Andika, reka (2025) Analisis hermeneutika eksistensialisme atas lirik lagu Mangu karya Fourtwnty. Sarjana thesis, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
|
Text
Cover.pdf Download (140kB) | Preview |
|
|
Text
Abstrak.pdf Download (154kB) | Preview |
|
|
Text
1211010106 Reka Andika - Surat Keterangan Lulus Cek Plagiarisme (1).pdf Download (263kB) | Preview |
|
|
Text
Daftar Isi.pdf Download (162kB) | Preview |
|
|
Text
BAB I.pdf Download (287kB) | Preview |
|
|
Text
BAB II.pdf Restricted to Registered users only Download (358kB) | Request a copy |
||
|
Text
BAB III.pdf Restricted to Registered users only Download (222kB) | Request a copy |
||
|
Text
BAB IV.pdf Restricted to Registered users only Download (423kB) | Request a copy |
||
|
Text
BAB V.pdf Restricted to Registered users only Download (220kB) | Request a copy |
||
|
Text
DAFTAR PUSTAKA.pdf Restricted to Registered users only Download (235kB) | Request a copy |
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap makna filosofis dalam lagu “Mangu” karya Fourtwnty melalui pendekatan hermeneutika Friedrich Schleiermacher dan eksistensialisme Soren Kierkegaard. Lagu ini mengangkat tema cinta dan perbedaan keyakinan yang memunculkan dilema eksistensial, khususnya pada generasi muda yang menghadapi ketegangan antara suara hati dan norma sosial-religius. Secara teoritis, penelitian ini memadukan dua pendekatan. Hermeneutika Schleiermacher digunakan untuk menafsirkan makna lirik secara gramatikal dan psikologis guna memahami struktur bahasa dan kondisi batin pencipta lagu. Sementara eksistensialisme Kierkegaard memberikan kerangka untuk menelaah pengalaman subjektif tokoh lagu dalam menghadapi kecemasan, keputusasaan, dan pilihan eksistensial, termasuk “lompatan iman” dalam menentukan arah hidupnya. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan metode deskriptif-analitis melalui studi pustaka. Hasil analisis menunjukkan bahwa lagu “Mangu” karya Fourtwnty bukan sekadar lagu populer, tetapi mengandung makna filosofis yang mendalam tentang dilema manusia saat menghadapi cinta dan perbedaan keyakinan. Melalui hermeneutika Schleiermacher, interpretasi gramatikal mengungkap bahwa liriknya sarat metafora dan simbol religius seperti “tak lagi sama cara berdoa” dan “tak lagi sama arah kiblatnya”, yang memusatkan konflik pada perbedaan iman. Bahasa yang digunakan puitis, menjadi medium ekspresif bagi pergulatan batin tokohnya. Interpretasi psikologis menunjukkan bahwa lirik ini lahir dari pengalaman nyata, merekam kesedihan, kebingungan, dan upaya menerima kenyataan yang sulit, sehingga menghadirkan gambaran emosional yang universal. Analisis eksistensialisme Kierkegaard mengungkap bahwa tokoh “aku” berada di antara tahap etik dan religius, menghadapi dilema besar antara cinta dan iman. Alih-alih berpisah, ia memilih untuk tetap bersama pasangannya meski berbeda keyakinan sebagai bentuk keberanian eksistensial dan penolakan terhadap keputusasaan. Sikap ini mencerminkan proses menuju tahap religius, di mana cinta dan iman dijalani bersamaan tanpa kehilangan integritas diri. Lagu ini tidak hanya mencerminkan problem personal, tetapi juga menjadi cermin reflektif atas realitas eksistensial masyarakat Indonesia kontemporer.
| Item Type: | Thesis (Sarjana) |
|---|---|
| Additional Information: | tidak ada lampiran |
| Uncontrolled Keywords: | Mangu; Fourtwnty; Hermeneutika Schleiermacher; Eksistensialisme Kierkegaard; Cinta; Keyakinan; Eksistensi |
| Subjects: | General Principles of Music and Musical Form > Popular Music Biography, Obituary > Philosopy and Theory of Biography |
| Divisions: | Fakultas Ushuluddin > Program Studi Aqidah Filsafat |
| Depositing User: | REKA REKA ANDIKA |
| Date Deposited: | 25 Nov 2025 06:44 |
| Last Modified: | 25 Nov 2025 06:44 |
| URI: | https://digilib.uinsgd.ac.id/id/eprint/125929 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |



