan dengan topik kajian. Gagasan yang berkembang dikalangan para ulama adalah bahwa qasam haruslah berupa sesuatu yang agung. Gagasan inilah yang mendorong para mufassir untuk mencarikan aspek keagungan (hikmah, manfa’at, dan keutamaan) dalam aqsam yang digunakan al-Qur’an. Ibnu Katsir tidak terlalu mendalami masalah ini, akan tetapi ia hanya mengambil tujuan akhirnya saja, yaitu dengan adanya qasam dalam al-Qur’an maka membuktikan bahwa al-Qur’an itu benar dan Allah berkuasa atas segala sesuatu (memurnikan ketauhidan). Berdeda halnya dengan Aisyah Bint Syathi yang sangat mendalami mengenai aqsam al-Qur’an, meskipun tidak ada karangan khusus yang dibuat olehnya, akan tetapi dalam tafsirnya sangat jelas bahwa ia sangat menyoroti mengenai qasam. Menurutnya, qasam al-Qur’an harus dipahami sesuai dengan ungkapannya yang berbeda-beda tersebut. Hasil pembacaannya terhadap ayat-ayat qasam menyimpulkan bahwa qasam dengan wau yang berbeda pada awal surah atau ayat lebih menunjukan adanya keseimbangan pembandingan antara muqsam bih yang berupa materi-materi indrawi dengan jawab qasam yang berupa materi-materi maknawi. Muqsam bih yang diungkapkan diawal adalah sebagai persiapan untuk menjelaskan hal-hal ghaib.

Actions (login required)

View Item