Al Ayyubi, Shalahuddin (2025) Penafsiran ayat-ayat tijārah dalam tafsir Taḥrīr wa Tanwīr karya Ibnu ‘Asyur. Sarjana thesis, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
|
Text
1_cover.pdf Download (148kB) | Preview |
|
|
Text
2_abstrak.pdf Download (206kB) | Preview |
|
|
Text
3_skbebasplagiarism.pdf Download (262kB) | Preview |
|
|
Text
4_daftarisi.pdf Download (268kB) | Preview |
|
|
Text
5_bab1.pdf Download (402kB) | Preview |
|
![]() |
Text
6_bab2.pdf Restricted to Registered users only Download (452kB) | Request a copy |
|
![]() |
Text
7_bab3.pdf Restricted to Registered users only Download (300kB) | Request a copy |
|
![]() |
Text
8_bab4.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) | Request a copy |
|
![]() |
Text
9_bab5.pdf Restricted to Registered users only Download (188kB) | Request a copy |
Abstract
Al-Qur’ān sebagai kitab suci umat Islam tidak hanya memuat ajaran teologis dan ibadah, tetapi juga mencakup prinsip-prinsip kehidupan sosial dan ekonomi. Salah satu tema penting dalam Al-Qur’ān adalah konsep tijārah (perdagangan), yang memiliki makna ganda: sebagai aktivitas ekonomi antar manusia dan sebagai simbol amal saleh dalam hubungan manusia dengan Allah. Dalam dunia modern yang diwarnai oleh perkembangan sistem perdagangan digital, bisnis global, dan pergeseran nilai moral dalam ekonomi, pemahaman terhadap ayat-ayat tijārah menjadi sangat relevan. Hal ini menunjukkan bahwa Al-Qur’ān tidak hanya berbicara dalam konteks masa lalu, tetapi juga memberi panduan bernilai universal untuk kehidupan kontemporer. Oleh karena itu, mengkaji penafsiran ayat-ayat tijārah dalam tafsir klasik yang memiliki pendekatan rasional dan kontekstual menjadi sangat penting. Taḥrīr Wa Tanwīr karya Ibnu Asyur menjadi pilihan yang tepat, karena menghadirkan corak tafsir yang integratif menggabungkan pendekatan kebahasaan, maqasid al-syari‘ah, dan pemikiran modern sehingga mampu memberi kontribusi pemikiran keislaman yang relevan di berbagai zaman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penafsiran ayat-ayat tijārah menurut Ibnu ‘Asyur di dalam kitab tafsirnya Taḥrīr Wa Tanwīr serta kontekstualisasi penafsiran terhadap realitas sosial dan ekonomi umat Islam saat ini. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui studi kepustakaan (library research), sedangkan analisis datanya dilakukan menggunakan metode deskriptif-analitis.Hasil penelitian penafsirannya Ibnu ‘Asyur menggunakan berbagai referensi termasuk hadis-hadis nabi, kisah sahabat, serta pandangan dari ulama empat madzhab dan ulama terkemuka lainnya. Ibnu ‘Asyur memberikan penafsiran yang kaya dan mendalam. QS. Al-Baqarah ayat 16, tijarah dimaknai sebagai kerugian spiritual, karena orang kafir menukar petunjuk Allah dengan kesesatan. QS. Al-Baqarah ayat 282, Ibnu Asyur menafsirkan tijarah sebagai transaksi tunai yang tidak wajib dicatat, namun tetap dianjurkan mengambil saksi sebagai wujud kehati-hatian dalam menjaga hak. QS. An-Nisa ayat 29, tijarah dimaknai sebagai bentuk muamalah yang harus dilakukan atas dasar kerelaan dan keadilan, bukan dengan cara batil. QS. At- Taubah ayat 24 memuat tijārah sebagai simbol kecintaan dunia yang tidak boleh mengalahkan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. QS. An-Nur ayat 37 menggambarkan tijārah dalam konteks duniawi yang tidak melalaikan dari mengingat Allah, menunjukkan bahwa berdagang yang benar tidak menghalangi ibadah. QS. Fathir ayat 29 memuat makna tijārah sebagai amal ibadah seperti tilawah, salat, dan infak, yang pahalanya akan digandakan oleh Allah. QS. Ash-Shaff ayat 10-11 menampilkan tijārah sebagai metafora jihad dan iman sebagai investasi spiritual yang menyelamatkan dari azab.QS. Al-Jumu’ah ayat 11 memperlihatkan tijārah dalam bentuk negatif ketika umat lebih memilih perdagangan daripada mendengarkan khutbah Jumat. Kontekstualisasi tafsir ini menegaskan bahwa nilai-nilai dalam ayat-ayat tijārah tetap relevan diterapkan dalam praktik bisnis masa kini, termasuk dalam transaksi tunai maupun non-tunai, pentingnya pencatatan dan saksi, serta peringatan terhadap kecenderungan materialisme yang melalaikan ibadah. Dengan demikian, tafsir Ibnu ‘Asyur menjadi jembatan antara teks Al-Qur’ān dengan dinamika kehidupan umat Islam kontemporer, sekaligus menawarkan kerangka etika dalam membangun sistem ekonomi yang berlandaskan syariat.
Actions (login required)
![]() |
View Item |