Karim, Mohamad Aqbil Wikarya Abdul (2023) Dampak pembredelan Tempo, Editor, dan Detik pada 21 Juni 1994. Sarjana thesis, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
|
Text (COVER)
1_cover.pdf Download (192kB) | Preview |
|
|
Text (ABSTRAK)
2_abstrak.pdf Download (152kB) | Preview |
|
|
Text (DAFTAR ISI)
3_daftarisi.pdf Download (163kB) | Preview |
|
|
Text (BAB 1)
4_bab1.pdf Download (383kB) | Preview |
|
Text (BAB 2)
5_bab2.pdf Restricted to Registered users only Download (537kB) |
||
Text (BAB 3)
6_bab3.pdf Restricted to Registered users only Download (4MB) |
||
Text (BAB 4)
7_bab4.pdf Restricted to Registered users only Download (199kB) |
||
Text (DAFTAR PUSTAKA)
8_daftarpustaka.pdf Restricted to Registered users only Download (124kB) |
Abstract
Dalam penelitian ini penulis mendedah berbagai dampak yang muncul akibat pemberedelan pers yang terjadi pada 21 Juni 1994. Seperti diketahui pemberedelan tiga media, yakni majalah Tempo, Editor dan DeTIK pada 21 Juni 1994 menjadi catatan istimewa dalam sejarah Indonesia, khususnya sejarah pers Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kondisi pers di masa pemerintahan Orde Baru, kronologis kejadian pembredelan terhadap majalah mingguan Tempo, Tabloid DeTIK, dan majalah Editor, serta apa dampak yang terjadi akibat tragedi pemberedelan tersebut. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode penelitian sejarah yang terdiri atas empat tahapan: Heuristik (pengumpulan sumber), kritik (seleksi sumber), intepretasi (penafsiran sumber yang sudah diseleksi), dan historiografi (penulisan sejarah). Setelah dilakukan penelitian diketahui kondisi kebebasan pers pada masa Orba berjalan tarik ulur. Soeharto yang awalnya melarang kritik terhadap pemerintahannya tiba-tiba saja pada 24 Juli 1989 di Bali lewat pidatonya mengatakan akan mulai menerapkan prinsip “keterbukaan” pada pers. Di masa ini dibolehkan mengkritik pemerintah kembali. Hal ini Soeharto lakukan untuk meraup suara menjelang pemilu tahun 1993. Namun, Tempo, DeTIK, dan Editor yang memanfaatkan masa keterbukaan tersebut tiba-tiba saja pada 21 Juni 1994 dibredel. Secara kronologis, kejadian pemberedalan tersebut bermula ketika ketiganya mulai mengkritik terkait pemerintah dan calon Presiden baru. Puncaknya ketika Tempo melakukan kritik terhadap kebijakan pemerintah yang melakukan pembelian 39 kapal perang bekas Jerman Timur. Suasana ini menyebabkan pemerintah geram dan pada 21 Juni 1994 dibredelah ketiga media tersebut. Pembredelan ketiga media tersebut berdampak pada kembali hilangnya kebebasan pers di Indonesia. Selain itu ada beberapa dampak lainnya yang kemudian mencuat, seperti: adanya protes dan aksi unjuk rasa di berbagai kota, terbentuknya Deklarasi Sirnagalih dan Aliansi Jurnalis Independen, lahirnya Majalah Independen, hingga Tempo yang membawa kasus pembredelan ini ke ranah hukum.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Dampak Pembredelan; kesewenang-wenangan; orde baru; pembredelan pers; sejarah pers indonesia; |
Subjects: | Biography, Obituary > Journalist and News Commentators Biography |
Divisions: | Fakultas Adab dan Humaniora > Program Studi Sejarah dan Peradaban Islam |
Depositing User: | Mohamad Aqbil Karim |
Date Deposited: | 18 Dec 2023 03:26 |
Last Modified: | 18 Dec 2023 03:26 |
URI: | https://digilib.uinsgd.ac.id/id/eprint/83265 |
Actions (login required)
View Item |