Foulinda, Yunyun (2003) penarikan kembali barang hibah menurut Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi’l. Sarjana thesis, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
|
Text (COVER)
1_cover.pdf Download (235kB) | Preview |
|
|
Text (ABSTRAK)
2_abstrak.pdf Download (644kB) | Preview |
|
|
Text (DAFTAR ISI)
3_daftarisi.pdf Download (344kB) | Preview |
|
|
Text (BAB 1)
4_bab1.pdf Download (4MB) | Preview |
|
Text (BAB 2)
5_bab2.pdf Restricted to Registered users only Download (3MB) |
||
Text (BAB 3)
6_bab3.pdf Restricted to Registered users only Download (7MB) |
||
Text (BAB 4)
7_bab4.pdf Restricted to Registered users only Download (453kB) |
||
Text (DAFTAR PUSTAKA)
8_daftarpustaka.pdf Restricted to Registered users only Download (582kB) |
Abstract
Hibah adalah akad yang menjadikan kepemilikan tanpa adanya pengganti ketika masih hidup dan dilakukan secara sukarela. Ulama sepakat, bahwa pemberi hibah tidak boleh menarik kembali atau mencabut hibahnya dalam keadaan apapun, kecuali apabila pemberi hibah itu adalah ayah dan penerima adalah anaknya sendiri. Namun para ulama berbeda pendapat tentang penarikan kembali barang hibah diantaranya Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa pihak pemberi boleh meminta kembali barang yang telah dia berikan selama benda tersebut tidak bertambah, hal ini diibaratkan adanya cacat dalam hal jual beli, sementara Imam Syafi’i berpendapat bahwa barang hibah tidak dapat dikembalikan meskipun penyerahan harta telah dilakukan secara sempuma, kecuali pemberian bapak kepada anaknya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pendapat Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi’i terhadap Penarikan Kembali Barang Hibah, berikut dasar hukum dan metode istinbath al-hukmi yang digunakan serta untuk mengetahui persamaan dan perbedaannya Penelitian ini bertolak dari pemikiran bahwa hibah merupakan pemberian sukarela seseorang kepada orang lain tanpa mengharapkan imbalan apa pun kecuali untuk mendekatkan diri pada Allah. Oleh karenanya dalam pelaksanaan hibah seyogyanya dilandasi rasa kasih sayang yang bertujuan baik dan benar maka yang perlu diperhatikan mengenai penyerahan benda sebagai barang hibah, harus diketahui status hukumnya. Hal ini dimaksudkan agar tidak menimbulkan malapetaka baik bagi pemberi hibah maupun penerima hibah yang merupakan perbuatan baik yang disenangi oleh syari’at. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan dan menganalisa terhadap kitab-kitab karya Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi’i serta kitab-kitab atau buku-buku lain yang berhubungan dengan masalah penelitian dengan cara mengkomparatifka (membandingkan) kedua pendapat. Analisis data yang dilakukan dengan menggunakan analisis data komparatif atau dikenal pula dengan metode konfergensi. Data yang ditemukan menunjukkan, bahwa Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa barang hibah itu boleh ditarik kembali. Dengan alasan bila dalam barang hibah tersebut belum mendapatkan pengganti dari hibahnya. Dalam masalah penarikan kembali barang hibah ini Imam Abu Hanifah beristinbath dengan qiyas. Sementara Imam Syafi’i berpendapat bahwa barang dalam hibah itu tidak dapat ditarik kembali. kecuali hibah seorang bapak kepada anaknya karena harta anak sama dengan harta milik ayah. Dalam masalah penarikan kembali barang hibah ini Imam Syafi’i beristinbath dengan hadits. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa perbedaan pendapat diakibatkan oleh cara pandang, dasar hukum, serta metode istinbath al-ahkam yang digunakan oleh para mujtahid. Dan inilah yang membedakan perbedaan pendapat kedua Imam Madzhab di atas.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | penarikan barang hibah, menurut Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi’l |
Subjects: | Fikih (Fiqih, Fiqh), Hukum Islam Law |
Divisions: | Fakultas Syariah dan Hukum > Program Studi Perbandingan Madzhab dan Hukum |
Depositing User: | PKL6 SMKN 11 GARUT |
Date Deposited: | 09 Nov 2023 02:48 |
Last Modified: | 09 Nov 2023 02:48 |
URI: | https://digilib.uinsgd.ac.id/id/eprint/81894 |
Actions (login required)
View Item |