Anggraeni, Mutia (2025) Fenomena gaya hidup pamer (Flexing) di media social: Analisis Hiperrealitas Jean Baudrillard pada akun Tiktok. Sarjana thesis, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
|
Text (COVER)
COVER.pdf Download (106kB) | Preview |
|
|
Text (ABSTRAK)
ABSTRAK.pdf Download (385kB) | Preview |
|
|
Text (KETERANGAN BEBAS PLAGIARISM)
KETERANGAN BEBAS PLAGIARISM.pdf Download (263kB) | Preview |
|
|
Text (DAFTAR ISI)
DAFTAR ISI.pdf Download (57kB) | Preview |
|
|
Text (BAB I)
BAB 1.pdf Download (236kB) | Preview |
|
![]() |
Text (BAB II)
BAB 2.pdf Restricted to Registered users only Download (248kB) |
|
![]() |
Text (BAB IV)
BAB 4.pdf Restricted to Registered users only Download (2MB) |
|
![]() |
Text (BAB III)
BAB 3.pdf Restricted to Registered users only Download (64kB) |
|
![]() |
Text (BAB V)
BAB 5.pdf Restricted to Registered users only Download (52kB) |
|
![]() |
Text (DAFTAR PUSTAKA)
DAFTAR PUSTAKA.pdf Restricted to Registered users only Download (201kB) |
Abstract
Penelitian ini meneliti fenomena flexing atau gaya hidup pamer yang banyak ditemukan di TikTok, penelitian ini disusun dengan kerangka berpikir yang menggabungkan teori hiperrealitas dari Jean Baudrillard dan hermeneutika dari Martin Heidegger. Flexing tidak hanya dilihat sebagai pamer kekayaan, melainkan juga sebagai pembentukan realitas baru yang bersifat hiperreal, di mana citra dan simbol mendominasi kenyataan objektif. Tujuan dari studi ini adalah untuk menjelaskan arti dari fenomena flexing di platform media sosial serta menganalisis cara teori hiperrealitas Baudrillard menginterpretasikan praktik tersebut. Metode yang diterapkan adalah kualitatif dengan pendekatan hermeneutika, melalui analisis konten dari video flexing yang diambil dari beberapa akun TikTok yang populer, dengan data primer yang berasal dari observasi non-partisipatif dan data sekunder yang diperoleh dari literatur yang relevan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa flexing di TikTok bukan sekadar tindakan memamerkan kekayaan, melainkan sebuah konstruksi realitas baru yang hiperreal, di mana citra dan simulasi dianggap lebih nyata daripada kenyataan itu sendiri. Konten-konten ini seringkali menampilkan gaya hidup ideal yang dimodifikasi dan dikurasi, menciptakan ilusi kesuksesan yang tidak selalu mencerminkan realitas objektif. Dari perspektif Heidegger, perilaku flexing dapat dilihat sebagai upaya individu untuk mendapatkan pengakuan dan validasi eksternal, yang berpotensi menjauhkan mereka dari keberadaan otentik dan menjebak dalam norma sosial yang ditetapkan oleh media. Penelitian ini juga menemukan bahwa konsumsi konten flexing dapat berdampak psikologis pada audiens, seperti peningkatan rasa iri dan ketidakpuasan. Secara keseluruhan, fenomena flexing di TikTok adalah manifestasi kompleks dari hiperrealitas di era digital, di mana realitas telah digantikan oleh citra yang terus-menerus direproduksi. Individu cenderung membangun identitas digital yang ideal, yang tidak selalu selaras dengan keberadaan otentik mereka. Penelitian ini memberikan pemahaman mendalam tentang bagaimana media sosial memengaruhi persepsi realitas dan identitas diri, serta menyoroti pentingnya kesadaran kritis dalam mengonsumsi dan memproduksi konten digital. Temuan ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi akademisi dan masyarakat untuk memahami dinamika media sosial yang semakin kompleks.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Flexing; TikTok; Hiperrealitas; Jean Baudrillard; Martin Heidegger |
Subjects: | Theory of Philosophy Modern Western Philosophy Athletic and Outdoor Sports Biography, Obituary > Philosopy and Theory of Biography |
Divisions: | Fakultas Ushuluddin > Program Studi Aqidah Filsafat |
Depositing User: | Mutia Anggraeni |
Date Deposited: | 14 Sep 2025 20:41 |
Last Modified: | 14 Sep 2025 20:41 |
URI: | https://digilib.uinsgd.ac.id/id/eprint/119668 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |