Implementasi pembebasan hukuman nafkah Iddah, Madhiyah dan Mut’ah setelah putusan berkekuatan hukum tetap di wilayah hukum Pengadilan Tinggi Agama Surabaya

Purnomo, Purnomo (2024) Implementasi pembebasan hukuman nafkah Iddah, Madhiyah dan Mut’ah setelah putusan berkekuatan hukum tetap di wilayah hukum Pengadilan Tinggi Agama Surabaya. Doktoral thesis, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

[img]
Preview
Text (COVER)
1_cover.pdf

Download (290kB) | Preview
[img]
Preview
Text (ABSTRAK)
2_abstrak.pdf

Download (640kB) | Preview
[img]
Preview
Text (DAFTAR ISI)
3_daftarisi.pdf

Download (315kB) | Preview
[img]
Preview
Text (BAB I)
4_bab1.pdf

Download (1MB) | Preview
[img] Text (BAB II)
5_bab2.pdf
Restricted to Registered users only

Download (726kB) | Request a copy
[img] Text (BAB III)
6_bab3.pdf
Restricted to Registered users only

Download (406kB) | Request a copy
[img] Text (BAB IV)
7_bab4.pdf
Restricted to Registered users only

Download (1MB) | Request a copy
[img] Text (BAB V)
8_bab5.pdf
Restricted to Registered users only

Download (289kB) | Request a copy
[img] Text (DAFTAR PUSTAKA)
9_daftarpustaka.pdf
Restricted to Registered users only

Download (456kB) | Request a copy

Abstract

INDONESIA: Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 41 huruf (c) Pasal 41 huruf (c) bahwa “Pengadilan dapat mewajibkan kepada mantan suami untuk memberikan biaya penghidupan dan atau menentukan sesuatu kewajiban kepada mantan istrinya”. Dalam hal ini Suami wajib memberikan nafkah Iddah, Mut’ah dan Madhiyah. Kemudian majelis hakim berdasarkan hak Ex Officio dapat memerintahkan mantan suami untuk memberikan nafkah Iddah, Mut’ah dan Madhiyah kepada mantan isterinya meskipun tidak diminta oleh pihak mantan isteri tersebut. Akan tetapi pada praktenya di Pengadilan Agama wilayah PTA Surabaya pembebanan nafkah tersebut justru dibebaskan. Hal ini sangat kontadiktif dengan peraturan perundang-undangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kontruksi hukum, dasar pertimbangan hakim, kendala dan solusi, upaya Pengadilan Agama dalam melaksanakan keadilan, kepastian dan kemanfaatan bagi suami dan isteri dan implementasi pembebasan hukum nafkah iddah, madiyah dan nafkah muth’ah setelah putusan berkekuatan hukum tetap dalam putusan perkara pembebasan atas nafkah iddah dan nafkah anak di Pengadilan Agama pada wilyah PTA Surabaya. Kerangka berpikir pada penelitian ini menggunakan 3 (tiga) teori, yaitu teori Negara Hukum sebagai Grand Theory, Teori Tujuan Hukum sebagai Middle Theory dan Teori Kemaslahatan sebagai Aplicative Theory. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis. Pendekatan penelitian yang dipilih menggunakan pendekatan yuridis empiris dalam putusan Pengadilan Agama. Analisis data dilakukan dengan analisis data kuanlitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Konstruksi hukum pembebasan atas nafkah iddah dan nafkah anak di Indonesia mencerminkan kompleksitas dan lapisan dalam kerangka hukum. Pemahaman mendalam terhadap hukum dan ajaran agama menjadi esensial dalam menjalani proses hukum dengan adil dan benar, 2) Dasar pertimbangan hakim dalam perkara pembebasan nafkah iddah dan nafkah anak di Pengadilan Tinggi Agama Surabaya mencakup evaluasi teliti aspek hukum keluarga, nilai-nilai agama, dan prinsip-prinsip keadilan, 3) Kendala dalam pelaksanaan nafkah iddah, madhiyah, dan mut'ah di Pengadilan Agama Surabaya mencakup ketidakpahaman masyarakat, ketidaksetaraan gender, dan perselisihan interpretasi hukum dan agama. Solusi melibatkan pendidikan publik intensif, pemberdayaan perempuan, dan kerja sama dengan ulama, 4) Upaya Pengadilan Agama dalam melaksanakan keadilan, kepastian, dan kemanfaatan bagi suami dan istri melibatkan pengembangan pedoman, penerapan mediasi aktif, pendidikan publik, perlindungan hak perempuan, serta kerja sama dengan ulama, 5) Implementasi pembebasan hukum nafkah iddah, nafkah madiyah, dan nafkah muth’ah setelah putusan berkekuatan hukum tetap di Pengadilan Tinggi Agama Surabaya merupakan upaya menjaga keadilan, kepastian hukum, dan kemanfaatan bagi individu. ENGLISH: According to Law Number 1 of 1974 Article 41 letter (c) Article 41 point (c) that "The court may oblige the ex-husband to provide subsistence expenses and or determine an obligation to his ex-wife". In this case the husband is obliged to provide for Iddah, Mut'ah and Madhiyah. Then the panel of judges based on the right of Ex Officio can order the ex-husband to provide for Iddah, Mut'ah and Madhiyah to his ex-wife even if it is not requested by the ex-wife. However, in practice, in the Surabaya PTA Religious Court, the burden of income was actually waived. This is very contradictory to the laws and regulations. The purpose of this study is to analyze legal construction, the basis for judges' considerations, constraints and solutions, the efforts of the Religious Court in implementing justice, certainty and benefits for husbands and wives and the implementation of legal exemptions for iddah, madiyah and muth'ah income after a permanent legal force decision in the decision of the case of release for iddah and child support in the Religious Court at the Surabaya PTA wilyah. The frame of mind in this study uses 3 (three) theories, namely the theory of the State of Law as the Grand Theory, the Theory of the Purpose of Law as the Middle Theory and the Theory of Benefits as the Aplicative Theory. This research method uses analytical descriptive methods. The research approach chosen uses an empirical juridical approach in religious court decisions. Data analysis is done by quantitative data analysis. The results showed that 1) The legal construction of exemption from iddah and child support in Indonesia reflects the complexity and layers in the legal framework. A deep understanding of the law and religious teachings is essential in undergoing the legal process fairly and correctly. 2) The basis for the judge's consideration in the case of the release of iddah and child support at the Surabaya High Religious Court includes careful evaluation of aspects of family law, religious values, and principles of justice, 3) Obstacles in the implementation of iddah, madhiyah, and mut'ah in the Surabaya Religious Court include community incomprehension, gender inequality, and disputes over legal and religious interpretations. Solutions involve intensive public education, women's empowerment, and cooperation with clerics, 4) The efforts of the Religious Court in implementing justice, certainty, and benefit for husband and wife involve the development of guidelines, the application of active mediation, public education, protection of women's rights, and cooperation with clerics, 5) The implementation of legal exemptions for iddah bread, madiyah bread, and muth'ah income after the decision has the force of law remains in the Surabaya High Religious Court is an effort to maintain justice, legal certainty, and expediency for individuals. ARABIC: وفقا للقانون رقم ١ لعام ١٩٧٤ المادة ٤١ الحرف (ج) المادة 41 نقطة (ج) أنه "يجوز للمحكمة إلزام الزوج السابق بتوفير نفقات الإقامة و / أو تحديد التزام تجاه زوجته السابقة". في هذه الحالة يكون الزوج ملزما بإعالة العدة والمتعة والمدنية. ثم يمكن لهيئة القضاة المستندة إلى حق بحكم منصبه أن تأمر الزوج السابق بإعالة العدة والمتعة والمدنية لزوجته السابقة حتى لو لم تطلب الزوجة السابقة ذلك. ومع ذلك ، في الممارسة العملية ، في المحكمة الدينية للمحكمة الدينية العليا في سورابايا ، تم بالفعل الإفراج عن عبء الدخل. هذا متناقض جدا مع القوانين واللوائح هدفت هذه الدراسة إلى تحليل البناء القانوني وأساس اعتبارات القضاة وقيودهم وحلولهم وجهود المحكمة الدينية في تطبيق العدالة واليقين والفوائد للأزواج والزوجات وتطبيق الإعفاء القانوني للعدة والماضية ودخل المثوعة بعد قرار القوة القانونية الدائمة في قضية الإفراج عن العدة ونفقة الطفل في المحكمة الدينية العليا في سورابايا يستخدم الإطار الذهني في هذه الدراسة ٣ (ثلاث) نظريات، النظرية الكبرى في هذه الدراسة هي نظرية دولة القانون والغرض من القانون. النظرية الوسطى في هذه الدراسة هي نظرية العدالة واليقين والنفعية القانونية. في حين أن النظرية التطبيقية في هذه الدراسة هي نظرية الرفاهية يستخدم الإطار الذهني في هذه الدراسة ٣ (ثلاث) نظريات وهي نظرية دولة القانون باعتبارها النظرية الكبرى، ونظرية الغرض من القانون كنظرية وسط، ونظرية الفوائد باعتبارها النظرية التطبيقية أظهرت النتائج أن ١) البناء القانوني للإعفاء من العدة وإعالة الطفل في إندونيسيا يعكس التعقيد والطبقات في الإطار القانوني. الفهم العميق للقانون والتعاليم الدينية أمر ضروري في الخضوع للعملية القانونية بشكل عادل وصحيح ٢) أساس نظر القاضي في قضية الإفراج عن العدة وإعالة الطفل في محكمة سورابايا الدينية العليا يشمل التقييم الدقيق لجوانب قانون الأسرة والقيم الدينية ومبادئ العدالة ، ٣) تشمل العقبات التي تعترض تنفيذ العدة والمادي والمتعة في محكمة سورابايا الدينية عدم فهم المجتمع وعدم المساواة بين الجنسين والنزاعات حول التفسيرات القانونية والدينية. تشمل الحلول التعليم العام المكثف وتمكين المرأة والتعاون مع رجال الدين ،٥) تشمل جهود المحكمة الدينية في تطبيق العدالة واليقين والمنفعة للأزواج والزوجات وضع مبادئ توجيهية ، وتطبيق الوساطة النشطة ، والتثقيف العام ، وحماية حقوق المرأة ، والتعاون مع رجال الدين ، 5) تنفيذ الإعفاءات القانونية لخبز العدة وخبز المدينة ودخل المثواة بعد صدور قرار قانوني دائم في محكمة سورابايا الدينية العليا هو محاولة للحفاظ على العدالة واليقين القانوني ، والنفعية للأفراد

Item Type: Thesis (Doktoral)
Uncontrolled Keywords: nafkah Iddah; Madhiyah; Mut’ah; putusan hukum tetap
Subjects: Private Law > Domestic Relations, Family Law, Marriage
Divisions: Pascasarjana Program Doktor > Program Studi Hukum Islam > Konsentrasi Hukum Keluarga
Depositing User: Purnomo Purnomo
Date Deposited: 14 Aug 2024 04:25
Last Modified: 14 Aug 2024 04:25
URI: https://digilib.uinsgd.ac.id/id/eprint/93532

Actions (login required)

View Item View Item