Budiono, Eko (2024) Konstruksi dan kepastian hukum ahli waris pengganti dalam kompilasi hukum Islam serta penerapannya pada pengadilan agama dalam lingkungan Pengadilan Tinggi Agama DKI Jakarta. Doktoral thesis, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
|
Text (COVER)
1_cover.pdf Download (98kB) | Preview |
|
|
Text (ABSTRAK)
2_abstrak.pdf Download (156kB) | Preview |
|
|
Text (DAFTAR ISI)
3_daftarisi.pdf Download (91kB) | Preview |
|
|
Text (BAB I)
4_bab1.pdf Download (492kB) | Preview |
|
Text (BAB II)
5_bab2.pdf Restricted to Registered users only Download (858kB) | Request a copy |
||
Text (BAB III)
6_bab3.pdf Restricted to Registered users only Download (130kB) | Request a copy |
||
Text (BAB IV)
7_bab4.pdf Restricted to Registered users only Download (956kB) | Request a copy |
||
Text (BAB V)
8_bab5.pdf Restricted to Registered users only Download (96kB) | Request a copy |
||
Text (DAFTAR PUSTAKA)
9_daftarpustaka.pdf Restricted to Registered users only Download (146kB) | Request a copy |
Abstract
INDONESIA: Dalam Islam tidak pernah sama sekali didapati secara lafadz membahas ahli waris pengganti. Ada hadits dari sahabat Rasulullah bernama Zaid yang menyatakan cucu perempuan dari anak laki-laki berfungsi sebagai pengganti almarhum orangtuanya. Di Indonesia KHI Pasal 185 KHI mengatur bahwa ahli waris yang meninggal dunia lebih dulu dari pewaris, maka kedudukannya dapat digantikan oleh anaknya. Dalam praktek di Pengadilan Agama, ada regulasi baru yaitu Perma No. 3 Tahun 2005 yang mengatur bahwa anak yang dapat menggantikan adalah cucu. Praktek di Pengadilan Agama wilayah PTA DKI Jakarta, terjadi perbedaan. Ada yang menerapkan KHI, dan ada pula yang menerapkan Perma No. 3 Tahun 2005. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis konstruksi hukum, kepastian hukum, penerapan hukum, pertimbangan hukum hakim serta prospek penerapan ahli waris pengganti dalam system hukum Indonesia di Pengadilan Agama pada wilayah Pengadilan Tinggi Agama DKI Jakarta. Kerangka berpikir pada penelitian ini menggunakan 3 (tiga) teori sebagai pisau analisinya, yaitu Grand theory dalam penelitian ini adalah Teori Kepastian Hukum dan Teori Maqashid Syariah, Untuk Midle Theory yaitu Teori Penerapan Hukum dan Teori Konstruksi Hukum, dan Teori Hukum Progresif serta Teori Maslahah Mursalah (Aplied Theory). Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analisis, yaitu penelitian yang berdasarkan pemaparan secara deskriptif terhadap fenomena yang ada dengan bentuk argumentative. Pendekatan penelitian yang dipilih menggunakan pendekatan yuridis empiris dalam teknis Peradilan, dalam hal ini adalah penetapan dan putusan ahli waris pengganti menurut KHI dan implementasinya dalam putusan Pengadilan Agama di wilayah PTA DKI Jakarta, yang kemudian melahirkan putusan baru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Konstruksi hukum konsep ahli waris pengganti dalam Kompilasi Hukum Islam di Pengadilan Agama pada wilayah PTA DKI Jakarta, menempatkan posisi ahli waris pengganti dengan menerapkan keadilan terhadap harta waris dari pada orang tuanya yang telah meninggal dunia dahulu sebelum pewarisnya. 2) Ahli waris pengganti itu akan menghijab setiap orang yang semestinya dihijab oleh orang yang digantikannya. Hal ini berlaku umum,tanpa membedakan jenis kelamin ahli waris pengganti itu, 3) Berdasarkan beberapa kasus perkara putusan Pengadilan Agana di DKI Jakarta, hal ini menunjukan bahwa Hakim pada Pengadilan Agama-Pengadilan Agama di Wilayah PTA DKI Jakarta menganggap adanya ahli waris pengganti. 4) Pertimbangan hukum hakim dalam penetapan ahli waris pengganti yang dilakukan oleh hakim Pengadilan Agama di Jakarta seperti di dasarkan pada KHI Pasal 185 ayat (1) dan (2) dan keadilan bagi para pihak. 5) Prospek pengembangan yang dapat ditempuh demi menyempurnakan konsep ahli waris pengganti dalam KHI perlu adanya peraturan yang memiliki kekuatan hukum yang mengikat. Hal itu dapat berupa Undang- Undang Hukum Terapan Peradilan Agama. ENGLISH: In Islam, the concept of substitute heirs is not explicitly mentioned in the texts. However, there is a hadith from a companion of the Prophet Muhammad named Zaid, which states that the granddaughter through a son functions as a substitute for her deceased parents. In Indonesia, Article 185 of the Compilation of Islamic Law (KHI) regulates that if an heir dies before the deceased, their position can be replaced by their child. In practice, there is a new regulation, Supreme Court Regulation No. 3 of 2005, which states that grandchildren can also act as substitutes. In the Sharia Courts within the jurisdiction of the High Religious Court of Jakarta, there are differences in implementation, with some applying the KHI and others following the Supreme Court Regulation No. 3 of 2005. The objective of this research is to analyze the legal construction, legal certainty, legal application, judicial considerations, and the prospects of implementing substitute heirs in the Indonesian legal system in the Sharia Courts within the jurisdiction of the High Religious Court of Jakarta. The theoretical framework of this research utilizes three theories as analytical tools: the Grand theory consists of the Theory of Legal Certainty and the Theory of Maqasid Shariah; the Middle Theory includes the Theory of Legal Application and the Theory of Legal Construction; and the Applied Theory consists of Progressive Law Theory and the Theory of Maslahah Mursalah. This research employs a descriptive analytical research method, which involves providing a descriptive exposition of existing phenomena in an argumentative form. The chosen research approach utilizes an empirical juridical approach in judicial techniques, particularly in the determination and decisions regarding substitute heirs according to the KHI and its implementation in the rulings of the Sharia Courts within the jurisdiction of the High Religious Court of Jakarta, which subsequently leads to new judicial decisions. The research findings indicate that: 1) The legal construction of the concept of substitute heirs in the Compilation of Islamic Law in the Sharia Courts within the jurisdiction of the High Religious Court of Jakarta positions substitute heirs by applying justice to the deceased's estate before the heirs. 2) Substitute heirs will inherit from those who would have inherited from the deceased. This applies universally, regardless of the gender of the substitute heir. 3) Based on several cases in the judgments of the Sharia Courts in Jakarta, it is evident that judges consider the existence of substitute heirs. 4) Judicial considerations in determining substitute heirs by judges of the Sharia Courts in Jakarta are based on Article 185(1) and (2) of the KHI and fairness to all parties. 5) The prospect of development to refine the concept of substitute heirs in the KHI requires regulations with binding legal force, such as the Law on Applied Sharia Courts. ARABIC: في الإسلام، لم يُذكر مفهوم الورثة البديلين بشكل صريح في النصوص. ومع ذلك، هناك حديث من أحد أصحاب النبي محمد صلى الله عليه وسلم يدعو إلى أن الحفيدة من خلال ابن تعمل كبديل لوالديها المتوفيين. في إندونيسيا، ينظم المادة 185 من مجموعة القوانين الإسلامية (KHI) أنه إذا مات وارث قبل المتوفى، يمكن استبدال موقعه بابنه. في الممارسة، هناك تشريع جديد، القرار العليا رقم 3 لعام 2005، الذي ينص على أن الأحفاد يمكنهم أيضًا أن يكونوا بدائل. في المحاكم الشرعية داخل اختصاص المحكمة الدينية العليا في جاكرتا، هناك اختلافات في التنفيذ، حيث يقوم البعض بتطبيق KHI والبعض الآخر يتبع القرار العليا رقم 3 لعام 2005. هدف هذا البحث هو تحليل البناء القانوني، واليقين القانوني، والتطبيق القانوني، والاعتبارات القانونية، وآفاق تطبيق الورثة البديلين في النظام القانوني الإندونيسي في المحاكم الشرعية ضمن اختصاص المحكمة الدينية العليا في جاكرتا. الإطار النظري لهذا البحث يستخدم ثلاثة نظريات كأدوات تحليلية: النظرية الكبرى تتكون من نظرية اليقين القانوني ونظرية مقاصد الشريعة؛ النظرية الوسيطة تشمل نظرية التطبيق القانوني ونظرية البناء القانوني؛ والنظرية التطبيقية تتألف من نظرية القانون التقدمي ونظرية المصلحة المرسلة. يستخدم هذا البحث منهج البحث التحليلي الوصفي، والذي يتضمن تقديم وصف للظواهر الموجودة بشكل استنادي بشكل حجاجي. النهج البحثي المختار يستخدم نهجًا يوريديًا تجريبيًا في الفنيات القضائية، بشكل خاص في التحديد والقرارات بشأن الورثة البديلين وفقًا للKHI وتطبيقها في الأحكام الصادرة من المحاكم الشرعية ضمن اختصاص المحكمة الدينية العليا في جاكرتا، مما يؤدي في نهاية المطاف إلى قرارات قضائية جديدة. تشير نتائج البحث إلى أن: 1) البناء القانوني لمفهوم الورثة البديلين في مجموعة القوانين الإسلامية في المحاكم الشرعية ضمن اختصاص المحكمة الدينية العليا في جاكرتا يضع الورثة البديلين من خلال تطبيق العدالة على الممتلكات العقارية للوالدين المتوفيين قبل الورثة. 2) الورثة البديلين سيتقاسمون من كان يستحق أن يتقاسم مع المتوفين. هذا ينطبق عالميًا، بغض النظر عن جنس الوريث البديل. 3) استنادًا إلى العديد من الحالات في قرارات المحاكم الشرعية في جاكرتا، فإن القضاة يعتبرون بوجود الورثة البديلين. 4) الاعتبارات القانونية في تحديد الورثة البديلين من قبل قضاة المحاكم الشرعية في جاكرتا تعتمد على المادة 185 (1) و (2) من KHI والعدالة لجميع الأطراف. 5) تطوير تصورات يمكن اتباعها لتحسين مفهوم الورثة البديلين في KHI يتطلب تشريعات ذات قوة قانونية ملزمة، مثل قانون المحاكم الشرعية التطبيقية..
Item Type: | Thesis (Doktoral) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | hukum ahli waris; ahli waris pengganti; kompilasi hukum Islam |
Subjects: | Private Law > Domestic Relations, Family Law, Marriage |
Divisions: | Pascasarjana Program Doktor > Program Studi Hukum Islam > Konsentrasi Hukum Keluarga |
Depositing User: | Eko Budiono |
Date Deposited: | 30 Jul 2024 07:13 |
Last Modified: | 30 Jul 2024 07:13 |
URI: | https://digilib.uinsgd.ac.id/id/eprint/92759 |
Actions (login required)
View Item |